10 hari setelahnya
"Apa Tae-oppa masih tak ingin berkunjung kerumahmu? Maksudku-- ini hari kedua sejak pernikahan kalian tapi sepertinya oppa masih tak ingin menampakkan diri pada warga-warga sekitar desa."
"Dia tak menyebut alasannya dengan jelas, tapi aku akan terus membujuknya untuk itu"
"Kuharap kau berhasil. Jika tidak, mau sampai kapan kalian akan mengurung diri di rumah besarnya. Setidaknya pergilah untuk mengunjungi ku dan mertuamu"
Lisa mengangguk. Entah kenapa ia merasa sahabat kecilnya ini-- Rose begitu bijak dari hari ke hari. Sedangkan ia, hanya mengangguk-angguk seperti kucing kecil penurut.
Padahal mereka lahir dalam tahun yang sama, padahal mereka hidup bersama sejak remaja tapi kenapa Lisa masih sedikit sungkan saat mendengar Rose berspekulasi bahwa Taehyung tak ingin keluar dari rumah besarnya. Lisa yakin, tak semudah itu hidup seperti Taehyung. Dia pasti memiliki alasan-alasan kuat untuk tidak melakukannya. Mungkin pemuda itu perlu memantapkan hati untuk melihat dunia luar. Belajar dari masa lalu. Apalagi hidupnya dulu bisa dibilang sungguh diluar nalar manusia.
Tak punya teman, tak bisa bersosialisasi, dianggap seorang monster, dan dibenci setiap orang walaupun mereka tak mengenal bagaimana Kim Taehyung itu.
Sudahlah, seharusnya Lisa sebagai seorang istri mesti mendukungnya saat situasi apapun. Ngomong-ngomong tentang istri, Lisa resmi menyandang status itu setelah mereka melakukan upacara pernikahan.
Tak perlu dijelaskan lagi bagaimana mereka begitu bahagia dalam menjalani hidup barunya. Satu rumah, berdua dalam 24 jam setiap hari, dan yang paling berkesan adalah-- Taehyung tak sendiri lagi sekarang. Ada Lisa yang menemani dirinya saat apapun yang ia lakukan.
"Lisa~"
“Ne?"
Gadis itu menoleh kebelakang saat seseorang memanggilnya. Mendapati Taehyung berdiri bersama seorang pemuda lain disana, membuat kedua gadis itu segera berdiri cepat seraya merapikan pakaian. Lisa menatap Rose dengan penuh tanda tanya. Seperti "apa kau mengenal pemuda itu?" Atau "apa pemuda itu mengenal dirimu?”
"Haishh"
Rose mendengus kesal. Satu pukulan ringan sukses bersemayam di lengan bagian atas kanannya. Hanya bingung saja, mengingat dari mana Taehyung bisa mengenalnya. Aneh kan. Taehyung bukan seorang yang pandai bergaul, keluar rumah saja tidak, lalu pemuda itu di temukan dimana?
Jadi sekarang Lisa dan Rose tengah berpikir keras sampai menimbulkan petir-petir kuning diatas kepala mereka. Ayolah, semuanya sudah berakhir. Mungkin saja tadi Taehyung mencoba keluar dan berkenalan dengan pemuda itu didesa atau mungkin,
"Ya ya. aku tahu pasti kalian berpikir dimana aku menemukannya"
Lisa dan rose mengangguk--seperti anak kecil, sungguh menggemaskan. Sedangkan pemuda yang berdiri disamping Taehyung tersenyum kecil hingga membuat kedua matanya menyipit tak terlihat.
"Tunggu tunggu, senyumnya~ aku familiar dengan senyumnya"
"Dia teman lamamu?"
"Aniyo aku tak punya teman lelaki"
"Yak, jangan sebut teman lelaki. Aku ragu mendengarnya"
"Haish" Rose kembali memberikan pukulan ringan ditangan Lisa.
"Aku serius Lisa~ kurasa dia bagian dari kami"
"Kami?"
"Ya, keraja~"
"Aku Park Jimin, senang bertemu dengan kalian" sergapnya.
Mendengar itu, Lisa membungkukkan badan tapi tidak dengan Rose. Kepalanya sedikit dimiringkan sekaligus mengamati wajah yang ia pikir-- sungguh familiar tapi tak juga ia kenali. Heh Park Jimin itu benar benar terlihat,
"Kau teman kecilnya oppa kan?" Teriaknya
"Wow, tenang Rose. Disini tak ada kebakaran"
Tidak bisakah gadis itu kalem sedikit. Setidaknya terapkan sifat wanita di depan seorang pria.
"Rose, melihatmu seperti ini aku sangat yakin kau akan jadi perawan tua selama bertahun-tahun" elusnya pada kepala sang sahabat seraya terkikis geli.
"Haish"
Gadis itu menampik tangan Lisa dengan kasar lalu merengut marah dan beralih kesamping Taehyung bersama pipi yang semerah tomat. Sedang marah saja pipinya merah apalagi digoda pemuda tampan, Lisa rasa sahabatnya itu akan langsung mengubur diri hidup-hidup ditempat.
"Oppa, bagaimana bisa kau menikahi nenek sihir seperti dia. Cerewet, jahat, sudah seperti ibu tiri saja"
Merengek seperti anak kecil? Benar- benar gayanya. Apalagi mengadu pada Taehyung seperti itu, apa dia pikir Taehyung akan luluh. Sayangnya tidak. Taehyung justru menghampiri Lisa dan merangkul lengannya dengan pelan. Alhasil membuat Rose berada disisi pemuda bernama park Jimin itu sekarang. Lihatlah, seperti dua pasangan serasi. Hanya Taehyung dan Lisa ya... Bukan rose.
Gadis berpipi tembam itu semakin mengerucutkan bibirnya kesal. Kedua tangannya didepan dada dengan kaki yang menghentak keras. Dia gemas, pemuda disamping Rose ingin sekali mencubit pipi gembilnya itu. Gadis ini lucu.
"Oh iya, Taehyung--ah, dia teman mu kan? Lalu bagaimana bisa bertemu kembali setelah sekian lama"
Lisa mendongak menatap Taehyung yang lebih tinggi darinya. Bahkan sebagian poni sang gadis meluruh kebawah hingga membuat dahinya sedikit terlihat.
"Itu namanya takdir Lisa" ia mencubit hidung gadisnya gemas.
"Jika ini takdir aku tidak akan berkomentar lebih"
"Haish"
Lagi dan lagi rose mendengus kesal. Sudah cukup, tak bisakah oppa dan kakak iparnya itu tak menunjukkan kemesraan didepannya. Mereka harusnya menghormati Rose dan juga Jimin disini tapi melakukan seenaknya seperti dunia milik berdua. Huh, benar-benar.
"Eomma, aku benci Tae oppa!"
Lisa tersenyum kecil mendengar celotehan tak berguna sahabatnya itu. Sungguh percuma. Gayanya nihil untuk menarik perhatian antara mereka disana. Mungkin inilah salah satu alasan Lisa sangat menyayangi gadis yang berstatus adik iparnya itu. Terkadang kekanakan tapi dilain waktu juga bisa jadi gadis yang bijaksana.
"Aku berjalan didesa beberapa menit lalu. Dan kita bertemu disisi toko bunga"
"Lalu?"
"Ya, aku memintanya untuk menemui kalian" sergap Jimin.
"Ini poeny untukmu Rose"
pemuda itu mengeluarkan setangkai bunga berkelopak merah muda. Tangannya menjulur didadapan sang gadis dengan senyum tak luntur dari wajah tampannya.
"Terima kasih, tapi Lisa lebih menyukai poeny ketimbang diriku"
"Yak!! Apa yang kau katakan. Aku memang menyukai poeny tapi hanya jika itu pemberian dari Taehyung"
"Eoh? Napeun(nakal) yeoja(perempuan)" matanya menyipit menatap sanksi gadis dengan poni itu.
"Wah, sejujurnya aku membawakan poeny ini hanya untuk mu Rose" tutur Jimin
"Ya, aku membawanya kesini bukan tanpa alasan. Tapi untukmu Rose"
"Untukku? Dia kan temanmu bukan temanku."
"Menikahlah dengan Jimin setelah kalian siap"
Segala macam tatapan mengarah pada Taehyung saat itu juga. Mulai dari rasa terkejut, keanehan, dan rasa tak percaya.
THE TRUTH UNTOLD
![](https://img.wattpad.com/cover/155267244-288-k634042.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TRUTH UNTOLD
Fiksi PenggemarTAELICE SHIPPER REPUBLISH karena sudah direvisi dan enak dibaca. Genre: fanfic, angst, Joseon era, romance, mistery Started : 15 juli 2018 Finished : 6 Februari 2019 Republish : 20 Desember 2019