N. Pradita
Halo semesta!
Akhirnya sampai juga di ujung cerita kami yang pertama ini. Senang rasanya bisa nyelesaiin naskah kolab dengan lancar, ya meski kami kadang molor dari deadline yang kami sepakati bersama.
Jika boleh jujur, sebenarnya konsep awal Senandika tidak seperti yang kami tulis ini. Tapi… whoop! dengan kekuatan jomblo jadilah cerita sederhana tentang persahabatan. Entah kenapa terjadi begitu saja, mungkin karena kami lelah ‘tawuran’dengan storyline kami masing-masing.
Nyatanya, menyatukan tiga pendapat dalam satu pikiran itu susah. Tapi happy ennding juga! Rasanya ada kelegaan tersendiri baca tulisan ‘tamat’ di akhir cerita. Semoga kalian yang baca juga merasa lega dengan apa yang kami tulis ya. Hihi …
Nggak banyak yang mau aku tulis. Intinya, terima kasih telah membaca, memberikan masukan dan kritik pada karya kami. Tanpa kalian kami hanya tiga jomblo merana dan kesepian. Haha …Nantikan cerita kami selanjutnya ya. Tetap dukung kami ya semesta.
Salam!
Respati Kasih
Hampir lima bulan membuat cerita ini, akhirnya kami berhasil menyelesaikan Senandika. Salah satu hal, yang menurut kami, sebuah prestasi. Setelah melewati begitu banyak ‘tawuran’, kami sampai di halaman terakhir dengan berdarah-darah. Oke, ini lebay ya. Nggak berdarah juga. Kami tetap utuh. Dan kami tetap jomblo. Merdeka!
Lewat Senandika, kami berharap bisa menyampaikan pesan tentang persahabatan. Meski di luar sana, tema ini begitu klise. Sudah betebaran di mana-mana. Tapi semoga cerita versi kami, terlihat berbeda ya. Sebenarnya, tujuan awal kami ingin membuat tokoh-tokoh yang sempurna tanpa aib. Cogan-cogan yang jadi most wanted di sekolah, yang kalau lewat ada kipas angin raksasa yang sengaja dipasang. Wajah tampan mereka begitu elok, sampai membuat kalian meneteskan liur.
Tapi dalam perjalanan kami menulis Senandika, kami sadar, bahwa dunia ini tidak melulu soal cogan yang most wanted. Kami akhirnya sampai di karakter anak-anak remaja yang sederhana, cenderung biasa saja. Oke, kecuali Raska yang diceritakan tajir melintir. Tapi, dia masih sama seperti remaja yang lain. Menghabiskan waktu untuk bermain sepak bola, punya hewan peliharaan, dan kesepian. Sebagai anak orang kaya, Raska tidak suka foya-foya. Lingkungan sangat berperan dalam menjaga Raska agar tidak keluar batas.
Ah iya, kami sengaja menyelipkan adegan tawuran. Jangan dicontoh, ya. Ini hanya sekadar bumbu untuk menggambarkan bagaimana dewasa ini remaja-remaja masih suka tawuran. Sungguh miris ya.
Dan untuk masa lalu Arinka, kami hanya bisa menghela napas. Semoga bisa diambil pelajaran.
Oh iya, apa kalian bisa menebak di antara Lingga-Raska-Ndof, siapa yang menjadi anak fiksi-ku?Terakhir, maaf jika dalam Senandika ada hal yang tidak berkenan di hati kalian—pembaca—karena kami hanyalah jomblo biasa yang mencoba tidak hanyut di derasnya arus pernikahan.
Terima kasih atas segala apresiasi kalian. Terima kasih sudah setia mengikuti Senandika.
Sekian dan sampai jumpa di projectkami yang kedua!
Okta Anak Ayam
Kalimat pertama yang aku ucapkan setelah melihat kata tamat di akhir project ini adalah Alhamdulillah, sudah nggak ada revisi-revisi lagi. Hahaha, nggak deng. Aku bersyukur, akhirnya bisa juga menulis sesuatu sampai tamat. Walaupun sewaktu menulis senandika ini banyak berdarah-darah karena harus tawuran hampir setiap saat sama mereka.
Awalnya, Senandika nggak dibuat dengan tema persahabatan. Kalau nggak salah, ini tentang tiga cogan yang berusaha bersaing mendapatkan hati sahabat mereka. Klise ya. Tapi entah gimana, tiba-tiba melenceng jadi tema persahabatan yang menurutku begitu indah. Seandainya bisa, aku berharap juga punya sahabat kayak Lingga-Raska-Ndof. Terus Lingga aku jadiin pacar deh, hahaha.
Kami juga mencoba membuat sosok cowok ganteng yang sempurna. Pintar dan baik hati. Penyayang binatang. Jago masak. Tapi kemudian kami sadar, bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Atau mungkin … karena kami bertiga memang berbakat menghancurkan tokoh buatan kami sendiri ya?
Akhir kata, terimakasih karena sudah mau membaca Senandika. Terimakasih atas segala dukungan, kritik, saran, dan komenan lucu yang kalian kirimkan.
Sampai ketemu di project kami selanjutnya ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
SENANDIKA [completed]
Teen FictionRaska, Lingga dan Ndof mempunyai sifat dan cara berpikir yang berkebalikan. Saling menghujat, mengejek, dan bertengkar mungkin makanan sehari-hari untuk mereka. Ancaman untuk berhenti berteman seringkali mereka ucapkan. Meskipun begitu, tidak ada s...