Ulangan Dadakan

2.4K 233 13
                                    

Siang hari ini cuaca tampak bersahabat. Tidak panas dan tidak hujan. Hanya mendung yang berawan, dan sudah pasti itu tidak akan hujan.

Hari Selasa menjadi hari termalas yang sudah ditandai dengan kalender di kelas ini. Pasalnya, ada pelajaran PKn. Dasar, Anak IPA malah benci PKn.

Bel istirahat pertama berbunyi, semua siswa berhamburan keluar kelas.

Tidak terkecuali Ryuu yang mengajak paksa Feri untuk keluar. Karena biasanya, Feri paling malas jika disuruh keluar kelas. Dia lebih suka untuk tidur.

"Fer, ayolah temenin gue ke koprasi, lo mah sama temen sendiri," ucap Ryuu dengan imut, walau jatuhnya menjijikan.

"Bacot, ganggu aja. Udah sana pergi ngantuk," usir Feri seraya ingin menjatuhkan kembali kepalanya.

Ryuu berdecak, dia memutar otak bagaimanapun anak ini harus keluar kelas. Yakali dia mau jadi warga kelas semasa sisa hidupnya di DC.

"He," panggil Ryuu pada Feri. Feri hanya bergumam saja. "Lo suka sama Alya ya?" tanyanya.

Tubuh Feri agak terguncang. Mau tidak mau dia bangkit dari tempat duduknya dan berdiri melangkah. "Bacot lo, ayo jadi ke koprasi gak?"

Ryuu hanya tersenyum, "gitu kek dari tadi."

Mereka berdua jalan menuju koperasi. Sesampainya disana mereka bertemu dengan senior mereka Kak Egi.

"Kak Gi," panggil Ryuu.

Egi yang merasa terpanggil melengok, "Oh lo, sini." Tangan Egi menginterupsi mereka untuk datang mendekat.

Disebelah Egi masih ada orang lain, mereka semua bertubuh tinggi dan tegap sama seperti Egi. Hanya saja wajah Egi yang terlihat imut.

"Ryuu ini yang namanya Feri?" tanya Egi pada Ryuu dan tidak lupa dia memandang Feri. Feri menautkan kedua alisnya.

"Lo ngapain ajak gue ke sini?" ucap Feri pada Ryuu. Ryuu hanya melirik Feri malas. Memang ini anak kulkas dua pintu.

Kali ini Egi memandang Feri seutuhnya, lalu menjulur kan tangan "gue Egi."

Feri membalas uluran itu, "Feri," jawabnya singkat. Egi tersenyum miring. "Lo di cari Jeka."




Bel masuk berbunyi, Ryuu dan Feri datang paling akhir. Mereka masuk dengan biasa, maksudnya wajah Feri tetap datar. Padahal baru saja Feri diseret oleh Ryuu. Ah iya, Jeka dan Egi satu kelas.

Jeje berjalan ke arah Feri, "lo tadi ngapain sama Kak Jeka?" tanya Jeje dengan raut wajah serius. Feri hanya mengangkat satu alisnya. "Diajak turnamen futsal," jawab Feri santai

Saat Jeje hendak berkata lagi, Bu Risma memasuki kelas. Ah Bu Risma, guru PKn. Padahal anak disini tidak mengharapkan kehadiranmu. Bu Risma berjalan kedepan "kita akan adakan ulangan mencongak hari ini, jadi semua buku PKn di kumpulkan jadi satu di meja saya."


"Haaaaaaa ibuuuu"

"Yah ibuuu jangan dong."

"Buuu jangan sekarang Ya Allah tadi barusan habis ulangan Fisikaaa!!!"

"Ibuuuu tidakkkk!!"

Pekikan alay dan norak itu berasal dari murid laki-laki kelas ini. Percayalah, terutama pekikan terkahir, itu punyanya Radith.

Bu Risma tidak peduli. Lantas berjalan mengambil semua buku yang ada dan membagikan kertas ujian tersebut. Keluh kesah masih tetap terdengar. Bagaimana pun ini benar-benar dadakan.

Jeni bahkan mengumpat dan semua itu ditujukan kepada Bu Risma. Sebenarnya hanya Jeni yang biasa saja dengan PKn, tapi untuk kali ini. Dia tidak bisa memaafkan nya

Yana sudah kalang kabut, bawa buku PKn saja tidak. Dia bahkan tidak ingat apakah hari ini ada pelajaran PKn. Yang dia ingat hanyalah, Fisika sialan!

Waktu ujian sudah dimulai. Renata yang daritadi gelisah tak menentu, Jeni yang sibuk mengingat materi yang sudah disampaikan. Jeje yang sibuk berpikir, sampai Radith yang pikirannya entah pergi kemana.

Bagas dan Rendi daritadi sudah sibuk dengan tukar-menukar jawaban mereka. Tapi sepertinya mereka semua lupa akan kebaikan Bu Risma. Bukankah tadi Bu Risma tadi bilang akan ulangan mencongak?

Hanya tiga orang yang daritadi diam saja. Entah itu diam merenung atau berpikir. Mereka adalah Alya, Feri dan Ryuu.

Sedangkan Feri pikirannya saat ini terbagi menjadi dua. Satu sisi berpikir tentang jawaban dari soal sialan ini dan satunya lagi berpikir tentang tawaran yang Jeka berikan.














(…)







A/n

Haluuuuu

10 IPA 1 [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang