Jika asa menjadi renjana
Langkah tenang menderap angan
Di sini ada hati menjejak
Terdengar elegi rasa sesak
Setiap hari adalah mimpi
Pun kisah tak tertuang di benak
Saat kepedihan mengaliri jemari
Batu kerikil pun bagai perak
Wahai penikmat kata
Tut...
Lia memandangi surat yang baru saja diterimanya. Nama seseorang yang selalu terpatri di hatinya tertulis di sana.
Putra.
Entah sudah berapa lama ia tak mendengar kabar kekasihnya itu. Ah, bukan. Mereka terlalu sibuk hingga masing-masing sempat melupakan janji mereka untuk selalu bersama.
Gadis itu menatap burung parkitnya sembari tersenyum. "Putra menulis surat. Mungkin ada kabar juga dari Parkit. Apa Mari kangen sama Parkit?"
Mendengar kata Parkit, Mari mengepakkan sayapnya berulang seolah tak sabar ingin mengetahui isi surat itu.
Lia membelai surat beraroma cendana itu dan membukanya dengan hati-hati.
Dangkal telah kesebrangan, dalam telah keajukan.
Gadis itu tersenyum. Hanya sebuah pepatah dikirimkan kekasihnya. Tentang Putra telah mengetahui dirinya seutuhnya.
Ya, Putra tahu kalau mereka saling merindu. Lalu apa yang harus ia jawab?
Tangan lentik itu mengambil pena dan kertas sebelum akhirnya mulai menulis.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
240818
Dari role play-ku CLAC. Aurelia Aurita punyaku Putra punya besanku Putsuri
Kangen merekaaaa
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.