“Ibu, aku pulang."
Teriakan bahagia dan senyuman secerah matahari itu, benar-benar menambah sisi terbaiknya. Menjadikan Lisa sebagai gadis ramah penyebar kebahagiaan. Ia menyampirkan jubah merahnya dibalik pintu, melangkah menuju meja makan yang terlihat penuh dengan dua orang disana.
"Rose, tumben sekali kau kemari biasanya aku juga yang harus merengek padamu untuk datang kesini," Lisa mencebik, meremehkan sesosok gadis berambut merah dan segera meraih bangku kosong tepat disampingnya.
Memang akhir-akhir ini Rose sangat jarang bertandang ke rumah Lisa walau hanya sekedar makan bersama. Entahlah, gadis itu sedikit berubah. Bukan pada Lisa, tetapi seperti enggan bertemu dengan sang ibu.
"Yak!! Ahjumma yang memintaku menemaninya tidur malam ini. Akan kupukul kepalamu nanti"
Sahabat memang terlihat sama. keduanya memiliki sesuatu yang berbeda namun terkesan saling melengkapi. Rose gadis yang ceria namun sedikit tertutup, sedangkan Lisa lebih terbuka pada siapapun asal mampu membuat dirinya merasa nyaman.
"Kenapa ibu memanggil Rose, kan ada aku yang dengan senang hati menemani ibu"
Lisa terlihat sangat imut dengan gayanya yang seperti ini. Tangan dilipat kedepan, dan bibir yang sedikit dimanyunkan, apalagi pipi berisi nya yang nampak gembung sangat menggoda untuk dicubit.
"Bukannya begitu~ firasat ibu meminta Rose untuk menginap malam ini, lagipula ada yang ingin
ibu ceritakan padanya" wanita itu berlalu setelah menyuguhkan sepiring kue jahe di atas meja. Sedangkan Lisa menganggukkan kepala tanda mengerti.Tanpa disangka, gadis berponi tersebut segera menarik tangan sahabatnya, mendorong punggung Rose untuk masuk ke kamar si gadis. sedangkan yang ditarik, ingin melayangkan protes namun terdiam kala Lisa membekap mulut itu.
"Hei, kalian tidak ingin kue jahe?"
"Tidak bu, aku masih kenyang," jawab gadis itu cepat. Ibu Lisa hanya menggelengkan kepala, heran dengan kelakuan dua gadis seperti mereka. Ia mengukir seulas senyum yang terlihat lebih tulus dari biasanya. Seakan beban dipundak merasa terangkat dikala mendengar teriakan keakraban dari Lisa dan Rose.
"Dasar, anak muda"
***
"Pabo~ya, kenapa kau membekapku, ingin aku mati atau bagaimana hah?"
"Ssstttt tenang Rose, aku tidak akan membunuh mu. Lagipula kau masih dibutuhkan disini. " Lisa terkikik geli sesekali menaruh jari telunjuknya dibibir, mengisyaratkan Rose untuk mengecilkan suara.
Dan tawanya semakin pecah saat mendapati wajah sang sahabat yang menahan kesal. Merah seperti tomat, apalagi pipinya yang tembam membuat wajah Rose semakin bulat. Ia memegangi perutnya yang terasa sakit karena tak henti-hentinya tertawa dan sesekali mengusap sesuatu yang berada diujung matanya.
"Heh bocah, cepat katakan sesuatu kenapa menarik ku kesini," ketus Rose.
"Yak!!! Kau merajuk ya, jadi siapa disini yang terlihat seperti bocah"
"huft~ ada apa Lalisa, apa kau membutuhkan sesuatu?" tutur Rose dengan malas sementara Lisa terkikik geli untuk yang sekian kalinya kala mendapati sang sahabat yang terus- menerus merajuk seperti anak kecil.
"Hari ini aku sangat bahagia" Rose menggulirkan manik nya, terus memusatkan mata pada Lisa yang berlari ditempat seperti bocah gila disaat mendapatkan permen dari pangeran kuda putihnya. Atau, memang benar?
"Kenapa?"
"Tidak bisakah kau dengarkan aku dulu?"
"Baik nona Lisa, silahkan dilanjutkan" Ucap Rose pasrah. Ya, bagaimana lagi, ia harus terbiasa dengan ini. Lisa akan berubah menjadi hiperaktif jika sedang bahagia. Terkadang ucapannya pun tidak bisa dikontrol dengan baik. Dasar, Lisa 4D
"Taehyung memberikan ku bunga"
Lisa tersenyum dengan bangga, lalu meraih seikat bunga dari keranjang rotannya. Bunga Itu nampak segar dengan plastik transparan yang masih membalut kelopaknya. Terlihat cantik tanpa layu sedikitpun.
"Bunga?"
"Ya, bunga poeny kesukaanku"
Mata si gadis berbinar, menampakkan rasa bahagia yang teramat. Ia mendudukkan dirinya disamping Rose masih dengan raut wajah bingung. Kemudian menyejajarkan bunga ditangannya dengan wajah Rose yang belum menunjukkan ekspresi apapun.
Rose terpaku, diam memperhatikan bunga cantik itu. Tangan sang gadis bergerak, mencoba untuk meraih bunganya tetapi, Lisa segera menjauhkan benda itu.
"Ini milikku, jadi hanya aku yang boleh menyentuhnya"
Seakan tersadar, Rose menggelengkan kepala. Kembali memilih fokus pada Lisa-- masih dengan senyuman lebar yang tak hilang sejak beberapa detik lalu.
"Aku sangat bahagia Rose."
"Tapi, apa Taehyung yang memberikannya langsung padamu?"
"Sebenarnya tidak," nada suara Lisa terdengar kecewa.
"Lalu?"
"Tadi aku mengunjungi rumahnya, tapi tTaehyung tidak ada disana. Saat aku ingin pergi, ada seorang ahjumma yang memberikan aku bunga ini, dia bilang Taehyung menitipkan nya untukku"
Gadis berpipi tembam itu, mulai mencerna setiap kata yang didengar. Logikanya bermain sekarang. Entahlah, seperti ada yang salah disini.
"Kukira hanya kau yang berani menemui Taehyung"
"Ne, aku pikir juga begitu. Tapi Taehyung pernah bilang ada seorang ahjuma yang mengurusnya, menurutku dia orang itu"
"Apa sebelumnya kau pernah bertemu dengan ahjuma itu?" Lisa berpikir sejenak, mencoba mengingat-ingat mengenai sosok yang Rose tanyakan.
"Tidak"
'Firasat ku tidak baik lice. Ahjuma itu bahkan tak pernah melihatmu tapi bagaimana ia bisa tahu bahwa kau yang bernama Lisa'
Gadis itu kembali dirundung perasaan takut sekaligus cemas. Entah mengapa jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.
"Kau bisa menemaniku bertemu dengan Taehyung?"
Lisa mengernyit bingung, Rose bilang ia sama sekali tak tertarik dengan cerita sang pemuda, tapi kenapa tiba- tiba ingin bertemu. Mungkin tak apa, lagipula Rose memang harus mengenal Taehyung untuk menyingkirkan idealisme buruk mengenai pemuda itu yang dikatakan seperti monster.
"Tentu saja, tapi tidak sekarang aku ingin tidur lebih cepat"
"Ne," angguk Rose. Tungkainya melangkah menuju pintu segera ingin keluar namun terhenti karena mengingat sesuatu.
"Jaga dirimu baik-baik lice," Geleng nya mengenyahkan prasangka buruk sebelum meninggalkan kamar Lisa.
THE TRUTH UNTOLD

KAMU SEDANG MEMBACA
THE TRUTH UNTOLD
FanfictionTAELICE SHIPPER REPUBLISH karena sudah direvisi dan enak dibaca. Genre: fanfic, angst, Joseon era, romance, mistery Started : 15 juli 2018 Finished : 6 Februari 2019 Republish : 20 Desember 2019