Task : protagonis buatan sendiri favoritmu, ketemu antagonis buatanmu yang paling kamu benci. Harus dari dua novel yang berbeda.
Ini akan banyak typo karena aku terlalu sibuk buat ricek sementara idenya panjang. Brace yourself, queen of typo is typing....
Guyuran hujan semakin rapat sore itu. Langit sudah hitam kelam meski jam digital di dashboard mobil, baru menunjukkan pukul lima sore. Tol lingkar dalam terlihat cukup padat meski tidak sampai berhenti sama sekali.
"Bagaimana perutmu?" Pria berkacamata di kursi kemudi melirik istrinya sejenak dengan penuh rasa khawatir.
Sang perempuan berkepang dua hanya tertawa lebar memamerkkan deretan giginya yang putih bersih. "Ya, ampun. Aku nggak apa-apa. Ini kan cuma check up rutin bulanan. Masih tujuh bulan!" Ia terkekeh sembari membelai perutnya yang membesar.
Pria berkacamata itu kembali menatap jalanan. "Iya. Namun, aku kan juga khawatir kenapa-kenapa kalau naik mobil gini. Dingin? Mau pakai selimut?"
Kali ini sang istri tergelak. "Vega, kamu lebay, ah!"
Vega hanya tersenyum tipis. Pria tampan itu selalu senang tawa istrinya yang begitu bebas. Wanita bermata hablur yang sangat cantik. Ia berterima kasih Tuhan mengirimkan wanita yang begitu hebat mendampinginya dalam semua proses menyakitkan.
Kini akhirnya ia kembali bisa berdiri dengan kedua kaki setelah melalui rehabilitasi bertahun lamanya. Mungkin memang kemampuan bela dirinya tidak seperti saat ia belum lumpuh. Namun, bisa beraktivitas tanpa tersendat, sudah jauh lebih dari cukup.
Bela diri akan ia latih kembali pelan-pelan. Toh, ia masih mampu jika memang terpaksa harus berkelahi demi melindungi istrinya. Namun, ia tak berharap itu perlu terjadi.
Prioritasnya saat ini adalah menjaga Cala dan calon anak mereka dengan baik. Menjalankan bisnis bengkel motor sederhana yang diberikan ayahnya, cukup membantu membuat mendapat pendapatan layak tiap bulan.
"Yah, pokoknya, kamu harus hati-hati."
Cala mengangguk. Padahal, justru Vega-lah yang tampak sangat berhati-hati. Wanita itu bisa melihat bagaimana suaminya menjaga kecepatan tak lebih dari 60km/jam. Padahal Honda Jazz yang mereka punya jelas bisa menempuh kecepatan lebih tinggi bahkan di tengah hujan.
Tiba-tiba terdengar suara klakson berulang yang sangat keras.
Vega menoleh ke arah spion dan melihat ada mobil CRV putih meluncur dengan kecepatan tinggi dari arah belakang. Mobil itu menyalakan sein kanan dan berusaha membalap dirinya. Ia berdecak. Siapa, sih, yang ngebut di tengah hujan begini?
Ia ingin menepi, tapi truk besar di sisi kiri jelas tidak bisa dilawan. CRV itu melintas cepat di sebelah kanan, tiba-tiba dia membanting setirnya ke kiri. Suara benturan terdengar dan mobil yang Vega tumpangi terdorong ke kiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vide et Crede x 30 DWC 2019
Short StoryJika asa menjadi renjana Langkah tenang menderap angan Di sini ada hati menjejak Terdengar elegi rasa sesak Setiap hari adalah mimpi Pun kisah tak tertuang di benak Saat kepedihan mengaliri jemari Batu kerikil pun bagai perak Wahai penikmat kata Tut...