Jika ada hal yang paling disukai Jeje di dunia ini adalah dimana kelas yang dia tempati tenang. Sebenarnya bakal aneh kalau kelas ini tenang dan tidak ribut. Tapi entah ada keajaiban dari mana, hari ini kelas ini benar-benar tenang.
Tenang, anteng, tidak ribut dan senyap.
Entah itu karena ulangan yang diadakan pak Tikno atau memang mereka yang ingin tobat, yang pasti ada sedikit kelegaan di hati Jeje.
Walau hati yang lainnya was-was.
Ya mau gimana lagi, kelas yang biasanya seperti pasar kok tiba-tiba jadi diem gini?
Lagi kesurupan massal?
Yang ada malah tambah keras kan kalau ada yang kesurupan. Lah sekarang, senyap. Celetukan-celetukan yang biasanya ada seakan hilang tanpa jejak.
Memang beberapa hari ini, ulangan latihan terus saja diadakan. Sudah rutinitas para guru disini untuk mengadakan kegiatan itu saat hendak memasuki musim UKK atau Ulangan Kenaikan Kelas.
Masa iya, baru beberapa hari ulangan latihan mereka udah pada tobat?
Seharusnya Jeje senang.
Tapi ini kenapa malah khawatir?
Seharusnya Jeje bahagia.
Lalu kenapa ini jadi was-was?
Seharusnya Jeje bisa bernafas sebentar karena kelasnya mau tobat.
YA GIMANA BISA DIBILANG TOBAT KALAU RADITH YANG BIASANYA KAYAK ORANG GILA SEKARANG MENDADAK WARAS?
Jeje menghela nafas panjang saat ulangan latihan sudah selesai. Semua nampak seperti biasanya.
Sepertinya hanya perasaan Jeje yang berlebihan. Radith dan Stevanus tetap seperti biasanya. 24/7 debat. 24/7 gila. 24/7 kayak monyet lepas.
Mereka debat untuk hal-hal yang kecil, contohnya seperti sekarang.
"Kantin aja, es teh sama mendoan cuma habis lima ribu doang," kata Radith yang sedang mengambil uang di tas. Stevanus yang mendengar itu menggeleng tidak setuju.
"Gue mau ke kafetaria," Stevanus membantah Radith. Radith mendelik tak percaya. Mulut nya terbuka serta tangannya menutupi bagian dadanya, seakan baru saja ditembak mati oleh kata-kata Stevanus.
Alay emang.
"Gak, kantin ya kantin," balas Radith gak mau kalah.
Stevanus merasa terpancing, "kafetaria!" ucapnya dengan hentakan.
"Kafetaria!"
"Kantin dodol!"
"Siapa yang lo panggil dodol tadi?"
"Ya elo lah."
Stevanus melotot, "kurang ajar!" Ucapnya dan segera menyerang Radith.
Radith yang tak siap mendapat serangan menjerit histeris, "JEJE TOLONGIN GUE! ADA ANJING BULLDOG LEPAS!"
Gadis yang dipanggil Radith hanya bisa melengos pasrah, kemudian berjalan kearah mereka berdua.
Dengan cekatan dia menarik ujung telinga Radith dan juga Stevanus.
"KALAU MAU BERANTEM TUH DI LAPANGAN JANGAN DI KELAS! AKUR SEHARI AJA BISA GAK SIH?"
Amuk Jeje sambil melepas tangannya. Kedua lelaki ini mengaduh kesakitan, lalu dilanjutkan dengan cengengesan gila mereka.
Jeje melotot, rasanya ingin menjambak kedua pemuda tadi, tetapi tidak bisa. Radith dan Stevanus sudah kabur terlebih dahulu.
"Je," panggil Berlin. Jeje menghela napas lalu melanjutkan langkahnya yang sempat terganggu tadi.
"Ayo," ajaknya pada Berlin. Memang tadi Jeje, Berlin dan juga Adel sudah janjian mau pergi ke kafetaria bareng.
Sampai di kafetaria, tidak jauh beda. Hanya saja wajah Jeje yang biasanya selalu datar, bahkan terkesan sinis sekarang menjadi merah.
Semerah tomat.
Adel yang di samping Jeje tidak percaya apa yang sedang dilihat nya, "Je muka lo merah. Lo sakit?"
Jeje tidak bereaksi apapun.
Berlin khawatir, takut-takut kalau Jeje mempunyai penyakit bawaan dan bisa kambuh kapan saja.
"Je!"
"E Iya?!"
"Lo kenapa sih?"
Jeje mengerjap, sadar jika dirinya tadi terlalu fokus pada laki-laki itu. Dia berdehem untuk menghilangkan rasa gugupnya, "gapapa tadi ga sengaja lihat cicak bertengkar."
"Hm, kayak Radith sama Stevanus tadi ya?"
Jeje berubah jadi masam, "bisa gak, ga usah bahas itu?"
Berlin dan Adel kompak tertawa, "kenapa sih lo sensi amat?"
Jeje menghembuskan napasnya, mood nya jadi jelek lagi. Tapi tatapannya berubah sumringah saat melihat laki-laki itu berjalan melewati nya.
Semburat merah berhasil menghiasi wajah perempuan muda ini. Jeje berusaha menetralisir perasaannya, sebelum kedua temannya ini melihat reaksi konyol nya tadi.
Memang, doi selalu bisa menjadi moodboster.
A/n
Jadi.... siapa doi Jeje?
KAMU SEDANG MEMBACA
10 IPA 1 [ END ]
Teen Fiction( C O M P L E T E D ) SERIES OF DC HIGHSCHOOL Kelas 10 IPA 1 bukanlah kelas biasa. Banyak yang bisa terjadi di dalamnya. Bahkan, orang luar menyebutnya kelas aneh bin ajaib. Sama seperti kakaknya 11 IPA 4, anak-anak elit berkumpul jadi satu dikela...