Hari itu, setelah mereka beristirahat dari olahraga basket, para murid laki-laki berkumpul di belakang kelas. Apalagi kalau bukan membicarakan game.
Kadang para siswa laki-laki IPA 1 suka mojok sendiri. Entah apa yang mereka bicarakan. Yang pasti random. Ngalir sendiri.
"Eh eh, ngomong-ngomong soal ketua nih, lo tau enggak siapa ketua game Dota dari DC?" tanya Rendi pada yang lain. Iya, mereka sedang membicarakan game yang bernama Dota.
"Emang ada?" celetuk Oji tanpa dosa. "Ada goblok, lo sih otak isinya dagang Tupperware mulu," kata Stevanus tajam.
"Gue tahu siapa orangnya anjir," lanjut Rendi.
"Bener, tadi kita ketemu pas cabut ke kantin," gantian Zayn yang menyeletuk. "Ah lo kalau mau cabut bilang dulu, gue kan juga pengen," keluh Dimas pada temannya. Walau keluhan nya itu sebenarnya sudah tidak berguna.
"Emang siapa sih?" kini gantian Radith yang penasaran. Eh iya, satu-satunya laki-laki yang tidak ikut dengan bergerombol dengan mereka adalah Feri. Iya dia hanya duduk dengan mata terpejam dan telinganya di tutup dengan earphone.
Kadang-kadang ketampanan Feri itu meningkat 50% kalau dia diam seperti patung kayak gini. Ya mau gimana lagi, rahangnya tajam, hidungnya mancung, matanya tajam sedang terpejam jadi gak begitu galak kelihatan nya. Dan satu lagi pipinya yang chubby menambah keimutan dia. Walaupun 24/7 dia selalu berwajah datar.
Balik lagi pada segerombolan anak dibelakang.
"Hm, lo tau Muhammad Jeka gak?"
"Lah buset dia kan ketos!!"
"Nah iya, dia ketuanya anjir!!"
Sontak semua anak laki-laki disana kompak terkejut. Bahkan Zayn sampai latah. "Eh anjing b aja napa!!"
"Woy gak usah ngegas napa!" teriak Jeni yang merasa terganggu karena Zayn tadi teriak. Ya Zayn kalau teriak pakai nada tinggi sih.
"Noh nyet diem," ucap Radith sambil menoyor jidat Zayn. "Ye apaan sih, tauk tuh Stevanus bikin gue kaget."
"Elo nya aja yang kagetan, ck Ren kok lo bisa tau Kak Jeka yang jadi ketua?" tanya Dimas karena tadi dia tidak ikut cabut.
Sementara Oji, dia sudah pergi keluar kelas. Karena tadi ada panggilan untuknya. Kayaknya sih kakak kelas yang di lapangan tadi.
"Bentar, gue ikutan kayak Oji aja ya?" tanya Rendi pada temannya.
"Ha maksud lo? Lo mau jadi pendek gitu?" tanya Stevanus tak paham.
"Hadeh, maksud si Rendi dia mau jualan kayak Oji," Ryuu yang jawab.
"Noh Nus, contoh Ryuu. Dia peka gak kayak lo, makanya gak dapet pacar," celetuk Bagas santai. "NAH ITU GAS!!" teriak Rendi sampai dia berdiri.
"APA SIH REN?"
"JAELANI DIEM LO!!"
"Mampus lu, tuh kan si Jeni udah ngamuk beneran."
"Elo sih ah, gue kan yang kena."
"Kok gue sih? Udah deh, kalian lihat gak sih si Oji?" lanjut Rendi sambil memandang lurus pintu kelas.
"Ya iyalah lihat, kan dia gak tuyul."
"Hahahaha anjir bener lo Dith, dia kayak tuyul."
"Yeu geblek gue gak bilang gitu Azmii."
"Hadeh susah mah kalo ngomong sama lo."
"Apasih Ren kayak cewek aja moody an," celetuk Dimas. "Maudy Ayunda maksud lo?" tanya Radith yang masih tak bisa fokus.
"IYA DITH KEMAREN GUE HABIS DI LAMAR MAUDY AYUNDA!!"
"HA SERIUSAN LO!?!" kompak sekelas mengatakan itu. Iya bahkan, gerombolan murid perempuan yang ada di depan buru-buru kebelakang karena Rendi berkata seperti itu.
"Beneran Ren?"
"Lo sama Maudy?"
"Maudy artis itu kan Ren?"
"Rendi? Sama Maudy Ayunda? Gak salah?"
Pertanyaan beruntut itu datang dari seluruh teman-teman nya. Sedangkan Rendi hanya bisa memijat pelipisnya. Kenapa juga teman-teman nya dapet otak cuma sebelah.
Tapi Rendi ini punya tampang yang berkelas. Iya, dia ini Kanada-Indonesia. Jadi teman-teman nya heboh seperti monyet lepas gitu mungkin karena wajah Rendi yang gak biasa. Kalau Feri punya wajah yang tegas, Rendi tidak. Dia punya wajah yang lebih kalem.
"Lo semua itu dapet ampas apa gimana? Ya kali Maudy Ayunda mau sama gue," katanya sambil memijat pelipisnya.
"Udah gue duga sih, ya kali Maudy Ayunda cantik kayak gitu mau sama bocah tengil kayak lo Ren," celetuk Adel dengan wajah tak berdosa nya.
Ya. Adeliya Pancawati ini adalah satu-satunya gadis dengan mulut terpedas di kelas. Kadang dia bicara tidak pernah di filter, namun jika dia sudah merasa keterlaluan Adel akan minta maaf saat itu juga.
"Hm, gue setuju sama lo Del," celetuk Bagas setuju.
"Ah kok nyambung ke Maudy sih, ini tuh gue lagi kepingin kayak Oji," Rendi sudah gemas dengan teman-teman nya yang suka memutar-mutar kan topik. "Lo lihat gak sih. Tuh dia udah dapet kakak kelas berapa ha?" Lanjutnya.
"Lah anjir, gue kira apaan," ucap Jeni lalu pergi kembali ke depan melanjutkan aktivitas nya yang tertunda. Dan iya, para gadis yang lain pun sama.
"Ya tapi Ren, lo lihat. Tuh Oji isi otaknya cuma dagang anjir, mana ada mikir begituan?!"
"Justru itu Al!" iya, satu-satunya cewek yang masih disana adalah Alya. "Gini aja deh, gua harus deket sama Oji."
"Maksud lo Ren?"
"Gue deket sama Oji karena ada yang gue incar."
"Yeu setan, percuma gue ngomong sama lo," ucapnya lalu kembali balik ke depan.
Iya, memang Rendi. Mungkin mukanya bagaikan malaikat. Tapi hatinya adalah hati titisan iblis. Seperti yang Alya bilang.
(…)
Iya hujat saja dulu Rendi. Tapi jangan salahin gue kalau entar lo jatuh cinta sama dia. Selamat hari Senin guys!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
10 IPA 1 [ END ]
Ficção Adolescente( C O M P L E T E D ) SERIES OF DC HIGHSCHOOL Kelas 10 IPA 1 bukanlah kelas biasa. Banyak yang bisa terjadi di dalamnya. Bahkan, orang luar menyebutnya kelas aneh bin ajaib. Sama seperti kakaknya 11 IPA 4, anak-anak elit berkumpul jadi satu dikela...