Angela 20

868 44 0
                                    

“Ela, kamu tahu aku mencintaimu.”

“Frans, maaf aku harus berangkat.”

Ela meninggalkan Frans yang masih membeku seperti orang bodoh. Sedangkan Ela segera menaiki mobilnya dan berangkat dengan hati yang berat. Di dalamnya, kembali dua tetes air matanya mengalir. Dia benci harus menangisi lelaki yang belum pantas dia tangisi. Oh, hinanya dirinya! Menangis untuk lelaki yang bukan suaminya.

Kepedihannya semakin bertambah ketika pada malam harinya, Dedi kembali datang mengunjunginya. Rasanya dia ingin menghilang saja. Tidak kuat menerima ini semua.

“Ada apa lagi, Di?” tanya Ela heran mengapa Dedi yang selama ini telah tinggal di rumah mantan istrinya masih saja datang ke rumahnya.

“Kamu semakin cantik saja, El.”

Ela mengibaskan tangan di depan wajahnya dengan sinis. “Sudahlah, Di. Jangan membuatku bertambah muak. Sepertinya aku butuh sekuriti untuk menjaga rumahku sehingga kamu tidak bisa masuk lagi ke sini.”

“Ela,” Dedi mendekati Ela yang sedang berdiri di ruang tamu, “kalau aku mau meninggalkan Sarah, apakah masih ada kesempatan buat kita bersatu lagi? Jujur saja, aku ingin memiliki kalian berdua.”

Ela membulatkan matanya dengan kemarahan yang tiba-tiba muncul. “Serakah kamu, Di. Kalau itu memang maumu, silakan cari wanita yang memang mau kamu madu. Kamu jelas tahu aku bisa hidup nyaman tanpa suami sekali pun.”

“Keangkuhanmu memang menjadi daya tarikmu, Ela. Tapi wanita berambisi seperti dirimu kupastikan tidak akan mampu hidup sendiri tanpa sentuhan lelaki.”

Ela menelam ludahnya dengan sengit. Dia mendekati pintu dan membukanya lebar-lebar. “Aku tidak mau mendengar apa-apa darimu. Kini hidupku bukan lagi menjadi urusanmu. Silakan keluar.”

Terlihat Dedi dengan santai mendekatinya lagi. Dia menarik napas panjang dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celananya. “Kamu sudah punya kekasih, Ela?” tanya Dedi diluar dugaan Ela.

“Punya atau belum punya, tidak ada kaitannya denganmu.”

“Aku melihat seseorang sedang menungguimu kemarin malam. Dan kupastikan dia pasti menyukaimu.”

Ela mengerutkan keningnya. “Kamu mengintaiku?”

Dedi tersenyum sinis. “Kamu tahu aku selalu mengintaimu sejak pertama kita bertemu.”

Ela seperti teringat akan ulah Dedi ketika dia sedang menjalin kasih dengan Edo. Dedi memang selalu mengintainya kemudian merusak acaranya dengan Edo. Jadi sebenarnya, rasa awal saat melihat Dedi dulu adalah sebuah kebencian. Entah mengapa benci itu berubah menjadi cinta hanya karena Dedi terenyuh melihatnya sedih dengan status jandanya.

“Aku menyesali itu semua.”

“Ela, please, aku masih mencintaimu. Kamu pasti tahu itu.”

“Tapi kamu tidak setia!”

“Iya, itu yang ingin aku perbaiki. Aku ingin belajar setia kepadamu.”

“Sudah terlambat, Di. Aku ingin segera mengakhiri pernikahan ini.”

Dedi ingin memohon lagi. Tapi ponselnya berdering. Terlihat nama Sarah yang meneleponnya. Kemudian wajahnya berubah muram.

“Sorry, El. Deco sakit. Aku harus segera membawanya ke dokter.”

“Iya, itu memang lebih baik. Kembalilah pada keluargamu yang sesungguhnya. Assalamualaikum.”

Ela menutup pintu rumahnya tanpa perasaan lagi. Tidak peduli Dedi masih berdiri gundah di sana. Dia tidak ingin mendengar penjelasan apa pun lagi. Sudah cukup semuanya.

***

Kedua gadis itu sedang menikmati makan siang di sebuah restoran cepat saji. Awalnya keduanya makan dengan lahap dan mengobrol dengan gembira, sampai akhirnya salah satu dari mereka mulai membicarakan hal serius.

“Kamu tahu nggak, kira-kira Kak Frans punya hubungan sama cewek lain? Pacar gitu?”

“Pacar gimana? Pacarnya kan kamu,” jawab Shera dengan kening berkerut. Mana ada kakaknya punya dua kekasih. Itu tidak mungkin. Dia kenal sekali karakter kakaknya. Memang, kakaknya itu dulu sering gonta-ganti pacar. Tapi sejauh yang dia tahu, Frans tidak pernah berselingkuh.

“Kemarin ada perempuan berhijab di kantornya. Kalau aku lihat dari wajah mereka sih, sepertinya ada yang lain.”

“Perempuan berhijab?” Shera memasukkan seiris daging ke mulutnya sambil berpikir. “Perasaan kamu aja kali.”

“Aku jelas bisa bedain lah, mana sikap orang yang biasa-biasa aja, sama orang yang punya perasaan lain.”

“Nah, kenapa nggak kamu tanya langsung?”

“Dia nggak mau ngaku.”

“Ya udah selidiki aja.”

Chika membeliak heran, seperti menyadari sesuatu. Menyelidiki Frans? Rasanya terlalu cepat kalau harus mencurigai lelaki yang telah menjadi kekasihnya selama enam bulan itu. Dalam sebuah hubungan yang sehat perlu adanya saling jujur dan saling percaya. Jadi kalau Frans tidak mengatakan apa pun, mengapa dia jadi bingung. Tapi perempuan mana yang diam saja ketika kekasihnya menunjukkan gerak-gerik menyukai wanita lain? Apakah mungkin dalam waktu tiga bulan, saat mereka terpisah jarak, Frans jatuh cinta pada wanita lain?

Aku nggak boleh gegabah, batin Chika. Kalau aku posesif, bisa-bisa Frans betul-betul memilih wanita lain.

“Gini deh, aku kasih tahu ciri-cirinya ya. Perempuan itu cantik. Kalau dilihat dari pakaiannya, dia juga wanita pekerja. Pakaian, tas, dan sepatunya juga aku tahu itu dari merek terkenal mahal.”

“Sampai sejeli itu kamu lihat dia?”

“Mukanya itu berubah kesal waktu lihat aku datang.”

“Siapa sih?”

“Masa kamu nggak tahu kalau Kak Frans punya kenalan perempuan berhijab?”

“Sekali sih,” Shera seperti berpikir sebentar, “waktu kami ke Anyer, Mama ketemu sama rekan bisnisnya. Dan emang agak terlihat ada yang aneh sama mereka. Kak Frans seperti perhatian banget sama dia.”

“Yang betul kamu, Ra?” Chika mulai gelisah. “Punya fotonya?”

Shera seperti baru menyadari sesuatu. Dia merasa tidak pernah memfoto Ela. Buat apa pikirnya, dia tidak begitu kenal wanita itu. Tapi... Shera segera menyambar ponselnya dan melihat satu per satu foto di dalam galeri ponselnya. Kemudian dia menemukan satu foto Vita. Memang di dalam foto itu fokusnya lebih kepada Vita. Tapi beberapa meter di belakang Vita, ada Ela yang sedang duduk berdua dengan Frans.

Shera dengan semangat menunjukkan foto tersebut kepada Chika. Kemudian yang terjadi adalah, Chika membuka mulutnya lebar-lebar tanda tak percaya.

“Iya, itu perempuan yang aku lihat kemarin!”

***

Jangan lupa vote

Angela (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang