Jika asa menjadi renjana
Langkah tenang menderap angan
Di sini ada hati menjejak
Terdengar elegi rasa sesak
Setiap hari adalah mimpi
Pun kisah tak tertuang di benak
Saat kepedihan mengaliri jemari
Batu kerikil pun bagai perak
Wahai penikmat kata
Tut...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lantai terasa seperti berguncang ketika Nora melihat Akri disorong dengan brangkar menuju ruang operasi. Pikirannya carut-marut. Semua ini salahnya. Seandainya Akri tak menjemputnya, pasti Akri akan baik-baik saka.
Nora merasalan hatinya tersayat mengingat bagaimana Akri menjadikan tubuhnya sebagai tameng. Pemuda itu begitu baik padanya. Padahal, dirinya memiliki darah penjajah yang bahkan Nora sendiri benci.
Bagaimana jika dokter-dokter itu tak sanggup menolongya? Bagaimana jika Akri sampai mati?
Nora tak mampu lagi berpikir. Semua di kepalanya saat ini hanya pikiran buruk.
Jika Akri sampai tiada, dirinya akan merasa bersalah seumur hidup. Seharusnya, ia tak perlu bersahabat akrab dengan pribumi. Itu hanya akan menyulitkan mereka.
Harusnya ia tak perlu memberikan semua tabungan hartanya untuk disimpan dan kelak digali kembali untuk membangun sekolah atau apa pun setelah Indonesia merdeka.
Jika ia tak mengenal Akri, mungkin pria itu tetap hidup damai sebagai guru ngaji. Tidak perlu repot mengurusi semua niat yang semula Nora pikir baik, tapi justru menjurumuskan semuanya dalam kehancuran.
Nora tersedu. Ketika jam di dinding terasa bergitu lama berputar.
Ia hanya ingin Akri hidup. Setelah itu, mungkin ia akan menghilang dari hadapan Akri untuk selamanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Udah seneng2 nyambung tadi, bikin 300 kata malah CRASH trus ilang datanya.
Bikin lagi aja. 200 kata cukup. Kzl
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
