Jika asa menjadi renjana
Langkah tenang menderap angan
Di sini ada hati menjejak
Terdengar elegi rasa sesak
Setiap hari adalah mimpi
Pun kisah tak tertuang di benak
Saat kepedihan mengaliri jemari
Batu kerikil pun bagai perak
Wahai penikmat kata
Tut...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Teka-tekinya, cuma itu aja?" Yufa tampak tak yakin.
Yura menunduk dan kembali membaca.
Setelah sepertiga waktu penyu menahannapas, kalajengking pun munculmelawanpesaingnya. Dua dunia tak akan bertemu, bahkanaktris pun menunduk kala tiraiditurunkan.
Sepertibolpen kala menulis, tataplah ke arah balon gas meliuk, empatpuluhlangkah, selesailahsudah.
Yura melebarkan senyuman pasrah. "Sorry, khilaf." Ia terkekeh. "Mungkin tandanya aku laper. Udah jam satu, kita belum makan siang."
Yufa terkekeh. "Jadi mau makan dulu, apa lanjut dulu?"
"Lanjut aja. Kayaknya tinggal empat puluh langkah lagi." Yura mengedarkan pendangan ke sekeliling. "Masalahnya ke kanan apa ke kiri?"
Ketiganya mengamati sekeliling. Di hadapan mereka ada pasir isap. Jelas bukanlah pilihan untuk dilangkahi. Tinggal harus ke rimbun semak di kiri, atau ke dekat suara gemercik sungai di kanan.
"Yuusha rasa kalimat itu semua berpadu, menunjukkan arah." Si Bungsu celangak-celinguk khawatir. "Kalajengkingmelawanpesaingnya, bukan nyuruh kita ngelawan kalajengking, kan?" Dia bergidik.
Yufa menggeleng. "Kayaknya bukan. Soalnya, kata dua duniatidak akan bertemu kayaknya nunjukin lokasi si kalajengking yang nggak bertemu di dua alam. Hewan sungai dan daratkah? Tapi apa?"
"Kiamat."
"Apa?" Yufa mengerutkan kening mendengar satu kata yang terlontar dari mulut kakaknya.
"Aktres pun tundukketikatiraiditurunkan. Tirai turun adalah akhir petunjukan. Akhir dunia peran di mana aktres adalah penghuninya." Tanpa diminta Yura langsung menjelaskan.
"Berarti kalajengking ini berhubungan dengan sesuatu yang nggaj akan berubah sampai kiamat datang?" Yuusha menyilangkan tangan di depan dada.
Yura mengangguk. Namun, kebingungan masih terpancar jelas di matanya. "Aku masih nggak paham soal bolpoin menulis dan balon. Apa menunjukkan tinta? Goresan? Ringan?"
"Ke atas." Yufa mengangguk senang. "Kalau nulis pakai bolpoin, kan harus diarahkan tegak ke atas. Balon gas kalau meliuk, artinya dia sedang terbang bebas ke atas."
"KALAJENGKING DI LANGIT!!" seru ketiganya kompak.
Tawa membahana langsung terdengar saling bersahutan.
"Karena yang diminta lawannya yang tidak akan penah bertemu pada dua dunia, artinya lawan bintang scorpio adalah ...." Yufa berusaha mengingat-ingat.
"Orion. Rasi bintang Waluku." Yura mengeluarkan ponsel cerdasnya. "Ada aplikasi untuk melihat lokasi bintang, terutama jika hari masih siang. Namanya Stellarium." Mata lebarnya mengamati hasil pembacaan di aplikasi.
Yuusha berusaha mengintip dengan sedikit melompat-lompat mengingat tinggi badannya belum cukup ketika Yura sedikit mengangkat gawainya sejajar wajah.
"Ke sana!"
Mata ketiganya langsung menuju ke satu titik yang sama.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.