Jessica Valerina atau biasa dipanggil Jeje itu memasuki kelas. Selepas dari Laboratorium, IPA 1 kembali ke kelas. Tidak seperti kelas IPA yang lain, kelas ini justru sangat ramai. Ramai, rusuh dan berisik. Tiga kata yang menggambarkan IPA 1 sekarang.
"JEJEE INI GIMANA?"
"JE ASTAGAAAA PENSIL GUE HILANG."
"ALLAHUAKBAR JEJE INI VALAK JE VALAK."
"lah kan emang Valak?"
"JEJE ITU LEBAH JE LEBAH JE."
Kurang lebih begitu isi teriakan yang ada di IPA 1. Semua memanggil nama Jeje. Sebenarnya mereka bisa manggil Alya, Yana, Jenni, Berlian, Ayu dan yang lain tapi mereka lebih memilih Jeje. Karena satu hal, namanya lebih enak disebut. Hanya Jeje, gak ada tambahan.
"Iya sabar, buka aja work gue dia Microsoft Word," jawab Jeje menanggapi pertanyaan Radith.
"Apasih Zayn, cari di meja Stevanus sana."
"Iya kan itu cerita Conjuring 2 to, Yana sayang ku."
Kali ini beda, Jeje melepas sepatunya. Memukul lebah itu sampai mati. Detik berikutnya gemuruh tepuk tangan menguasai suasana kelas.
"Udah, udah Rendi itu lebah nya udah mati," kata Ryuu. Iya Ryuu datang ke meja Rendi untuk menenangkan Rendi. Katanya playboy, katanya populer di kalangan perempuan, tapi apa sama lebah doang ciut. Cuih.
Jeje sudah biasa dengan sikap absurd kelasnya. Karena dirinya sendiri juga begitu. Tapi, entah kenapa, jiwa Mamah dalam Jeje mulai keluar.
Semuanya harus "Jeje, Jeje, Jeje, dan Jeje."
Dan pernah suatu saat, mereka pergi ke kantin. Jeje datang bersama Radith, Stevanus, Ryuu, Feri dan Dimas. Jeje didepan memimpin mereka. Mereka berjalan menuju arah meja siswi perempuan IPA 1.
Orang lain yang melihat nya akan berpikir bahwa Jeje adalah putri dari para pangeran disana, padahal Jeje adalah sang Ratu bukan lagi Princees.
"Buset dah Je, lo kayak Ratu aja," celetuk Berliana.
"Hmm bener, gila aja lo bisa bawa monyet kesini."
"Jen, lo mau gue goreng?" tanya Radith menanggapi perkataan Jenni.
"Mau, lo mau beliin gue kentang goreng kan maksudnya?"
"Gelud yok."
"Woy, udahan. Ini udah pada pesen?" tanya Jeje pada teman-teman yang berada di meja. "Belum, nunggu lo pada," jawab Alya.
"Oh yaudah, Radith sama Stevanus sono pesen gak pake lama," perintah Jeje pada mereka. "Lah anjir napa gue, Dimas sama Ryuu aja lah," sanggah Stevanus.
"Heleh Nus, nurut aja napa," kata Jeje yang membuat mereka berdua berdiri. "Hm, kalo sama Jeje mah pada nurut, mending lo jadi emak mereka aja Je," celetuk Adel pada Jeje.
"Halah anjir emak apaan, masa anak gue gak waras semua," jawabnya sambil bercanda. "Lah emaknya kan juga gak waras, hehe."
"Lo mau gue ulek, hehe?"
"Enggak, hehe."
"Ini ngapain pada pakai hehe sih?" Tanya Alya yang kebingungan dengan temannya ini.
"Hmm, oh ya Al, lo lagi gambar apaan?" tanya Ryuu yang melihat Alya menggambar disamping Yana. "Ini buat lomba antar kelas, nanti yang menang diaujin lomba antar sekolah," katanya menjelaskan.
"Oh lomba yang itu, lo ikut yang mana?" tanya Dimas ikutan nimbrung.
Alya memandang Dimas, sedikit mengernyit kan dahi, "gue masih bingung. Tapi pilih yang lawan bully kayaknya bisa deh."
"Ealah semangat dong kalo gitu!!" Kata Jeje memberi semangat. Alya menjawab dengan anggukan.
Sebelum dia melanjutkan kegiatan menggambar nya, dia sempat memandang Feri. Feri daritadi menatapnya, Alya mengangkat alis. Namun Feri hanya diam dan mengalihkan pandangannya.
"Lah edan tuh anak."
(…)
Halo beb. Akhirnya Jeje kuuuu. UWOOoooo
Jeje disini beneran emak ya. Karena setiap kelas pasti ada emaknya, dan gue memilih Jessica sebagai emak.
Babay.
KAMU SEDANG MEMBACA
10 IPA 1 [ END ]
Fiksi Remaja( C O M P L E T E D ) SERIES OF DC HIGHSCHOOL Kelas 10 IPA 1 bukanlah kelas biasa. Banyak yang bisa terjadi di dalamnya. Bahkan, orang luar menyebutnya kelas aneh bin ajaib. Sama seperti kakaknya 11 IPA 4, anak-anak elit berkumpul jadi satu dikela...