Basket

3.6K 337 29
                                    

Hari ini pelajaran olahraga pertama bagi 10 IPA 1. Karena kemarin, hanya sebatas perkenalan dan sejarah tentang DC. Sekarang pembelajaran baru akan dimulai. Dan 10 IPA 1 mendapat jadwal olahraga pada jam pertama.

Layaknya adik kelas yang lain. Maksudnya, pendatang baru di sekolah. Pasti banyak siswa atau kakak kelas yang datang untuk melihat. Apalagi ini adalah olahraga pertama bagi mereka.

Namun, bagi 10 IPA 1 ini menjadi ajang unjuk kebolehan. Ya siapa tahu ada kakak kelas yang tertarik, kan bisa dijadiin ojek gratis. Hehe, maksudnya pacar.

Contoh lah Oji. Oji ini daritadi bukannya main basket malah asik ngobrol sama anak kelas 11.

Pertama memang si kakak kelas dulu yang cari perhatian dia, tapi dengan sejuta kecerdasan nya dia bisa dapet peluang kalau mereka akan menjadi pelanggan nya. Hm, iya kang jual.

Oji datang menghampiri mereka. "Halo Kak."

"Eh, iya kenapa dek?"

"Kelas berapa Kak?"

"11 MIPA 2, kamu dek?"

"Kelas 10 MIPA 1 kak, Oji kak."

"Ooo, hai Nayla gue, eh dek kok lo gemesin sih? Maksudnya kan temen-temen lo mukanya gak kayak lo."

Mendengar hal itu, rubah dalam diri Oji bangkit. Dia langsung mengembangkan senyuman ternajis yang dinilai paling manis oleh Nayla.

"Duh dek, jangan senyum dong," Nayla buru-buru membuang muka. Ya iya sih, Oji kalau senyum tuh manis-manis najis gimana gitu. Udah gitu kan mukanya baby face, terus badannya kecil gemesin gitu. Gak kayak temennya yang lain, bongsor. Dia paling kecil dan jadi yang paling imut di kelas. Padahal sih aslinya imut minta di ulek.

"Loh, kakak juga imut kok," katanya dengan smirk yang sengaja dibuat imut.

"Hahaha bisa aja kamu dek."

"Bener kak, tapi kalau kakak mau kulitnya tambah manis, putih dan kenyal bisa beli krim kecantikan punya teteh saya. Udah dipercaya 100% sama pemerintah!" katanya jadi menggebu.

Kita tinggalkan mereka. Tidak ada gunanya juga kalau kalian terus melihat percakapan unfaedah itu.

Di lapangan para murid berkumpul. Mereka melakukan pemanasan sendiri-sendiri. Pak Pitoyo bilang, kalau beliau ada urusan. Dan mereka disuruh latihan sendiri. Materi hari ini basket, dan jadilah mereka main basket.

Gak, gak semau main basket. Karena hanya 25% dari mereka yang benar-benar main basket. Sisanya hanya cari mangsa buat di jadiin pacar. Kecuali Oji, dia cari mangsa buat dapet pundi-pundi rupiah. Memang yang ada di otaknya Oji ini cuma dagang, dagang dan dagang. Eits, tapi jangan salah. Nih anak kalau udah ikut OSN Matematika, yaudah yang ada para juri udah memutuskan kalau dia yang juara satu.

Iya, Oji memang sepandai itu dalam bidang Matematika.

Sebenarnya Oji masih bisa dimaklumi, karena dia masih berada di sekitar lapangan. Lah, Rendi, Bagas dan Zayn malah keluyuran di kantin. Dasar pelajar jaman sekarang. Kalau Dimas sih, lesehan dipinggir lapangan, cari tempat enak buat tidur.

Radith, Stevanus, Ryuu dan Feri. Mereka sedang pemanasan. Lari dengan kecepatan sedang, jogging lah. Mereka baru menyelesaikan dua putaran. Satu putaran lagi mereka selesai.

Selama mereka berlari, banyak kakak kelas yang menggoda mereka. Terutama menggoda Ryuu. Iya, siapa sih yang akan lolos dari pesona Ryuu. Lelaki jejepangan itu memang mempunyai pesona yang kuat.

Sedangkan Radith? Dia sih bodo amat, padahal dalam hati suka digodain kayak gitu. Dengan pedenya dia melajukan kecepetannya. Tau apa yang terjadi? Para Kakak kelas semakin heboh menggoda nya. Dia tersenyum, dan...... BRUKK!




Kakinya tersandung batu.






"BWAHAHAHHA, NGAPAIN LO HA?!" Dengan nada mengejek, Stevanus datang menghampiri Radith.

"Sukurin lo, pakai sok-sokan ngegas, jatoh kan lo," walau bilang begitu, Stevanus tetap menjulurkan tangannya.

"Apa sih nyet, itu batu yang bikin gue jatoh!" Bela Radith gemas sendiri sama batu itu. Lah padahal batunya gak ngapa-ngapain.

"Kok lo malah nyalahin batu sih?" bukan. Ini bukan Stevanus. Ini Ryuu.

"Ya, siapa suruh naruh batu di sini ha? Ini lapangan basket, bukan buat lompat jauh," jawabnya semakin kesal. Dia jadi mencak-mencak sendiri kayak anak kecil.

Melihat pemandangan itu, para Kakak kelas makin terpesona. Ya gimana lagi, Radith imut sih kalo marah gitu. Ih gemesin.

Sementara itu, para wanita disana yang sedang asik main bola, heboh tertawa karena Radith baru saja jatoh.

"Rasain, tuh anak emang enak kesandung," celetuk Adel sambil mendribble bola basket.

"Anjir, gue ngakak astagfirullah," kalau ini Yana sudah guling-guling di tanah sambil memegang perutnya. Kadang seorang Yana itu cantiknya meningkat kalau lagi ketawa. Tapi kadang juga absurd gak karuan.

"Apasih lo receh banget deh."

"Halah Al, lo juga ketawa tadi," Renata menyahuti. Karena Yana masih sibuk dengan ketawa.

"Haduh buset, kocak anjir, udah to berhenti, ini gue sampe nangis."

"ITU UDAH BERHENTI YANAAA!!!" kali ini Amel yang gemas. Sebenarnya apa sih yang harus ditertawakan sampai Yana guling-guling di tanah gitu?

"Et dah buset temen gue gini amat," Jessica maju. Duduk di depan Yana yang tengah memegangi perutnya. Dan kemudian tangannya maju menggelitik perut Yana. "Kalo ini gimana Yan? Geli gak?"











"BWAHAAHAHHAHAHA UDAH JE BERHENTI HAHAAHHA JEJEEE BERHENTI ASTAGFIRULLAH GELI GUE!!!" beneran Yana kayak orang kesurupan. Jessica Valerina, atau biasa yang di sapa Jeje ini masih nikmat dengan aktivitas nya yang baru. Yaitu menggelitik Yana.

"Udah Je, kasian tuh anak orang ketawa sampai nangis," ucap Jeni. Jeje pun menghentikan aktivitas nya dan membantu Yana berdiri.

"Nih minum," Berlian memberikan botol minumnya pada Yana. "Emang temen gue tuh cuma Berli," katanya sambil ngos-ngosan. Padahal dia kan gak ikut lari sama Stevanus.

"Ya jangan dihabisin juga etdah."

"Hehehehehe sori sori."



Hening.



Sampai Ayu menyeletuk, "guys, kalian ngerasa aneh gak sih?"

"Iya sih emang ada yang aneh, tapi gue gak tahu," timpal Karina. Adel dan Alya yang daritadi masih sibuk dengan bola basket mereka pun datang mendekat.

"Apaan nih kok kumpul?" tanya Alya pada teman-teman nya.

"Al lo ngerasa ada yang aneh gak sih?"

"Ha maksud lo Ren?"

"ANJIR," umpat Jeni tapi begitu selesai mengumpat dia langsung menutup mulutnya. "Ini kita di lapangan bukan di kelas," lanjutnya.

Seketika semua langsung mengedarkan pandangan. Dan benar saja, pertunjukan tadi telah ditonton oleh seluruh orang yang sedang melewati lapangan.

Bahkan Oji saja sampai berhenti mempromosikan dagangannya karena ulah gadis-gadis di kelasnya.

"Maaf ya kak, temen gue emang pembagian otaknya telat makanya kayak gitu," ucapnya santai dan melanjutkan promosi Tupperware nya.

Radith, Stevanus, Ryuu dan Feri juga berhenti.

"Salah apa gue sampai temen gue kayak gitu?" Kata Radith dengan tampang memelas.

"Udah gak ada bidadari emang." Ucap Stevanus lebay.

"Hm, gue setuju." Kali ini Ryuu setuju dengan dua temannya itu.

Sedangkan Feri? Dia masih setia dengan tampang datarnya melihat teman-teman perempuan nya itu.












(…)






Hay, cie gue apdet lagi. Kuy yang gak malmingan mending merapat.

10 IPA 1 [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang