3. Tak Bertepi

50.8K 4.3K 87
                                    

Aduh eike tadi dengerin lagu "Jangan Salah Menilaiku" kok jadi baper. Itu cocok banget kalau dinyanyikan Bana buat Lanav. Fix, belum move on dari Defisit.

Yang di multimedia videonya putar ya, lagunya pas menurutku 😂😂😂

Tanya lagi, kover novel yang bagus buat cerita pernikahan yang romance comedy, enaknya gambar apa yak. Gaun, couple, cincin, atau apa?





Kirana terus memasang raut wajah lesu, tapi tangannya terus beraksi menggoreskan cat minyak dengan kuasnya ke kanvas. Lukisannya begitu indah, walau suasana hatinya tak menentu. Dirinya bisa mengatur emosinya dengan baik, walau yang dilukisnya adalah wajah Satya. Ia melukisnya sesuai di foto, tidak ada yang dilebihkan atau dikurangkan. Apalagi, sampai merusak wajah Satya.

"Di saat seperti ini saja, aku masih melukismu setampan ini," Kirana mendengus dengan sebal. Ia ingin membenci Satya, tetapi sulit melakukan hal itu.

"Satya, andai waktu bisa diputar kembali, aku tidak mau kita menjadi seperti ini. Aku masih berharap kamu kembali seperti dulu," Kirana menatap lukisannya dengan raut wajah sendu, dikulum bibirnya.

"Sayangnya, aku tidak mau menjadi bodoh seperti dulu," Satya menatap Kirana dengan raut tanpa ekspresi, tangannya dilipat di depan dada. Kirana mendongak dan menatap kesal Satya.

"Ohh, sudah pulang? Sudah mulai ingat jalan ke rumah? Berobat di mana?" Kirana mencibir, mengalihkan pembicaraan.

"Kamu melukisku?" tanya Satya tidak menanggapi ucapan Kirana.

"Bisa lihat sendiri, kan?" Kirana berdiri dan menata peralatan melukisnya.

"Bagus," pujinya masih dengan raut wajah datar, "tapi mengapa kamu melukisku?" Satya mulai penasaran.

"Terserah aku mau melukis atau apa, itu bukan urusanmu," Kirana membersihkan tangannya dengan tisu basah, lalu mengelapnya dengan sapu tangan, "kamu tidak akan mati kok kalau aku lukis."

"Memang, siapa juga yang bilang kalau aku akan mati kalau dilukis olehmu?"

"Tidak, ada. Kamu tidak tahu sarkasme, ya?"

Satya tidak memedulikan ucapan Kirana, ia beranjak menuju ranjang. Sementara Kirana hanya mendengus, lalu pergi ke walk in closet untuk mengganti pakaiannya yang terkena cat minyak dengan gaun tidur. Ia langsung melepaskan bajunya beserta branya tanpa menutup pintu, kemudian ditaruhnya di keranjang cucian, sebelum menggunakan gaun tidur pilihannya.

(Model WIC-nya begitu yak)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Model WIC-nya begitu yak)

Seusai mengganti pakaian, Kirana langsung berbaring di sebelah Satya yang duduk sambil membaca majalah bisnis. Ia langsung memejamkan matanya, tapi tidak kunjung terlelap ke dalam alam mimpi. Perasaannya tidak menentu.

Kirana duduk, lalu meneguk segelas air putih yang ada di atas nakas. Ia mengusap-usap kepalanya yang terasa pusing.

"Kirana," Satya menepuk bahu istrinya dengan lembut.

Aku Bukan Simpanan (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang