Jika asa menjadi renjana
Langkah tenang menderap angan
Di sini ada hati menjejak
Terdengar elegi rasa sesak
Setiap hari adalah mimpi
Pun kisah tak tertuang di benak
Saat kepedihan mengaliri jemari
Batu kerikil pun bagai perak
Wahai penikmat kata
Tut...
Pria berambut pirang itu mencebik ke arah korbannya yang meratap lirih penuh rasa keputusasaan. Darah mengalir deras melalui lubang di perut, menghitam ketika menyentuh tanah.
Ia berjongkok, dan menatap lurus tanpa belas kasih pada pria yang akhirnya mengembuskan napas terakhir. Kini ia mendongak ke atas. Pada seorang pria bertubuh besar yang terikat kuat pada tiang-tiang pancang dan dipaksa untuk berlutut.
"Bagaimana rasanya diikat seperti itu, Wada?" Suara bariton pria berambut pirang menyapa halus, tapi mematikan.
Wajah Wada sepucat kertas. Orang yang merantainya di sini tidak main-main. Luka di sekujur tubuhnya tak lagi bisa dihitung. Pria itu tak langsung mencabut nyawanya, melainkan menyiksanya sedikit demi sedikit.
"Apa maumu?" Wada merasakan tubuhnya gemetar. Pria itu baru saja menghabisi Taku dan pasti akan membunuhnya segera.
"Menghukummu." Ia menyeringai sembari berdiri mendekat. "Aku Leo, utusan bintang yang menjadi hakim bagi kaum terbuang."
"Bajingan!"
Leo berdecak. Mata berwarna magenta di balik topeng Phantom berkilat tajam. "Kau orang yang angkuh! Menyiksa banyak anak-anak dan wanita demi kepuasan seks menyimpangmu."
Belum sempat Wada membantah, sebuah tamparan keras mendarat di pipinya.
"Diam!"
Leo mengeluarkan sebilah pisau lipat dari saku jaket panjangnya. "Nah, akan kubuat kau merasakan derita yang lebih menyakitkan dari mereka yang telah kaubunuh."
Pria bertopeng itu menyayatkan perlahan pisau mungil itu ke leher Wada. Perlahan, tapi cukup dalan ke leher bagian depan.
Wada meronta, menggelalar, tapi rantai terlalu kuat mengikatnya. Darah yang membasah bumi menjadi iringan doa Leo bagi para korban yang telah pergi mendahului merela.
Leo kembali berwajah datar. Menghilangkan segala amarah atas kematian korban-korban bajingan yang batu saja dihabisinya.
Sekarang ia berlutut. Memintakan pengampunan Tuhan atas dosa yang diperbuatnya.
.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
16 Agustus 18
Akan dapat balasan bagi orang yang berbuat Dzalim.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.