Kepingan masa lalu

7.2K 828 38
                                    

"Dimana aku?" Wei Wuxian terbangun entah dimana, ia melihat kiri dan kanan semua berwarna hitam.

Wei Wuxian menatap kedua tangannya sendiri.

Tiba-tiba ia mendengar suara lagu yang lembut namun sedih.

Ia berdiri dan mencari asal suara tersebut.

Berjalan dengan pelan mengikuti irama lagu yang lembut itu, hingga ia berlari dengan tergesa-gesa ketika ia melihat cahaya putih di depan matanya, sepertinya itu jalan keluarnya.

Dia melewatinya dan tiba-tiba ia berada disebuah hutan yang terdapat danau kecil disana.

'Silau.' Wei Wuxian menghalangi cahaya agar tidak masuk ke matanya dengan tangan kanannya.

Irama lagu itu tetap terdengar, namun sangat jelas.

Wei Wuxian terkejut, saat ia mengetahui siapa yang memainkan lagu itu.

"Lan Zhan..." dia adalah Lan Wangji, ia sedang duduk di tepi danau dan memainkan sebuah lagu dengan Guqin miliknya, lagu itu lembut tetapi sedih.

Wei Wuxian perlahan mendekat, "Lan Zhan." panggilnya, berharap yang dipanggil mendengarnya.

Tetapi tidak ada jawaban.

Lan Wangji tidak bisa melihat apalagi mendengarkan Wei Wuxian.

Ia menghela nafas, mungkinkah ini hanyalah sebuah mimpi?

"Wei Ying..." tiba-tiba Wei Wuxian merasa senang, ketika Lan Wangji meresponnya.

Ia langsung mendekati Lan Wangji, dan duduk disampingnya.

"Lan Zhan! Lan Zhan! Kau bisa lihat aku? Kau bisa dengar aku? Aku disampingmu." ucapnya terus menerus, tapi tidak ada respon dari Lan Wangji.

'Ini aneh...' dia mulai berpikir kembali, tangan Wei Wuxian berusaha menyentuh pundak Lan Wangji, tapi---ia hanyalah sebuah roh.
'Hm... Sepertinya ini adalah mimpi.' batinnya sembari menatap tangannya yang tembus pandang.

"Wei Ying..." merasa namanya dipanggil lagi, Wei Wuxian menatap wajah Lan Wangji dan terkejut.

"...Dimana?" Lan Wangji menangis.

"...Lan Zhan?" Wei Wuxian terkejut, ini pertama kalinya ia melihat air mata Lan Wangji.

"Aku tidak bisa menemukanmu..." terdengar suara frustasi dari Lan Wangji.

Dia terus memainkan Guqinnya, bertanya kepada roh-roh disekitar sana, untuk mencari sebuah roh yang dia inginkan.

"Lan Zhan! Aku disini! Hei! Tatap aku!" ia berpindah menjadi di depan Lan Wangji.

Wei Wuxian berusaha melakukan pergerakan agar Lan Wangji mengetahuinya, tetapi hasilnya nihil.

"Wei Ying..." Lan Wangji terus menerus memanggilnya, irama lagunya menjadi sangat sedih.

Lan Wangji menghentikan permainannya, merasa ia tidak bisa menemukan roh yang terus dia cari.

Menatap Guqinnya.

Air matanya terus mengalir di pipinya.

"..Dimana?"

"Lan Zhan..." Wei Wuxian mencoba untuk menyentuh pipi Lan Wangji, tetapi ia tidak bisa.

"Apakah kau seperti ini saat aku tidak ada?" tanyanya dengan suara sedih.

Walaupun Wei Wuxian sudah tahu semua dari Lan XiChen, mengenai hukuman Lan Wangji karenanya, pengorbanannya untuk orang yang dia cintai.

Dia juga mengetahui bahwa Lan Wangji hampir menjadi gila, memaksa dirinya untuk mabuk, membuat dadanya terluka.

Tapi dia tidak menyangka bahwa ia melihat secara langsung potongan kenangan masa lalu milik Lan Wangji.

Lan XiChen mengatakan bahwa setelah ia dibebaskan, Lan Wangji kembali ke bukit Luanzang untuk mencari jasadnya.

Tetapi ia hanya menemukan Lan ShiZui---Wen Yuan.

Wei Wuxian merasa bersalah, sangat bersalah. Tanpa disadari air matanya mengalir, hatinya sangat sakit melihat Lan Wangji. Kalau saja dia-----

"Wei..."

"...Ying..."

"Wei Ying!"

"Hah?!" Wei Wuxian terbangun, nafasnya terengah-engah.

Lan Wangji sudah berada disampingnya, menatapnya dengan tatapan cemas, menyentuh pipinya, mengusap air matanya perlahan. Dia menangis?

"...Lan Zhan...?" panggilnya dengan suara lemah, memastikan bahwa ia tidak bermimpi lagi.

"Ya, aku disini." sembari berusaha menenangkannya.

Wei Wuxian bangkit, mengalungkan tangannya, memeluk lehernya dengan erat, tidak ingin melepaskannya.

"..Maaf meninggalkanmu begitu lama..." ucapnya dengan suara lemah, seperti berbisik.

Lan Wangji mengusap punggungnya dengan pelan, menenangkannya.

"Antara kau dan aku tidak ada kata maaf." lanjutnya.

Wei Wuxian terkekeh pelan, benar juga. Dia dan Lan Wangji sepakat tidak ada kata maaf dan terimakasih diantara mereka berdua.

"Apakah begitu buruk?" Lan Wangji bertanya dengan lembut, mengelus kepalanya.

Wei Wuxian mengangguk pelan, "Sangat buruk melihatmu begitu terluka..." ia berhenti sebentar, menarik nafasnya dalam-dalam
"...Mendengarkanmu memanggil namaku berkali-kali. Kau seperti boneka, tidak ada jiwanya... Aku merasa bersalah."

Lan Wangji menghela nafas pelan, mungkinkah kekasihnya bermimpi tentang kepingan masa lalunya?

"Bukan salahmu." katanya dengan lembut, bukan salah Wei Wuxian

Dialah yang bertekad ingin melindungi orang yang dicintainya.

"Tapi..."

"Kau disini, kau hidup. Sudah cukup untukku." lanjutnya, tidak membiarkan Wei Wuxian berbicara.

"Apakah aku membuatmu menunggu terlalu lama?" tanyanya, kini ia memberanikan diri menatap wajah sang kekasihnya.

Lan Wangji menghapus air mata di sudut mata Wei Wuxian.

Ia menggeleng pelan, "Sudah terbayarkan." lanjutnya.

Wei Wuxian tersenyum, "Kalau begitu aku akan berada disampingmu selamanya, hehe..." dan kembali memeluk Lan Wangji dengan erat.

"Hm..." Lan Wangji membalas pelukannya dan mengecup puncak kepala milik Wei Wuxian.
.
.
The end

Lan wangji di mimpi lagi nyari roh nya wei wuxian. Ku tak pernah lihat wuxian menangis, tapi kalau itu wangji. Dia pasti akan menangis untuknya.
Terinspirasi dari salah satu Fanart, lupa artistnya siapa.
Ini termasuk spoiler halus gak ya------?

Drabble WangXianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang