Percayalah, hanya itu yang perlu dilakukan jika waktu tidak mengizinkan mata untuk saling menatap. Hanya percaya, dan rasakan bahwa dia benar ada disana. Dalam hatimu...
Hanya berlari dan berlari yang Chanyeol lakukan. 5 menit lagi waktunya tersisa untuk mengejar Yixing, nafasnya sudah tidak beraturan tapi ia tidak ingin menyerah bagaimanapun caranya. Setelah berlari lama akhirnya Chanyeol bisa melihat siulet tubuh yang bersandar dipohon."Aku menemukanmu, Zhang" seru Chanyeol dibelakang tubuh itu
Yixing berbalik, tubuhnya juga dipenuhi noda darah seperti Chanyeol. Tembakan Chanyeol tadi rupanya mengenai banyak titik ditubuhnya.
"Ternyata kau cepat juga" ejek Yixing
Chanyeol tertawa sarkas. Menatap lampu bom yang berkedip-kedip diikuti suara bip yang ramai "kau... berencana bunuh diri bersamaku?"
"Heh, kau jangan bermimpi. Tadinya aku berniat menghabisimu dengan membakarmu habis, tapi rasanya aku tidak akan puas jika tidak membunuhmu dengan tanganku sendiri"
Chanyeol yang lebih dulu mengambil inisiatif melangkah maju dan menarik kerah baju Yixing. Satu tinju dibalas satu tendangan. Hujan deras tapi dua pria itu tidak peduli, kilat sesekali menyambar membuat terang sekejap.
"Kau tahu, kau sungguh bodoh dengan melakukan ini jika itu atas nama ibumu" seru Chanyeol mencoba mengalahkan suara hujan
Tangannya dan Yixing saling mengunci hingga tidak yang bisa bergerak "memangnya kau kira keluargamu itu suci?"
Chanyeol menggeleng "kakek kita sama Zhang. Jangan berpikir ayahku akan menyerah begitu saja mendapatkan ibumu jika kakekmu tidak menentang hubungan mereka. Tidak ada yang benar disini, tapi kau juga tidak bisa serta merta menyalahkan semua orang"
"Tutup mulutmu!!!" Teriak Yixing "kau tidak tahu bagaimana rasanya, karena keluarga yang membesarkanmulah yang menghancurkan hidup ibuku. Kau sampah! Park Sang Hyun itu sampah, juga seluruh anggota keluarga Park!"
Chanyeol dua kali melepaskan tembakan walau tidak berhasil mengenai Yixing. Jika bisa Chanyeol tidak mau menyelesaikan masalah ini dengan cara berkelahi seperti ini. Chanyeol ingin Yixing bisa melihat semuanya dengan sudut pandang yang berbeda tapi sulit sekali.
"Kau tahu Zhang, ibumu memang depresi berat karena berpisah dengan ayahku. Tapi memang dia yang menolak bersama karena ternyata dia mengidap kanker otak stadium akhir"
Yixing memilih tidak mendengarkan, ia mengeluarkan tembakan mengenai lutut kanan Chanyeol. Chanyeol menggeram kesakitan, pria didepannya ini sangat keras kepala. Tapi Chanyeol mengerti tidak akan mudah menerima kenyataan setelah lama memendam dendam.
"Zhang, semua ini tidak akan berakhir seperti yang kau inginkan!" Teriak Chanyeol
Yixing tertawa menghindari tendangan Chanyeol "jika kau tidak bisa mati sendiri, maka kita akan hancur bersama. Itu terdengar lebih adilkan?"
Chanyeol menarik napas lalu mengeluarkan tembakan bertubi-tubi. Tapi dua pria itu melupakan bom yang sudah terset tidak jauh dari mereka karena terlalu terbawa emosi. Yixing membawa perkelahian mereka semakin mendekat ketitik bom-bom itu dipasang. Chanyeol menggeleng, ia tidak ingin mati konyol ditempat ini tanpa membuat kesalahpahaman ini selesai.
Yixing menodongkan pistolnya dikepala Chanyeol "lari atau tinggal sama saja, kau tetap akan mati" serunya licik
Chanyeol menggelengkam kepala, menyangkal perkataan saudara seayahnya itu "maaf tapi aku harus melakukan ini"
Cekatan Chanyeol menembak kedua kaki Yixing dengan gerakan cepat yang tidak disadari, ketika pistol Yixing terjatuh ketanah bersama tubuhnya, Chanyeol dengan cepat menarik pria itu untuk menjauh dari lokasi bom.