Angela 8

1.1K 64 0
                                    

Berselingkuh. Ya, Ela trauma mendengar kata itu. Satu kalimat sakti yang pasti akan memengaruhi mood-nya. Dia pernah berselingkuh. Itu kenyataannya. Dia pernah berselingkuh dengan Dedi saat masih menjalin asmara dengan Edo. Meskipun dia tidak pernah mencintai Edo, tapi bukan menjadi alasan bahwa dia boleh berpaling pada Dedi.

Dan sekarang, ketika Dedi sudah menjadi miliknya seutuhnya, lelaki itu mengkhianatinya. Ela sakit hati. Wanita itu sudah menahan diri selama tujuh bulan untuk menunggu dan berharap Dedi akan kembali padanya. Tapi nyatanya Dedi lebih banyak memilih untuk tinggal dengan anak dan mantan istrinya. Jadi buat apa lagi menunggu? Hanya menambah penderitaan saja.

Kini, ketika pernikahannya hampir saja karam, datang seorang lelaki lain yang terang-terangan mengharap bertemu dengannya lagi. Jujur saja, Ela juga terpesona dengan kehadiran Frans. Sosok lain, berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Dedi. Sosok lelaki dewasa yang tinggi tegap dengan sikap yang begitu ramah dan lembut. Frans bahkan tidak pernah berani lagi mengulurkan tangannya.

Saat akan melewati pintu, Frans akan mempersilakan lebih dulu. Begitu pula pada saat Ela akan duduk, Frans akan menarikkan kursi untuk wanita itu. Semua dilakukan penuh penghormatan. Tidak ada kekurangajaran. Ela menghargai itu. Jadi, bagaimana mungkin dia mengabaikan perhatian Frans meskipun mereka baru kenal tiga hari?

Sebenarnya Ela belum ingin merajut asmara lagi. Kisah cintanya terlalu menyakitkan. Saat berusia 25 tahun, suaminya meninggal. Saat berusia 28 tahun, suami keduanya berselingkuh. Ela betul-betul merasa hancur jika tidak ada Vita di sampingnya. Jadi untuk sementara waktu, dia belum ingin jatuh cinta lagi. Tapi langkah apa yang harus diambilnya ketika sebelum dia menutup diri, telah hadir lelaki baru yang menggugah hatinya?

Ya Allah, Ela menutup wajahnya dengan kedua tangannya, tunjukkan jalan terbaik bagi hambamu ini.

“Mama!”

Suara nyaring Vita mengejutkannya dalam doa yang masih dipanjatkannya. Putri kecilnya itu kini sedang menarik bajunya untuk turun.

“Nenek datang, Ma.”

Astagfirullah, dengan begitu banyak pekerjaan dan kemelut masalah membuatnya lupa menjenguk ibunya sendiri. Sampai-sampai, ibunya yang datang kemari. Meski rumah mereka tidak terlampau jauh, seharusnya Ela bisa menyempatkan diri untuk berkunjung. Tapi nyatanya, dia tidak sempat.

“Maaf, Bu. Sudah beberapa hari saya tidak sempat ke rumah Ibu,” kata Ela ketika dia menyambut ibunya di lantai bawah. Ibunya membawa masakan begitu banyak. Semua khusus dipersiapkan untuk dirinya.

“Ah, tidak apa. Ibu juga tidak sakit kok.” Bu Septa meletakkan makanan yang dibawanya di atas meja. “Vita bilang kemarin Dedi kemari?”

Ela terdiam. Bingung menjawab apa. Sejujurnya dia tidak ingin bercerita apa pun pada ibunya. Apalagi  mengenai Dedi. Suami brengsek yang tega menyakiti anak semata wayang Bu Septa. Itu jelas sangat menyakitkan.

“Iya, tidak lama, Bu.”

“Bukannya kamu sudah menggugat cerai?”

“Iya, tapi baru dua minggu lagi jadwal sidang pertama, Bu.”

Ela menyeduh segelas teh kemudian menyerahkannya kepada ibunya. Dia sendiri mengambil segelas jus dari lemari pendingin. Lalu dia duduk di sofa diikuti oleh Bu Septa.

“Mengapa kamu masih membiarkan dia kemari?”

“Saya tidak bisa melarangnya, Bu,” jawab Ela kelu. Dedi tidak pernah bisa dilarang. Lelaki itu akan melakukan apa pun yang dia mau. Jadi bagaimana Ela bisa mengusirnya dari rumahnya? Sofi pun pasti tidak mampu.

Angela (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang