10. Tawuran 1

621 99 224
                                    

Tawuran 1


   Baru saja Lingga, Raska, dan Ndof sampai di depan kelas mereka, suara melengking Sammy membuat telinga mereka berdengung. Sammy yang berlari dari arah koridor, tanpa babibu melesat masuk ke kelas hingga tidak memedulikan orang-orang yang ditabraknya. Pemuda blasteran Sunda-Korea itu selalu begitu jika membawa sebuah kabar mahapenting untuk teman-teman sekelasnya.

  "Heboh banget lo, Sam?" Ndof mengelus-elus bahunya yang sakit karena sempat ditabrak tubuh Sammy tadi.

 "Penting nih, lo semua masuk dulu deh." Sammy melambaikan tangan kanannya, mengisyaratkan teman-temannya untuk berkumpul.

   Lingga, Ndof, dan Raska pun mengikuti. Mereka masuk ke kelas sambil melihat Sammy yang sudah siap menyampaikan sesuatu.

   "Lo semua tahu nggak?" Sammy yang sudah berada di depan kelas memulai aksinya. Semua memerhatikan, bahkan siswa rajin kesayangan guru pun ikut meninggalkan buku-buku yang sejak tadi ditekurinya hanya untuk menyimak informasi dari Sammy.

   "Gerombolan Siberat, mereka kemarin habis nyerang anak SMA sebelah!" seru Sammy dengan mengepalkan kedua tangannya di depan dada. Matanya melotot seakan dia baru saja mendengar berita itu.

   "Seriusan lo, Sam?"

   "Gila, bisa gawat tuh!"

   "Kenapa sih mereka sampai nyerang segala?"

   Dan suara itu saling bersahut-sahutan, membuat kelas riuh membahas persoalan Gerombolan Siberat. Semua orang tahu bahwa hubungan sekolah mereka dengan SMA sebelah sejak dulu memang tidak baik. Masalah kecil saja akan menjadi masalah besar.

   Lingga yang sejak tadi menopang dagu hanya berdeham ringan saat mendengar kabar dari Sammy. Dia menatap kedua temannya, mereka sama tidak tertariknya dengan dirinya. Kelas yang sejak tadi ramai tiba-tiba senyap saat Gerombolan Siberat masuk ke kelas.

   Lingga mengamati mereka, tiga laki-laki itu memiliki bekas luka yang belum kering di wajah. Di antara ketiganya, Yoshep-lah yang memilki luka paling banyak. Lelaki yang merupakan ketua dari gerombolan anak nakal itu, pasti yang paling semangat menghajar lawannya hingga dia sendiri babak belur.

   Begitu masuk, Gerombolan Siberat langsung duduk di bangku mereka di pojok kelas. Mereka berkerumun saat Yoshep meletakkan selembar kertas di meja, mencorat-coretnya asal sembari mendiskusikan sesuatu.

   "Ling."

   "Woi, Ling!" Lingga tersentak saat Ndof menggoyang bahunya. Matanya menatap Raska dan Ndof bergantian.

   "Kenapa lo? Sawan?" Raska berkata dengan sudut bibir yang terangkat. Menahan tawa.

   "Kampret! Enggaklah." Lingga menoyor kepala Raska. Dia menggeleng pelan, bisa-bisanya dia terlalu fokus mengamati gerombolan itu hingga tidak mendengar ucapan teman-temannya.

***

   Setelah selesai mengerjakan tugas kelompok, Lingga dan Ndof memutuskan untuk sekalian menginap di rumah Raska. Mereka duduk di ruang tengah sembari menonton acara kuis Cak Lontong yang sering membuat kepala pusing karena jawabannya yang tidak masuk akal.

   Sesekali, mereka akan ikut menjawab teka-teki yang diberikan meski tidak ada satu pun jawaban dari mereka yang benar. Kiti yang senantiasa berada di pangkuan Raska, mengeong saat orang-orang di sekitarnya menjawab, seakan makhluk mungil itu ikut dalam permainan mereka.

   Drrtt ... Drrtt ... Drrtt ....

  Getar ponsel mengalihkan ketiganya dari televisi. Kiti yang bergelung di pangkuan Raska berdiri, meloncat ke lantai saat pemiliknya mengambil ponsel di saku celana.

SENANDIKA [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang