11 "TIMELEES"

59.1K 2.7K 6
                                    

S A B T U 2 7 / 1 0 / 2 0 1 8

~ ~ T I M E L E S S ~

"BAGAIMANA dok?" Tanya Ray duluan saat dokter baru saja keluar dari ruangan.

"Kondisinya baik baik saja, hanya tinggal menunggu pasien sadar. Kalau soal luka dibetisnya, dia mendapatkan 10 jahitan dan mungkin juga akan meninggalkan bekas yang tidak bisa hilang." Ucap dokter tersebut menjelaskan pada dua pria yang sedang menatapnya.

"Baiklah, kalau begitu terimakasih dok. Apa sekarang saya bisa melihatnya?" Tanya Langit dan sekilas langsung mendapatkan tatapan dari Ray.

"Kami akan memindahkan pasien dulu keruangannya, setelah itu kalian baru boleh menjenguknya." Ucap sang dokter dan dianggukan oleh Langit dan Ray.

"Kalau begitu saya permisi dulu." Pamit dokter tersebut.

Ray menatap sekilas kearah Langit sebelum mematap pintu yang masih tertutup dengan Alliya didalamnya.

"Aku akan menelpon orangtuanya. Apa kamu puny_"

"Aku sudah menelponnya." Jawab Ray cepat dan otomatis menghentikan ucapan langit yang belum selesai.

"Sepertinya kamu sangat mengenal Alliya, bahkan sampai keluarganya padahal kamu hanya masa lalunya. Sikap kamu men_" Ucap Langit dengan nada tidak suka. Ini pertama kalinya Langit membuka suaranya setelah melihat kedekatan Alliya dan Ray.

"Gue sangat mengenalnya dari pada elo, bahkan gue juga mengenal keluarga. Walaupun gue masa lalunya, tapi gue tidak akan pernah melupakannya sedikitpun tentangnya. Apa yang dia suka, apa yang dia benci? Selalu akan gue ingat. Butuh satu bulan lebih untuk gue mengenal Alliya, sedangkan Loh bahkan selama dua bulan ini loh sama sekali tidak mengenalnya dengan baik." Ucapan Ray begitu sinis ditelinga Langit.

Langit menatap tajam Ray sebelum memutuskan pergi dari hadapan Ray. Langit terlalu lelah untuk berdebat, Langit memilih mengalah dan setelah Langit tenang ia akan melihat Alliya dulu sebelum pergi kembali kearea kemah.

"Pengecut Loh! Elo hanya bisa lari! Lari aja terus, lari!" Ucap Ray yang melihat Langit melangkah menjauh dari tempatnya.

Ray tidak habis pikir. Pria mana yang meninggalkan pacaranya yang masih belum sadar.

~ ~

"Apa yang terjadi pada Alliya, Ray?" Tanya Anggi sambil menggengam tangan putrinya yang masih menutup matanya dengan sangat rapat.

"Ray juga kurang tahu tan, tiba tiba Alliya menghilang dan saat ditemukan Alliya tidak sadar dan dia juga mendapatkan luka dibetisnya." Jawab Ray yang sedikit canggung.

Ray sebenarnya tidak dekat dengan keluarga Alliya, hanya saja tadi Ray yang memegang ponsel Alliya yang awalnya ingin Ray balikin. Awalnya Ray ragu untuk mengotak atik kontak diponsel Alliya, tapi Ray harus menelpon orangtua Alliya karna rumah sakit menyuruh Ray untuk menelpon orangtua Alliya dan jadinya seperti ini. Anggi datang dan langsung shock melihat kondisi putrinya.

"Ah_kenapa malah seperti ini. Sayang ayo bangun. Ini mama sayang." Ucap Anggi pelan dan berharap sang anak mendengar suaranya.

"Lebih baik kamu pulang. Tante yang akan menjaganya disini." Ucap Anggi dan dianggukan Ray. Lagian Ray tidak ada pilihan karna tidak mungkin ia tetap ngotot untuk tetap menjaga Alliya.

"Baiklah tante kalau begitu saja permisi dan ini ponsel Alliya." Ucap Ray sambil memberikan ponsel Alliya yang langsung diambil oleh Anggi.

"Terimakasih, kalau begitu hati hati dan terimakasih telah mengantar Alliya kerumah sakit."

TIMELESS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang