Empat Jiwa yang tertukar

1.7K 159 42
                                    

(Lanjutan edisi istri yang tertukar)
.
.
.
.
"Wei Wuxian! Aku perintahkan untuk turun sekarang juga!" Jiang Cheng yang melihat Wei Wuxian menjulurkan lidah ke arahnya, semakin ia ingin memukul pantatnya.

"Tidak mau~ dan lagi aku bukan anak kecil yang akan patuh dengan perintahmu!" Wei Wuxian menjulurkan lidahnya sambil memeluk satu batang pohon yang ukurannya cukup besar, ia kembali naik ke atas, berusaha menggapai ujung pohon yang sangat tinggi.

Jiang Cheng merasa ingin mengamuk, "Turun atau aku akan memukulmu sampai mati!" teriaknya sekali lagi dengan kencang.

"Hei, Shimei! Apa kau yakin bisa memukulku? Aku sudah pernah mati, jadi aku tidak takut dengan gertakanmu!" Wei Wuxian balas teriak kepada Jiang Cheng.

Wajah Jiang Cheng berubah menjadi biru karena geram dengan omongan Wei Wuxian.

"Jika kau ingin memanjat, gunakan tubuhmu! Bukan tubuhku! Jika kau ingin mati, gunakan tubuhmu juga!" teriaknya.

Ia tidak masalah jika Wei Wuxian memanjat pohon yang sangat besar dan tinggi, tetapi yang menjadi masalah adalah dia menggunakan tubuh Jiang Cheng, tubuh dia sendiri.

Jiang Cheng khawatir jika tubuhnya terkena luka atau pun tergores sedikit, ditambah lagi dengan sifat Wei Wuxian yang berjiwa bebas seperti itu.

Akhir-akhir ini dia kewalahan mengikuti Wei Wuxian kesana kemari, ia juga harus menjaga sikap dan tubuhnya itu agar tidak membuat wajahnya malu karena Wei Wuxian.

Terakhir kali ia di dandani oleh Wei Wuxian dan tidak sengaja di bawa oleh Lan Wangji pergi jauh, Jiang Cheng sudah merasa sedikit tertekan batinnya.

Walau sebenarnya dia tidak takut dengan Lan Wangji, tetapi dengan dia yang berada di tubuh Wei Wuxian. Setiap kali ia melihat Lan Wangji dan Lan Wangji melihatnya, ada perasaan tertekan dalam dirinya, seperti seekor domba yang siap akan di terkam oleh serigala kapan saja.

Kembali lagi ke topik...

"Shimei! Bagaimana kalau kau ikut naik keatas daripada kau mengeluh dari bawah? Sekali-kali kau harus menikmati masa mudamu!" lamunan Jiang Cheng dipecahkan oleh suara teriakan dari Wei Wuxian.

Jiang Cheng mendongak ke atas, mendapati Wei Wuxian sudah berada di barisan pohon paling tinggi dan dia duduk di salah satu batang pohon yang besar sambil melambaikan tangannya dengan semangat ke arahnya.

Jiang Cheng bergidik mendapati dirinya tersenyum lebar sambil memamerkan gigi nya yang putih berkilau.

Seumur hidupnya hanya Wei Wuxian yang bisa tersenyum seperti itu.

"Berhenti tersenyum seperti orang bodoh, dasar bodoh!" Jiang Cheng berteriak dengan kesal, membuat Wei Wuxian merengut seketika.

"Ckck, Shimei. Dengarkan aku, senyum itu sangatlah bagus, khususnya untuk dirimu. Jika kau sering tersenyum, maka aku yakin 100% kau tidak akan cepat tua. Tetapi jika kau terus mengerutkan alismu, ku yakin 5 tahun lagi kau akan seperti pak tua itu!" Wei Wuxian menceramahi nya panjang lebar. Dia khawatir kalau Jiang Cheng akan menjadi penerus nya Lan QiRen di masa tua nya nanti.

Dahinya berkedut kesal, Jiang Cheng tidak terima dengan perkataan Wei Wuxian.

"Kau---!!"

"Eh! Apa yang aku katakan itu adalah benar, lagipula kau ini sudah sedikit tua, Shimei. Aku tidak mau kau terlihat sangat tua di masa depan." Wei Wuxian memotong perkataan Jiang Cheng sebelum dia sempat memaki nya sampai puas.

Jiang Cheng tidak tahan ingin melempar sepatu ke wajahnya atau memukul kepalanya menggunakan sepatunya.

Dan dia tidak tahan ingin kembali ke tubuhnya sendiri, lalu menguliti Wei Wuxian sampai habis.

Drabble WangXianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang