Suara langkah kaki terburu-buru di keramaian pasar di sore hari, hampir saja membuat orang yang tidak bersalah terjatuh sebelum ada yang menopangnya.
"Maaf, anda tidak apa-apa, Tuan?" Orang tua itu menggeleng pelan, "Tidak apa-apa, nak. Mengapa terburu-buru?" Ia bertanya kepada pemuda tampan yang sedang memegang lengannya agar tidak terjatuh.
"Saya mencari dua anak kecil, yang satu berbaju ungu dan yang satu lagi berbaju merah, apakah anda melihatnya?" Orang tua itu kembali menggeleng pelan, ia sama sekali tidak melihat dua anak kecil seperti yang di deskripsikan.
Pemuda itu tersenyum lembut, ia melepaskan genggaman di lengan orang tua itu dengan perlahan, "Tidak apa jika anda tidak melihatnya, Tuan."
Lalu orang tua itu mengangguk sambil tersenyum dan segera pergi meninggalkan pemuda tersebut.
"Xiongzhang." Sebuah suara memanggilnya, pemuda yang di panggil itu menoleh ke belakang.
"Wangji, apa kau menemukannya?" tanyanya dengan nada cemas.
Lan Wangji menggeleng, ia tidak menemukan dua sosok anak kecil yang mereka cari.
Pemuda yang bernama Lan XiChen itu menghela nafas, "Ini salahku karena tidak terlalu memperhatikan mereka, tidak disangka mereka sangat lincah." katanya. Karena pasar ini sangatlah ramai, ketika dia asyik melihat-lihat berbagai macam barang serta bahan makanan, ia tidak sadar bahwa dua sosok itu pergi dan menghilang begitu saja.
"Bukan salahmu." Wangji membantah, dia tidak bisa menyalahkan kakaknya karena dia juga tidak memperhatikannya.
Lan Wangji terlalu sibuk berwajah murung dan sibuk mengutuk kakaknya sedari tadi, sehingga dia lupa bahwa dia harus memperhatikan gerakan dua bocah yang lincah itu.
Lan XiChen kembali tersenyum, lalu ia berkata "Ayo kita kembali mencari mereka." Di ikuti oleh anggukan dari Lan Wangji.
***************************
"Guk! Guk! Guk!" Suara gonggongan Anjing yang sedang berlari mengejar sesuatu.
"Huwaaaaaaa! A-Cheng! Anjingnya! Dia mulai mendekat!" rengek Wei Wuxian kecil yang berlari kencang untuk menghindar dari Anjing yang mengejarnya.
Ini berawal dari ulah Wei Wuxian mungil yang mengajak Jiang Cheng mungil melihat-lihat kios jualan yang menjual makanan lezat dan unik, sehingga mereka berdua terpisah dari Lan bersaudara dan bertemu dengan seekor Anjing berwarna hitam yanh mempunyai wajah menyeramkan.
Anjing itu selalu menjadi preman pasar yang suka menindas Anjing yang lemah.
Kali ini ia melihat dua sosok anak kecil yang tidak bertuan, maka dari itu ia mulai melakukan aksinya untuk menakut-nakuti dua anak kecil tersebut.
Anjing seram ini sangat senang menakuti anak kecil sampai menangis.
"Jangan lepaskan tanganku!" Jiang Cheng menggenggam erat tangan milik Wei Wuxian dan terus berlari dengan kencang.
Tiba-tiba kaki kanan Wei Wuxian tersandung oleh batu sehingga ia terjatuh dan genggaman tangan mereka terlepas.
"Huwaaaa!"
"A-Xian!" Jiang Cheng berhenti berapa langkah dan menoleh ke belakang mendapati Wei Wuxian yang terbaring di tanah akibat ulah si batu tersebut.
"Hiks... A-Cheng..." air mata Wei Wuxian semakin deras, jempol kaki kanannya berdarah dan lututnya terluka akibat terbentur keras oleh tanah.
Jiang Cheng buru-buru mendekatinya, lalu membantunya untuk duduk. "A-Xian, kau tidak apa-apa?" ia bertanya dengan nada khawatir.
Wei Wuxian menggeleng keras, "A-Cheng, kakiku sakit!" Ia ingin menangis menahan perih karena luka di kakinya.