3

4.4K 708 8
                                    

Tatapan membunuh dari Kim Taehyung








Malam kian larut, sunyi dan sepi. Pikirannya tak sejalan dengan keinginan. Ia ingin tidur tapi perkataan sang ibu beberapa jam yang lalu membuat matanya tak mengantuk sama sekali.

"Jauhi dia..."

"Dia kejam"

"Monster"

"Wajah tampan nya itu hanya topeng"

"Jauhi dia lalice! Dia berbahaya"

"Tidak, dia tidak begitu."

"Ah, apa yang aku pikirkan" geleng Lisa.

Gadis dengan surai cokelat tersebut, menyandarkan diri pada kursi dibawah jendela. Kebetulan disana terdapat ruang yang biasanya Lisa pakai untuk membaca buku ataupun jika ingin, merangkai bebunga-an.

Seraya mendongakkan kepala dan menerawang jauh seraya memandang bintang yang bertabur di langit malam.

"Kim Taehyung." lirihnya.

Tanpa ia sadari, bibir penuh milik sang gadis mengalunkan sebuah nama dengan sedikit membelalakkan mata dan mulut ternganga.

Lisa terlalu peduli. Bahkan ia baru bertemu pemuda tadi. Namun, seakan sangat mengenalnya benak itu senantiasa berputar menggambarkan wajah pemuda tersebut.

Dilema dan campur aduk. Kata yang pantas untuk menggambarkan suasana hatinya kini.

"Aku akan menemuinya."

Keputusan yang benar atau tidak. Yang terpenting sekarang adalah menemui Taehyung dan menanyakan sesuatu yang akan membuat pikirannya tenang.

***

Kriettttt

Pintu rumahnya terbuka. Gadis itu memperbesar langkah agar tiba lebih cepat diluar. Kali ini ia harus berbohong pada sang ibu. Hanya sekali tidak akan lebih. Padahal dirinya sudah berjanji untuk tidak keluar lagi semenjak perdebatan tadi.

Lisa berjalan pelan sembari sibuk mengenakan jubah merahnya, menutupi kepala dengan tudung merah dengan membawa secawan lilin di tangan kiri.

Angin berhembus dengan kencang dan udara yang semakin dingin membuat jemarinya merapatkan jubah yang ia pakai.

Entah sejak kapan langkah kaki itu melangkah, Lisa berhenti tepat didepan gerbang yang menjulang tinggi seakan menyentuh langit hingha keatas. Gerbang kebesaran Rumah milik Kim Taehyung.

Nafasnya sedikit tercekat dan jantungnya berdegup semakin kencang. Tidak karauan. Sangat gelap. Lisa takut namun dengan keberanian yang sudah sejak tadi ia kumpulkan, Lisa membuka gerbang itu.

Melangkah masuk lebih dalam. Melewati taman kecil lalu berdiri tegap dihadapan sebuah pintu besar yang sepenuhnya terlukis ukiran jati di setiap sisi.

Ia mengamati sekeliling. Memastikan disini tak akan membahayakan. Pikirannya bergelut. Namun, perlahan tapi pasti tangannya terulur dan mulai mengetuk pada daun pintu. Tanpa keraguan yang kentara.

Tok tok tok

Hening tak ada sahutan.

"Seharusnya aku tidak melakukan ini."

Melakukan apa Lisa? Kamu hanya mengikuti kata hatimu.

Kepalanya tertunduk menyembunyikan senyum getir. Tapi, lebih tepatnya rasa kecewa yang melanda. Apa yang sesungguhnya gadis itu harapkan? Mereka hanya saling tatap tadi sore lalu Lisa mengharapkan keajaiban terjadi.

Lantas, ia berbalik ingin melangkah pergi.

Krietttt

Pintu itu terbuka. Membiarkan cahaya dari dalam memendar hingga keluar. Menabrakkannya pada punggung kurus sang gadis. Membuat kepalanya kembali terangkat dan menoleh dengan mudah kebelakang.

Pandangan mereka saling bertemu. Memperlihatkan wajah tampan seperti patung namun terkesan sangat dingin. Sedangkan Lisa, hanya bisa merutuki kebodohannya saat mendapati tatapan membunuh dari pemuda dihadapannya itu.

'Dasar bodoh, lantas apa yang akan aku perbuat sekarang?'

Lalu, dengan segala kebodohannya yang memang nyata itu, Lisa menyampirkan tudung merah tua itu ke belakang. Berjalan mendekat kearah pemuda dihadapannya.

Memperlihatkan wajah boneka dengan surai cokelat yang tergerai indah.






THE TRUTH UNTOLD
©pietaelice

THE TRUTH UNTOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang