Kopi

2.4K 253 15
                                    

Hari itu kelas 10 IPA 1 memutuskan untuk pergi bersama. Ya, sebenarnya ini celetukan dari Stevanus, dia bilang ingin menghabiskan waktu bersama dengan yang lain. Dan di dukung oleh Radith serta Rendi. Alasan yang lebih tepatnya adalah mereka bertiga adalah laki-laki jomblo yang baru saja di tolak oleh gebetannya.

Jeje yang sebenarnya sudah ada rencana pergi dengan keluarga nya malah berkata, "nongki di kafe gue aja. Besok baru buka dong, mayan lah dapat kopi gratis."

Jeje ini sedang amnesia sementara atau gimana, dengan percaya dirinya dia menawarkan kafe keluarga nya yang baru saja dibuka. Iya, orang tua Jeje ini pebisnis besar.

Dan akhirnya sesuai kesepakatan kelas mereka semua akan pergi untuk nongki bareng di kafe milik Jeje. Jeje sendiri mengatakan bahwa mereka bisa datang saat perayaan hari ke tiga, karena hari pertama dan kedua tamu yang datang adalah tamu VIP.

----


"Lo bisa jemput gue sekarang gak?" kata Adel pada Rendi. Adel sekarang menelpon Rendi. Meminta Rendi menjemputnya, bisanya sih Dimas, tapi karena Dimas sedang luar kota, ya mau tak mau Adel harus minta yang lain.

Terdengar helaan nafas berat di sebrang sana. "Nanti dulu lah. Kesananya kan jam sebelas, gue main pees dulu."

"Ck, mana bisa anjir. Lo kalau main pees mah lupa sama waktu."

Adel manyun disana, Rendi memutuskan sambungan telponnya dengan sepihak. Tidak ada satu kata pun untuk membalas Adel, langsung menutup nya begitu saja.

"Sumpah Rendi," pekik Adel tertahan. Didepan sana ada yang menekan bel rumahnya. "Iya!"

Setelah membuka pintu, Adel terkejut bukan main. Disana ada Rendi yang sudah siap. "Kata siapa gue kalau main pees lupa waktu?" tanya nya dengan smirk.

Adel tersenyum, "bentar gue ambil tas."

Setelah mengambil tasnya, dan mengunci pintu rumah Adel menghampiri Rendi. Melihat Adel mendekat, Rendi mengulurkan tangannya. Tentu saja itu disambut baik oleh Adel. "Udah kan? Gak usah manyun lagi, lo jelek kalau manyun."

Mendengar hal itu membuat pipi Adel sedikit merona. Iya, begitulah Rendi, sang wajah malaikat sudah menemukan rumahnya. Tidak berkeliaran lagi.

Beda cerita dengan Radith, dia sedang di rumah Stevanus sekarang. "He cepetan lo mau makan gratis apa enggak sih?"

"Berisik anjir, gue lagi boker."

Radith mengumpat. Tadi Stevanus memintanya untuk berangkat bareng. Eh sekarang malah di tinggal boker. Mana dia daritadi belum sarapan lagi.

"He cepetan, gue tinggal ya lo!"

"Berani ya lo!"

"Iya gue berani kenapa emang ha, sini maju lo!" setelah berkata seperti itu pintu kamar mandi terbuka. Melihatkan Stevanus denagn tangan memegang gayung penuh berisi air, siap di siramkan ke Radith. "Apa lo, sini katanya berani!"

"Ya gak gitu juga kali," kata Radith sambil berlari menghindari Stevanus dibelakangnya.

Setelah beberapa menit, mereka sudah siap dan keluar dari rumah Stevanus. "Eh Dith bentar deh."

Radith melengos, "apa lagi sih, lo mau pipis? Sana cepetan, atau lo mau — aw sakit anjir!" perkataan Radith terpotong karena Stevanus menendang kakinya.

"Diem lo," dia membuka hape nya. Dengan gerakan tangan cepat dia membalas pesan itu. Radith yang memang kepo memajukan diri ingin melihat, malah mendapat toyoran dari Stevanus, "jauh-jauh lo."

"Idiwwww, siapa seehhh?"

"Dith lo tau jijik gak? Ya itu elo," katanya dan pergi meninggalkan Radith menuju motor. "Kampret lo Stevani!"




Kafe Jeje sudah ramai sekarang, walau anak-anak 10 IPA 1 tidak lebih dari 50 orang tapi kalau isinya monyet lepas seperti Radith, Oji, Stevanus, Bagas, Dimas dan yang lain maka dimana pun tempatnya pasti akan rusuh.

Renata, Berli, dan Jeni sendiri sudah sibuk memakan kue-kue kecil di pojok ruangan sambil berfoto cantik. Adel, Alya, dan Yana masih sibuk memilih kopi apa yang enak untuk di minum.

"Lo mau pesen kopi apa?" tanya Adel kepada dua temannya itu. Alya terlihat serius untuk memilih menu, beda dengan Yana yang langsung memesan, "gue Carramel Macchiato," katanya kepada sang pelayan.

Adel mengangguk, "Americano satu. Lo apa Al?" tanya Adel setelah mengatakan pesanannya. Alya bergumam, "Apa ya, gue gak tau banyak tentang kopi sih. Gue cuma tau luwak white kopi anjir," katanya mulai curhat.

Mendengar hal itu Adel dan Yana sontak tertawa. "Ck anjir Al, yaudah Mocca Latte nya satu," jawab Adel pada akhirnya dan masih di lanjut dengan tawa.

Pesanan mereka datang saat Adel dan Yana sedang berada di meja Renata. Alya yang berada di meja sendirian tentu saja menerima itu. Saat ingin meminum kopi nya. Pelayan itu memberikan sepucuk surat.

Saat ditanya dari siapa, pelayan itu menggeleng dan pergi begitu saja. Alya yang bingung hanya membuka gulungan itu.

Besok pulang sekolah temui gue di gedung dekat greenhouse.

F : kapal.


















(…)







Gue ngakak anjir masa dari kapal. Ya allah
Yang bisa nebak nebak deh.

10 IPA 1 [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang