Bukankah membenci disertai rasa ingin melupa lebih baik dari penyesalan yang tidak berkesudahan? ---Ana Tidae
🌸🌸🌸Saham terjun bebas ketingkat terendah.
Kegagalan proyek.
Musuh bisnis kian bertambah.
Kolega bisnis yang berkhianat.
Diatas semua hal rumit itu Park Chanyeol harus berdiri menopang Park Corporation yang menaungi delapan anak perusahaan dan lima ribu lebih karyawan, semuanya bergantung pada ketahanan pemuda itu.
Sekali Chanyeol menyerah, maka semuanya selesai.
Bukan hal mudah, karena setiap harinya Chanyeol hanya tidur 4 jam ---jika sempat selebihnya ia habiskan untuk berkutat dengan kertas-kertas, komputer, lobbying dan pekerjaan yang menguras pikiran dan tenaga lainnya.
Namun Chanyeol tidak pernah merasa keberatan untuk melakukan hal itu. Kelelahannya akan segera terobati ketika senyum bidadari kecilnya menyapa.
Baekhyun.
Gadis mungil yang bagaikan perumpamaan strawberry manis yang telah menjadi semestanya disetiap waktu. Tidak pernah ada yang tahu jika setiap dua jam sekali Chanyeol akan memastikan dimana keberadaannya, bertanya pada pelayan dimansion Park apa adik kecilnya itu sudah makan atau belum, mengecek nilai tugas kuliah gadis itu. Selalu menyenangkan melihat kegiatan gadis itu setiap hari.
Sekaligus menyakitkan mengingat terakhir kali mereka bertemu dan lagi-lagi hanya airmata yang ia tumpahkan disana, dan penyebabnya adalah Chanyeol sendiri.
"Argghhhhhh...." Chanyeol meremas kuat rambutnya sebagai bentuk pelampiasan rasa frustasinya
Ia memandangi pantulan dirinya dicermin kamarnya, lihatlah. Seharusnya ia melindungi malaikat kecilnya itu, tapi kenyataannya setiap waktu Chanyeol hanya memberikan sakit. Membuatnya tidak punya wajah untuk bertemu Baekhyun walaupun rindunya sudah ingin meledak hingga ubun-ubun
Chanyeol jatuh bertumpu pada kedua lututnya "apa yang harus kulakukan Baek?" Gumamnya parau
Pernyataan cinta Baekhyun adalah penyebab rasa frustasinya sekarang. Chanyeol mendongak menatap figura fotonya dan Baekhyun dimeja.
Musim semi yang indah dua tahun lalu, mereka saling berpelukan dan tersenyum lebar.
Chanyeol tersenyum miris, tidak ada lagi waktu seperti itu untuknya.
Ia sengaja melakukannya.
Ya Tuhan, betapa pengecutnya Chanyeol, pikirnya. Dia sengaja memberi respon positif keluarga Joy tentang perjodohan mereka, ia setengah mati menahan diri untuk tidak mengejar Baekhyun malam itu. Agar Baekhyun membencinya, melupakan cinta yang selalu keluar dari mulutnya, menghapus rasa yang tidak seharusnya itu.
Ponsel Chanyeol bergetar, dengan langkah gontai pria itu meraihnya.
"Tuan, sore tadi kami melihat nona Baekhyun pergi membawa koper besar"
Mata Chanyeol membulat, tubuhnya segera menegak "kemana dia akan pergi?"
"Kami belum mengeceknya tuan, mobil yang dikendarai nona Baekhyun memasuki bandara namun saat kami mengecek setiap penerbangan nama nona Baekhyun tidak tercatat dimanapun. Kami rasa itu hanya alibi saja, agar kami kesulitan melacak keberadaannya"