Keramaian-keramaian
Pukul 13.00, Ndof pulang dari rumah Raska setelah terjadi drama pengusiran.Sebenarnya Raska tidak tega mengusir, tapi dia sudah pengang mendengar suara Ndof yang mengoceh banyak hal. Mulai dari resep makanan, foodvlogger, hingga membully Kiti soal Mamang Sayur.
Padahal Raska hanya diam saja, tidak menanggapi. Tapi Ndof tidak tahu diri kalau sang lawan bicara sudah bosan mendengarkan.
Kiti terlelap di sebelahnya. Raska yang duduk sambil meluruskan kaki di atas kasur, fokus menonton layar pipih yang menempel dinding.
Di sana menampilkan film kartun Inside Out yang sudah belasan kali Raska tonton. Dia mengoleksi banyak kaset DVD film kartun, yang akan dia putar ketika dia sedang bosan.
Beberapa film kartun yang menjadi favoritnya, selain Inside Out; Up, Home, Big Hero 6, Kungfu Panda, Zootopia, dan Larva.
Raska tidak bisa tidur siang, dan tidak terbiasa. Ingin naik ke atap, tapi ini masih siang. Apalagi setelah gerimis tadi pagi, siang ini matahari justru bersinar terik.
Terlalu banyak menonton Inside Out, Raska mulai gila dengan membayangkan kalau di dalam otaknya ada lima makhluk yang aneh—Fear, Anger, Joy, Disgust, dan Sadness.
Seandainya kenyataan, mungkin otak Raska akan didominasi oleh Anger yang selalu meledak-ledak dan Sadness yang suka mengacaukan apa pun. Memikirkannya saja membuat Raska tertawa sendiri—menertawakan kebodohannya.
Kalau isi otak Ndof pasti didominasi oleh Fear dan Joy.
Sementara otak Lingga dipenuhi oleh Joy dan Disgust. Meski jarang mengatakannya secara langsung, Lingga diam-diam jijik melihat kegilaan Ndof dan Raska.
Raska akan berkaca-kaca ketika film sampai di bagian Island of personality milik Riley—anak berumur sebelas tahun yang menjadi tokoh utama di Inside Out.
Island of personality yang menyimpan lima kenangan berharga milik Riley itu runtuh satu per satu.
Pulau yang berisi kenangan tentang keluarga, sahabat, kejujuran, momen konyol dan permainan favorit.
Bukankah Raska sedang mengaca?
Meski berbeda kasus dengan Riley, tapi Raska merasakan apa yang dia rasakan.
***
"Oiii, main yuk, Ras!"
"Ayolah, gabung. Nggak ada lo, nggak rame."
Raska yang berniat menyusuri jalan Ibukota sepanjang sore, akhirnya menghentikan mobilnya di tepi lapangan.
Beberapa anak kompleks tampak berkumpul di sana, salah dua dari mereka berteriak ketika melihat mobil Raska melintas.
Padahal Raska sudah necis. Dia tidak mengenakan kaus oblong dan celana pendek seperti biasanya ketika bermain bola.
Membuka kaca jendelanya lebar, Raska melongokkan kepala. "Gue libur dulu ya, Bro. Mau pacaran nih."
Sebenarnya Raska malas bergabung, karena tidak ada Lingga dan Ndof di lapangan.
"Banyak gaya lo! Jomblo ya jomblo aja."
"Beneran. Kalian kalau lihat cewek gue yang cantik, mati berdiri kalian!"
Semua yang di lapangan kompak menyoraki.
"Halah, paling juga si Kiti."
"Nah, itu tahu." Raska nyengir lebar.
"Beneran nggak mau gabung nih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SENANDIKA [completed]
Roman pour AdolescentsRaska, Lingga dan Ndof mempunyai sifat dan cara berpikir yang berkebalikan. Saling menghujat, mengejek, dan bertengkar mungkin makanan sehari-hari untuk mereka. Ancaman untuk berhenti berteman seringkali mereka ucapkan. Meskipun begitu, tidak ada s...