Siswa dengan muka Jepang itu memasuki kelas dengan tenang. Matanya yang sipit dan kulitnya yang putih itu menjadi pusat perhatian di kelas.
Bahkan Alya dan Yana saling pandang memberi sinyal. Mungkin ikatan batin mereka terhubung satu sama lain. Di kelas ada cogan. Batin mereka berdua.
Oji dan Renata juga berhenti berdebat masalah harga Tupperware yang baru. Mereka melirik ke arah murid yang baru masuk. Tapi detik berikutnya Oji datang menghampiri dia.
"Oji," katanya memperkenalkan diri. Pemuda Jepang itu melirik dia sekilas. Matanya yang sipit di tambah lirikan nya yang kecil tadi membuat nya terkesan sombong.
"Dih, baru pertama masuk udah songong bener," umpat Oji di dalam hati. Ya kali, mau ketemu calon pelanggan langsung di umpat gitu.
Pemuda Jepang itu duduk, menaruh tas nya. Dia berdiri lagi, membungkuk di hadapan Oji. Oji tersentak kaget. Tiba-tiba orang yang akan menjadi pelanggan nya ini membungkuk begitu saja. Padahal tadi sinis tatapannya.
"Ryu, Ryu Tanaka," katanya tegas. Oji masih melongo kaget. "Dari Jepang?" batin nya.
"Woy, kesurupan lo?" kata Ryu. "Heh? Oh ga jadi," Oji segera meninggalkan tempat tadi. Entah, dia seperti kehilangan kata di depan Ryu.
"Napa lo?" tanya Stevanus pada Oji. Oji cuma geleng-geleng, terus duduk di tempatnya. "Napa sih lo?" Renata kali ini ikutan tanya. "Dia dari Jepang," jawab Oji singkat. "Ya terus, kalo dia dari Jepang kenapa? Lo jadi ciut gitu? Tubuh udah kecil, ketemu orang luar jadi tambah kecil tau gak," kata Stevanus pedas. Membuat Oji langsung berdiri menarik kerah nya.
"Tuh anak gak bisa diem apa, dasar curut," Radith mengatai temannya disana. Padahal dia sendiri juga curut.
Berbeda dengan Oji, kali ini Jaelani melangkah menuju tempat Ryu. Diikuti tatapan dari teman-teman nya.
"Zayn," katanya singkat.
"Gak usah percaya namanya Jaelani, bukan Zayn," teriak Berli dari tempat duduknya. Membuat satu kelas tertawa begitu saja. Ryu membungkuk lagi, "Ryu, Ryu Tanaka," katanya tegas. Seperti pada Oji.
"Lo beneran dari Jepang?" tanya Zayn santai, mengambil tempat duduk di samping Ryu. "Ya menurut lo?" tanya Ryu balik.
"Lah sama dong kayak Tapassa," kata Zayn menunjuk temannya, Karina.
Karina yang merasa di tunjuk, mendongakkan kepala, mencari orang yang menunjuknya. "Apa lo?" tanya nya nantang."Nih, lo dapet temen bule," bukannya balik nantang, Zayn malah menjawab dengan santai. Karina maju, merasa penasaran dia maju ke tempat Ryu dan Zayn berada.
"Gue Karina, Karina Khan," katanya memperkenalkan diri. Sama seperti hal sebelumnya, Ryu membungkuk kan kepalanya lagi. "Ryu Tanaka," katanya tegas.
"Jadi Ryu, lo tinggal di Jepang bagian mana?" tanya Karina penasaran. Ryu tersenyum, matanya menyipit. Sangat sipit, sampai tidak terlihat pupil nya.
"Buset lo kalo senyum sipit amat," kata Stevanus yang berjalan mendekat. "Ini berapa?" sambungnya sambil mengangkat dua jari.
"Geblek lo Nus," Radith masih sempat mengatai.
"Gue dari Fujiyama," jawab Ryu singkat.
"Ha, gunung Fuji?" tanya Alya dengan tiba-tiba. Lalu lari menuju tempat Ryu berada.
"Lo orang Jepang?" tanyanya dengan semangat. Ryu hanya mengangguk kali ini. Seperti mendapat lotre, lotre yang sangat ia idam-idamkan, mempunyai teman Jepang. Apalagi teman Jepang nya laki-laki. Lengkap sudah!
"Hajimemashite watashiwa Alya desu, yoroshiku," katanya bersemangat sambil menjabat tangan Ryu. "Mulai lagi, bubar, bubar," Stevanus meninggalkan tempat itu, dan menuju arah belakang, tempat Bagas berada.
"Puas lo lihat si Jepang?" kata Bagas pedas. Menyindir, karena tadi tiba-tiba dia harus pause game. "Yaelah mutungan lo, gue cuma lihat sebentar," jawab Stevanus sambil menepuk bahu temannya itu.
"Ji, gak mau samperin lagi?" tanya Renata polos. Oji jadi mengernyit, masa iya dia kalah sama Zayn. Oji berdiri, "gue gak akan kalah sama Zayn," katanya dengan percaya diri. "Nah gitu dong," kata Renata menyemangati teman lamanya ini.
"Gue Ryu," jawab Ryu kepada Alya. "Lo seneng banget sama Jepang ya?" tanya Ryu lagi, "gak, gue bukan seneng, tapi demen," jawab Alya dengan semangat.
"Emang apa bedanya seneng sama demen?" tanya Zayn, "lah iya apa bedanya Al?" sambung Karina juga penasaran.
Alya menghembuskan nafas, "seneng itu hanya sebatas suka, demen itu udah lebih dari suka," katanya santai.
Zayn dan Karina hanya mengangguk paham, lalu memandang Ryu lagi. "Eh, Ryu, Osaka, tiketnya berapa?" entah dapat dorongan darimana, pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Alya.
"Em, 6 juta paling, entahlah gue gak tahu," jawabnya asal. "Lho kok gitu," kata Alya jadi manyun. Melihat ini, ada sedikit senyum terukir di bibir Ryu. Alya bisa gemesin juga hehe.
"Besok kalo gue ke Jepang, lo gue ajak deh," ajak Ryu pada Alya.
"HA SERIUS LO?" bukan Alya saja yang jawab. Tapi, Zayn dan Karina juga. "Iya tapi gue cuma ajak Alya," tegas Ryu sekali lagi.
"Elah gitu amat lo jadi temen, amat aja gak gitu gitu amat," ucap Zayn sembarangan yang langsung mendapat jitakan dari Karina. "Musnah aja sana setan," kata nya pergi dari tempat itu.
"Eh Lo beneran mau ajak gue?" kata Alya masih tak percaya. "Ck, ya iyalah, masa gue bohong," jawab Ryu cuek.
Ganteng sih, putih, punya eye smile, terus ada dekik nya gitu. Tapi cuek nya gak ketulungan.
Alya benar-benar senang hari ini, pertama dia sekelas sama Yana. Kedua, dia punya temen Jepang, cowok. Ketiga, Ryu ngajak dia pergi ke Jepang. Gila, gila, gila. Kalu dapet lotre tuh senengnya kayak gini ya?
"Lo, kalau mau ke Jepang, beli tiketnya di gue aja, ada diskon 10%," kata Oji yang tahu-tahu sudah di belakang Alya.
(…)
KAMU SEDANG MEMBACA
10 IPA 1 [ END ]
Roman pour Adolescents( C O M P L E T E D ) SERIES OF DC HIGHSCHOOL Kelas 10 IPA 1 bukanlah kelas biasa. Banyak yang bisa terjadi di dalamnya. Bahkan, orang luar menyebutnya kelas aneh bin ajaib. Sama seperti kakaknya 11 IPA 4, anak-anak elit berkumpul jadi satu dikela...