Seperti apakah seharusnya hati bertanggungjawab atas rasa yang tak pernah menemui penghabisan --- i can't (?)
Pagi menyambut Baekhyun yang berlari-lari kecil disebuah lapangan kecil dekat peternakan. Rambutnya basah oleh keringat, putaran kesepuluh Baekhyun membaringkan diri diatas rerumputan. Cahaya mentari pagi menerpa wajah kecilnya, dan walaupun sudah sejauh mungkin bersembunyi ketika berdiam hanya satu wajah yang muncul dibenaknya.
Park Chanyeol, apa kabar? Masih ingat padaku?
●●●
Gertakan Yixing?
Chanyeol lebih memilih untuk tidak percaya. Siapa yang ingin percaya pada orang belum tentu statusnya : musuh atau teman. Dan melihat hasil pertemuan itu Chanyeol mulai merasakan pria Zhang itu adalah musuh.
Abaikan saja. Chanyeol memilih demikian, masih banyak yang perlu dibereskan.
Ketika berkutat dengan berkas evaluasi saham, sekretarisnya menerobos masuk dengan terburu-buru.
Sebelah alis tebal Chanyeol menukik heran "ada apa?"
Sekretaris Kang terdiam untuk mengatur nafas dan merapikan dasinya. Chanyeol tersenyum geli melihatnya, menyerahkan botol air namun Seo Jun---panggilan sekretaris Kang mengabaikannya dan duduk didepan Chanyeol
"Kau kenapa? Seperti dikenal Mrs. Dayoung saja" gurau Chanyeol
Mrs. Dayoung adalah guru fisika Chanyeol juga Seo Jun ketika SMA yang galaknya luarbiasa, dua pria ini langganan hukumannya dulu.
"Aku menemukan tanda keberadaan Baekhyun" ucapnya cepat
Demi mendengar nama itu rahang Chanyeol mengeras, tatapannya berubah tajam "kau serius?"
Seo Jun mengangguk "dia tidak jauh dari Seoul, tapi kita masih harus menunggu kabar selanjutnya"
Tubuh besar Chanyeol seketika lemas hingga bersandar pada kursi kerjanya. Nama itu membawa pengaruh besar bagi mood yang ia coba bangun mati-matian. Ada hentakan dalam dadanya yang meluruhkan semangatnya untuk meredam sesuatu yang belakangan ini menjadi tabu untuk diucapkan, bahkan dipikirkan. Seorang Park Baekhyun.
"Secepatnya kabari aku" titah Chanyeol
Seo Jun mengangguk kemudian bergegas keluar ruang kerja. Meninggalkan Chanyeol yang lagi-lagi melankolis dipagi yang seharusnya bersemangat.
Chanyeol tidak mengerti apa mau hatinya yang menuntutnya untuk menemukan Baekhyun. Tapi kepergian Baekhyun yang tiba-tiba membuatnya berpikir gadis itu sengaja menghindarinya karena kejadian malam itu. Ketika semua rasa itu terungkap.
"Arrggghhh" Chanyeol meremas rambutnya frustasi
Berkendara dengan kecepatan tinggi menjadi satu-satunya pelarian emosi Chanyeol yang tidak tersalurkan. Aston Silvernya membelah jalan raya dengan kecepatan menggila, mata bulatnya menatap kurus kedepan. Tangannya menekan nomor Baekhyun diponsel namun seperti biasa, seperti yang terjadi beberapa minggu belakangan ini. Panggilannya hanya dibalas sahutan operator.
"Kau dimana Baek? Kenapa harus bersembunyi seperti ini? Mencarimu sangat melelahkan. Kau dimana Baek? Jangan membuatku pusing begitu lama, aku tahu aku salah tapi jangan tinggalkan aku seperti ini. Kau tahu? Sepi sekali disini, kau dimana Baek?!" Suara Chanyeol meninggi bersamaan dengan mobilnya yang berbelok tajam, Chanyeol kelimbungan mengendalikan laju mobilnya hingga decitan ban terdengar sebelum mobilnya berhenti paksa.