Andofa Reiner Demitrio
Andofa, atau yang biasa dipanggil Ndof, selalu terlihat sedang tertawa saat ada yang memanggil namanya. Seringai lebar tidak pernah meninggalkan mukanya, yang entah dalam keadaan apa pun selalu terlihat tengil. Banyak yang bilang, hidup Ndof kelewat bahagia.
Ayah Ndof seorang dokter, sedangkan ibunya memilih membuka usaha katering di rumah untuk membunuh bosan. Mungkin karena terpengaruh ibunya, Ndof jadi hobi memasak. Seingat Ndof, sejak kecil, dia sudah membantu ibunya memasak. Entah itu memotong wortel, atau mengupas kentang.
Andofa juga mempunyai dua kakak perempuan, bernama Bunga dan Jihan. Umur mereka terpaut cukup jauh. Tujuh tahun dengan Jihan, dan sepuluh tahun dengan Bunga. Tapi mereka cukup akrab, setiap malam Minggu, kalau tidak pergi main atau kencan, Ndof akan menemani dua kakaknya maraton nonton drama Korea.
Kulit Ndof putih, kacamata kotak bertengger dengan bagus di hidungnya, dengan tinggi 183 cm yang semakin menunjang gelarnya sebagai cowok paling ganteng di kompleks. Sebenarnya tinggi Ndof hanya 180 cm. Tapi, waktu pengukuran tinggi badan terakhir, Ndof dengan curangnya ikut mengukur rambutnya yang tebal.
Kehidupan Ndof rasanya sudah sempurna. Dia mempunyai keluarga yang lengkap, dan dua orang tetangga yang sudah Ndof anggap anak buah. Ralat—Ndof tidak mau ditimpuk batu oleh Raska dan Lingga—dua orang tetangga sekaligus sahabat yang sudah Ndof anggap sebagai keluarga sendiri.
Rumah mereka bertiga ibaratnya seperti kimbab segitiga. Rumah Ndof di sebelah kiri rumah Raska, sedangkan rumah Lingga di depan rumah Raska. Mereka bertiga sudah saling mengenal sejak umur lima tahun, mungkin. Karena Ndof tidak ingat secara persis mulai dari kapan mereka berteman.
Dua sahabatnya itu tergabung dalam kesebelasan kompleks mereka. Raska sebagai kapten sekaligus striker, dan Lingga sebagai kiper. Sedangkan Ndof, posisinya di kesebelasan adalah kadang sebagai pemberi semangat, kadang juga ikut bermain, tapi seringnya Ndof cuma duduk di pinggir lapangan menunggui Raska dan Lingga bermain, dengan kotak berisi makanan buatannya atau makanan sisa dari katering mamanya. Mereka bilang, Ndof seperti induk burung yang selalu memberi makan.
Dari dua sahabatnya, Raska-lah yang paling sering menemaninya bereksperimen dengan masakan.
Walaupun saat memasak, Ndof selalu menyetel lagu-lagu kesukaannya, yang tidak disukai oleh telinga orang-orang biasa. Pernah Ndof melihat, Raska mengelus telinganya saat pulang dari rumahnya. Tapi sahabatnya itu baik, tidak pernah sekalipun dia mengeluh.
Mungkin, karena dulu Ndof pernah mengancamnya, sekali Raska mengeluh, maka tidak akan ada lagi makanan untuknya.Lain Raska, lain lagi dengan Lingga. Sahabatnya yang ini suka sekali merepotkannya, dengan meminta Ndof untuk menemaninya ke sana ke mari.
Lingga bukan Ndof yang benci gelap dan takut hantu. Bukan juga Raska yang sering kesepian.
Lingga cuma suka kesasar. Karena itulah, Lingga suka meminta ditemani Ndof atau Raska, dan seringkali keduanya sekaligus untuk pergi ke mana-mana.
Tapi yang membuat Ndof jengkel adalah, Lingga teramat suka traveling. Dan sering memaksa Ndof serta Raska turut serta. Padahal saat libur, Ndof hanya ingin mencoba resep-resep baru yang dia temukan, atau nonton drama Korea yang baru bersama kedua kakaknya.
Ndof juga paling benci, kalau Lingga meminta untuk dibuatkan makanan. Bukan karena perut karet Lingga yang membuat Ndof harus masak besar, bukan juga karena Lingga pilih-pilih makanan. Tapi karena permintaan Lingga untuk setiap masakan yang Ndof buat harus pedas. Pernah Ndof buatkan Lingga gudeg, tapi cowok itu ngambek karena rasanya manis dan tidak pedas seperti request darinya. Kalau sudah begitu, rasanya Ndof ingin memukul kepala Lingga dengan wajan yang baru dia pakai tadi.
Kalau soal makanan, Ndof memang paling cocok dengan Raska. Mereka berdua sama-sama tidak suka pedas. Lain halnya dengan Lingga, yang Ndof rasa, sudah tidak memiliki sensor pedas di lidahnya.
Dulu waktu mereka masih kecil, Raska dan Lingga pernah meninggalkan Ndof sendirian di depan rumah kosong di kompleks sebelah. Awalnya, atas ide dari Raska, mereka berniat uji nyali. Tapi langsung batal, saat Raska dan Lingga lari ketakutan. Sedangkan Ndof yang memang takut dengan hantu, tidak mampu menggerakkan kakinya, dan mengompol di tempat.
Kejadian yang sudah terjadi sepuluh tahun lalu itu, terus membuatnya diejek bahkan hingga sekarang.
Selain Riska dan Lingga, Ndof mempunyai satu lagi sahabat.Namanya Arinka, tapi sering dipanggil Apri oleh Ndof. Sangat jauh bukan nama panggilan Arinka dari Ndof? Bahkan gadis itu selalu marah-marah saat Ndof memanggilnya Apri.
Ndof tidak peduli. Sesering apa pun Arinka melakukan tindakan anarki padanya—dengan mencubiti atau menjambak rambut Ndof yang berantakan—Ndof tetap akan memanggilnya Apri.
Ndof selalu bilang, bahwa Apri adalah panggilan sayangnya untuk Arinka. Dan Arinka dengan senang hati membalas Ndof dengan memanggil cowok itu Rere, yang Arinka ambil dari Reiner di nama panjang Andofa.
Mungkin hanya Arinka, satu-satunya sahabat perempuan yang Ndof punya.Dan hanya Arinka, satu-satunya perempuan, yang Ndof terima untuk bergabung dalam lingkaran pertemanannya dengan Raska dan Lingga.
Arinka tidak seribet perempuan kebanyakan. Dan tidak berpura-pura menjadi orang lain di depan mereka hanya untuk menarik perhatian. Bagi Andofa, Arinka itu seperti bintang yang bersinar dengan caranya sendiri.
Meskipun Ndof tahu, beban yang Arinka tanggung sangat berat, jumlah Arinka tersenyum dalam sehari sama banyaknya dengan jumlah senyum Ndof.
Ndof kagum, pada perempuan dengan masalah seberat itu, namun tetap bisa mempertahankan senyumnya.
***
Ataukah kamu #teamndof ? 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
SENANDIKA [completed]
Novela JuvenilRaska, Lingga dan Ndof mempunyai sifat dan cara berpikir yang berkebalikan. Saling menghujat, mengejek, dan bertengkar mungkin makanan sehari-hari untuk mereka. Ancaman untuk berhenti berteman seringkali mereka ucapkan. Meskipun begitu, tidak ada s...