Jika asa menjadi renjana
Langkah tenang menderap angan
Di sini ada hati menjejak
Terdengar elegi rasa sesak
Setiap hari adalah mimpi
Pun kisah tak tertuang di benak
Saat kepedihan mengaliri jemari
Batu kerikil pun bagai perak
Wahai penikmat kata
Tut...
Jantungku berdebar. Besok, aku akan melihat banyak sekali manusia. Wajah-wajah kelam, kulit legam, baju kusam, seperti cahaya lilin yang temaram.
"Hei, apa kau takut?" Aku melirik ke kanan.
Ia menggeleng. "Kenapa harus takut?"
Pertanyaannya justru membuat hatiku mencelus.
"Aku akan menyakitimu," bisikku.
Ia tersenyum. "Pemilikmu sudah mempersiapkan semuanya. Ia sangat baik."
"Kau tegar."
Lagi-lagi ia hanya tersenyum. "Bukankah seharusnya memang aku berbahagia karena terpilih untuk membahagiakan banyak orang dan menggenapkan perintah Allah SWT?"
Ya ... dia benar. Namun, hatiku masih gundah. Aku akan menebar banyak darah, perasaan resah yang membuncah tak juga bisa musnah.
"Lakukan saja tugasmu. Aku tak akan merasakan banyak rasa sakit. Bukankah Allah mengajari manusia cara menyembelih?"
Ia memandangku tulus. Tak ada keraguan di matanya. Ia yakin, ini yang terbaik untuk semua.
"Maaf," bisikku.
Kali ini ia menggeleng. "Terima kasih sudah membuatku berguna."
"Ya...."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
22 Agustus 18
Yura malah suka liat proses penyembelihan. Katanya seneng liat orang-orang tertawa bahagia pas dapat daging kurban. Yhaaaaa.....
Selamat Iduladha. Semoga kurban kita memberi manfaat dan diterima Allah SWT.