“Aku menyesal karena takut ancamanmu.” Ela melirik gemas.
Frans tidak terpengaruh sama sekali oleh wajah cemberut Ela. Dia tahu pasti bahwa Ela sama sekali tidak terpaksa menemuinya. Dia yakin, Ela juga ingin bertemu dengannya.
“Sudah dong, jangan cemberut. Kenapa sih? Lagi dapet ya?” goda Frans sambil mengulum senyum.
“Idih, sok tahu kamu!” jawab Ela gemas dengan dahi berkerut. Padahal dalam hati dia ingin tertawa. Dia jadi merasa seperti anak muda yang sedang saling menyembunyikan perasaan.
“Oh ya, El, apa maksud Pak Kevin bahwa dia tidak lagi bekerja denganmu?” Frans mengubah haluan obrolan mereka tanpa kehilangan senyum.
“Dia mengundurkan diri,” jawab Ela tenang.
Kali ini Frans mengangkat alis, tidak percaya dengan apa yang didengarnya. “Ada masalah apa? Mengapa demikian mendadak?”
“Maaf, Frans, aku tidak bisa menceritakannya.”
“El, kamu tahu, aku sangat penasaran sekali, ada apa dengan kalian. Mengapa istri Pak Kevin sampai datang ke rumahmu?”
“Sudah kubilang, Frans. Aku tidak bisa menceritakannya.” Ela mengucapkannya dengan sabar.
“Tidak ada perkecualian buatku?”
“Perkecualian apa, Frans?”
“Kukira sampai saat ini, hanya aku teman terdekatmu.”
Ela tertegun. Menelaah ucapan Frans yang memang benar. Saat ini hanya Frans-lah yang paling dekat dengan dirinya. Dekat dalam arti sebagai teman mengobrol. Untuk saat ini, cukup itu. Ela tidak ingin lebih dari itu.
“Bukan berarti kamu harus tahu segalanya, Frans. Ini terlalu pribadi.”
“Pribadi?” Frans tidak putus asa mengejar kalimtnya.
“Frans, sudah ya. Aku tidak mau membahas itu lagi. Sekarang lebih baik kita fokus terhadap kerja sama kita.”
Frans melebarkan senyum kemudian mengangguk. Dia berdiri ke mejanya untuk mengambil berkas kerja sama mereka, sampai tanpa diduganya, seorang gadis tiba-tiba masuk dan menerjang memeluknya.
***
Kejadian yang sangat tidak diinginkannya, tidak pernah pula terbayang dalam angan-angannya, adalah kejadian ini. Kejadian di mana Chika, putri dari presiden direktur di mal ini, datang tiba-tiba kemudian memeluknya dengan manja. Di hadapan Ela!
Kalau saja dia hilang ingatan, dia ingin mendorong gadis itu dan menyeretnya keluar. Dia tidak mau Ela salah paham atas apa yang baru saja dilihatnya. Tapi otaknya seolah blank saat kejadian itu tiba-tiba berlangsung. Frans berpikir bahwa dia harus bertindak secepatnya.
“Kak, kok nggak pernah telepon sih. Aku kangen banget.” Gadis itu bergelayut manja tanpa peduli pada orang lain.
Ela yang berada di belakang mereka, menyaksikan dengan keterkejutan yang berbalut keingintahuan. Dia melihat gadis itu masih sangat muda. Mungkin berumur sekitar 20 tahun. Pakaiannya pun sangat modis, bahkan terkesan seksi. Kalau melihat gaya memeluknya, Ela sangsi kalau itu adalah adik Frans.
Untuk sementara, Ela tidak bisa menyimpulkan apa pun. Tapi dia tidak dapat menghindarkan rasa ini. Rasa tidak suka saat gadis itu memeluk Frans. Suatu perbuatan yang kini dihindarinya bersama lelaki yang belum menjadi suaminya. Rasa tidak suka itulah yang mungkin bisa disebut dengan cemburu.
Ya Allah! Ela belum bisa menerima rasa ini mengalir dalam aliran darahnya. Sebuah rasa yang mencerminkan bahwa dia memang ada rasa pada Frans. Ela merasa tidak seharusnya dia berada di sini. Dia harus pergi. Dia tidak sanggup.
Ela bangkit dengan wajah muram seperti diliputi mendung. Selain cemburu, ada pula rasa lain. Dia kesal dan marah karena Frans...
“Ela,” panggil Frans ketika melihat Ela bersiap untuk pergi. Dia melepaskan pelukan gadis itu segera. Sedangkan gadis itu memandang dengan jengkel.
“Maaf, Frans. Aku harus segera kembali. Kita bisa bicarakan kerja sama kita lain kali.”
“Ela, tunggu sebentar.”
Gadis itu kembali mengikuti Frans. Dan lagi-lagi menggelayuti lengan Frans.
Frans ingin sekali menarik lengannya. Dia tidak nyaman dengan tindakan gadis itu yang rasanya sudah pantas untuk disebut tidak punya sopan santun. Tapi Frans tidak mau Ela menebaknya yang tidak-tidak. Karena itu dia berniat memperkenalkan.
“Ela, kenalkan ini Chika. Chika adalah...”
“Halo, aku Chika. Calon tunangan Kak Frans,” potong Chika dengan gaya menyebalkan.
Sekonyong-konyong Frans dan Ela membeliak kaget menatap Chika. Sedangkan yang ditatap hanya tersenyum simpul tanpa rasa bersalah. Mungkin sebagai gadis muda, instingnya sudah begitu kuat, dan bisa memahami bahwa wanita ini bukanlah sekedar teman kerja Frans saja. Ada raut wajah lain dalam wajah wanita itu.
“Chika.” Frans masih kesulitan mengambil sikap. Tapi Chika dengan santainya justru mengulurkan tangannya.
Dengan perasaan campur aduk, dengan menahan kegetiran dalam suaranya, dengan menahan supaya emosinya terlihat stabil, Ela menjulurkan tangannya lalu menjawab, “Ela.”
“Nggak apa, Kak. Kabar bahagia harus diumumkan. Supaya banyak yang mendoakan,” ucap Chika percaya diri.
Ela tak tahan lagi berada di antara mereka berdua. “Saya harus kembali ke kantor. Selamat siang.”
“Ela.”
Frans tak berkutik. Dengan pandangan bingung, antara panik dan nanar, dia melihat kepergian Ela yang diyakininya pasti membawa sakit hati. Hal itu tentu saja akan mempengaruhi hubungan mereka.
***
Selamat malam readers
![](https://img.wattpad.com/cover/155221278-288-k88153.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Angela (Terbit)
Ficción GeneralPerjalanan cintanya tidak semulus perjalanan karirnya. Pada usia 25 tahun, suaminya pergi selama-lamanya, meninggalkannya dengan seorang gadis kecil permata hatinya. Pada usia 28 tahun, suami keduanya mengkhianatinya, meninggalkan penyesalan dan sis...