9

3K 475 8
                                    







Kriettt

"Rose"

"Ah, kau mengagetkanku lice, masuklah"

Lisa menyibakkan jubah merahnya. Berjalan kearah seorang gadis dengan rambut merah yang duduk dimeja makan seorang diri. Langkahnya penuh pertimbangan hingga ia menarik sebuah kursi keluar dari tempatnya tepat disebrang sang pemilik.

Hari menjelang malam, semburat senja yang tadi menghiasi laut di angkasa perlahan-lahan mulai menghilang. Suasana menjadi gelap ditambah langit mendung tiba-tiba melingkari setiap sudut nya. Bahkan saat seharusnya bulan menampakkan diri, cahayanya tak mampu melewati abunya awan.

Benar benar mewakili perasaan Lisa. Hatinya tiba tiba dirundung kesedihan kala sang pemuda tak membalas ucapannya tadi, ia mengingat betul bagaimana Taehyung tersenyum manis sebelum pergi meninggalkannya.

Harapannya tak menjadi nyata.

'Padahal aku memberanikan diri untuk mengatakan hal gila itu'

Ia memukul pelan kepalanya sendiri sedangkan Rose menatap, menyipitkan matanya aneh pada Lisa.
Ingat seorang gadis yang memanggil Lisa saat ia tengah memetik bunga dirumah Taehyung?

Ya, Rose orangnya.

Seorang gadis yang hidup sebatang kara tanpa orangtua dan saudara. Tak ada, satupun tak ada. Dia kehilangan identitas. Dirinya hanya tahu ibu Lisa yang mengurusnya sedari remaja.

Mengenai bagaimana ia bisa sampai ke desa ini pun, rasanya sangat mustahil. Segala hilang seperti bunga dandelion yang terbang terbawa angin, tanpa satupun jejak ditinggalkan orangtuanya. Ini sebenarnya aneh, tapi Rose hanya diam tak ingin memperpanjang. Bertanya saja pun tidak.

Namun, ada satu yang tidak akan perbnah hilang, siluet dua bocah laki- laki yang selalu bermain dengannya dikala kecil. Harapannya masih sama, menemukan dia dan kembali bermain bersama.

Rose, seseorang yang dijadikan Lisa bersandar setelah ibunya. Tempat berkeluh kesah dan menceritakan isi hatinya.

Seperti yang hendak Lisa lakukan sekarang. Menceritakan segala hal mengenai Taehyung dan perasaan gila yang tak mendasar. Ia hanya takut menyimpannya seorang diri. Seakan- akan mampu dihantui peluang terburuk yang akan segera datang.

"Ada perlu apa lice, ini hampir malam kenapa kau tiba kemari?"

"aniya, aku hanya ingin membicarakan suatu hal"

"Tentang?"

Rose beranjak dari duduknya mengambil sepiring kue kering dan segelas susu untuk Lisa. Bagai kucing yang kehausan, ia meminum susunya hingga habis tak tersisa. meninggalkan jejak disekitaran sudut bibirnya.

"Kim Taehyung" gadis itu berucap sembari menaruh kasar gelas ditangannya.

"Kau ini, suka sekali mencari tahu tentang dia. Aku bahkan tak tahu rupanya bagaimana. "

"Kau tak penasaran dengannya?"

"Sedikitpun tidak. Aku terlanjur percaya dengan perkataan orang- orang yang menyebut dirinya seperti monster. "

Lisa menghela napas berat. Bagaimana ia bisa menceritakan nya jika Rose saja merasa tak tertarik dengan cerita ini.

Tampaknya akan sulit.

"Rose, aku ingin mengatakan bahwa aku menyukainya. "

"Siapa? Monster itu, kau ini seperti anak kecil yang mencoba berbohong pada ibunya lice~ jangan bercanda"

"Tidak Rose. Aku tidak bercanda, kau harus percaya padaku" Nada Lisa terdengar serius. Gadis itu menghentak lengan sahabatnya dengan sekali tarikan. Sedangkan si empu mampu merasakan sesuatu yang aneh pada diri Lisa. Rasa anehnya bagai sulur daun muda yang beberapa menit baru tumbuh.

"Ya, aku percaya padamu~ tapi bagaimana bisa, kau saja tak pernah mengenalnya"

"Inilah rahasia nya, tolong dengar baik-baik. Kuharap kau tak menentang ku"

Lisa menyamankan posisi, memejamkan sepasang maniknya sebentar, menghirup udara untuk paru-parunya yang mulai terasa sesak, dan terakhir menggenggam jemari gadis dihadapannya untuk menyalurkan segala perasaan dari dalam lubuk hati.

"Akhir-akhir ini, aku selalu menemuinya ah~ maksudku bersamanya, membuatkan kue untuknya dan tadi aku datang kembali untuknya"

Setengah terperangah, Rose menggeleng tak percaya. Memang benar waktu itu, ia mendapati Lisa sedang memetik bunga di taman milik sang pemuda. Namun, dirinya tak menemui satupun tanda keberadaan taehyung disana.

"Dia, yang kau bilang monster itu tak begitu. "

"Langsung saja, jangan ini dan itu. Aku tak mengerti"

"Jangan biarkan rasa penasaranmu memotong perkataanku" sergap Lisa

Ia melirik jam dinding tepat disebrang. Ini hampir pukuk delapan malam, tapi tak ada satupun cerita yang keluar dari mulut gadis bersurai blonde itu.

"Dia~ Kim Taehyung, seorang pemuda tampan yang bersembunyi di balik sebuah topeng"

"Jadi, topeng itu benar?" sanggah Rose memotong.

"Ya, tapi tidak dengan monster itu"

"Tapi..." Lisa menggelengkan kepala pertanda untuk Rose agar tetap diam mendengarkan.

"Saat pertama kali melihatnya pun, aku tak merasa takut padahal banyak orang mengatakan sifatnya seperti pembunuh berdarah dingin bahkan ibuku juga bilang begitu. "

Lisa hening sejenak. Ia menutup maniknya perlahan meresapi semilir angin yang menerobos dari balik lubang angin rumah kayu itu.

"Dan yang paling penting adalah semua kabar yang memberitakan bahwa Taehyung seorang monster merupakan kebohongan semata. Itu rumor yang sengaja disebarkan seseorang. Tapi sayangnya, orang itu adalah ahjumma yang membesarkan Taehyung sejak remaja"

Rose mengangguk-anggukkan kepala, mulai mengerti akan kemana pembicaraan mereka.

"Lalu, hubungannya dengan perasaanmu?"

"Aku juga bingung. Bagaimana bisa aku jatuh cinta pada Taehyung hanya dengan menatap matanya, huh~"

Entah sudah keberapa kalinya Lisa menghela napas lelah. Kali ini sedikit lebih panjang karena perasaan dirinya yang semakin menggila kala benak si gadis memikirkan pemuda itu.

"Lice, apapun yang terjadi aku akan tetap mendukungmu."

Gadis itu tersenyum lembut bersarat lelah yang mampu membuat Rose khawatir. Kentara sekali, ada yang mengganggu pikirannya.

"Aku heran, Kenapa ibu sangat melarangku untuk kembali memetik bunga dirumah Taehyung"

"Mungkin dia sama sepertiku, teracuni orang-orang mengenai rumor Taehyung"

"Kuharap begitu"

'Semoga tak ada yang ditutup- tutupinya'

"Aku perlu bantuanmu Rose, suatu saat nanti... Pasti."
Rose tersenyum membentuk lengkungan indah di bibirnya. Meyakinkan bahwa suatu saat nanti, saat itu tiba bantuannya bisa diperlukan.

THE TRUTH UNTOLD

THE TRUTH UNTOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang