19 "TIMELESS"

53.8K 2.1K 11
                                    

S E N I N 0 5 / 1 1 / 2 0 1 8

~ ~ T I M E L E S S ~ ~

"INI." Ucap Ray sambil memberikan botol mineral kearah Alliya sebelum ikut duduk disamping Alliya.

"Makasih." Ucap Alliya sebelum mengambil botol mineral yang masih tersegel tersebut dari tangan Ray.

Alliya menggegam erat botol minum yang Ray berikan, tidak ada rasa tertarik untuk meminum air mineral yang Ray berikan karna pikirannya yang penuh dengan banyak pikiran.

"Al?"

"Hem."

Alliya menatap Ray yang dari awal menatap Alliya namun Alliya tidak menyadarinya.

"Ada apa Ray? Apa ada masalah atau udah masuk? Tapi kenapa aku gak dengar bel. Kala_"

"Ada apa dengan kamu? Kamu semakin jauh Al." Ucapan Ray membuat Alliya diam dengan mengahlihkan tatapannya kearah lain pada ahkirnya.

"Gak papa. Aku baik baik saja." Jawab Alliya pelan sebelum melihat kearah sepatu hitam yang ia gunakan.

"Aku gak akan maksa kamu Al, itu semua adalah keputusan kamu. Tapi jika semuanya sudah terlalu berat, jika kamu lelah menanggungnya sendiri maka aku akan ada untuk kamu Al." Ucap Ray dengan tulus dan Alliya bisa merasakan ketulusan yang Ray ucapkan.

"_"

"Terkadang seseorang harus sedikit memaksakan dirinya untuk menarik bibirnya agar dia tidak terlihat menyedihkan Al, tapi seseorang memiliki batasnya dan kita semua pada ahkirnya harus mengalami hal itu. Kamu tidak bisa selalu menantikan sesuatu yang tidak pasti kapan datang. Kamu harus terus berjalan, aku tahu hal itu berat namun apa salahnya kamu menahan rasa berat itu untuk saat ini? Jika pada ahkirnya kamu akan tersenyum."

Ucapan Ray sedikit berhasil menyentil hati Alliya. Bukan perasaan suka atau perasaan kagum, tapi Alliya merasakan perasaan pada dirinya sendiri.

Alliya mengatakan pada Aryo dengan yakin kalau ini langkah pertamanya dan dia akan menghadapinya, namun semuanya ternyata salah. Alliya tidak bisa menghadapinya dengan mudah, matanya selalu mengingkari semuanya. Hatinya selalu berteriak kalau Alliya tidak mampu dan menyebabkan Alliya lagi dan lagi menangis dengan rasa sakit yang tidak bisa ia kendalikan.

"Aku pergi, aku rasa kamu bisa menenangkan diri kamu disini Al. Tapi kalau aku boleh kasih saran, jangan menangis lagi. Matamu sudah bengkak, orang lain akan mengira kalau kamu akan meninggal hari ini." Ucap Ray sebelum benar benar meninggalkan Alliya sendiri.

Alliya tidak merada tersinggung karna ucapan Ray, justru Alliya juga merasa hal yang sama.

Alliya mengatur nafasnya sambil sesekali memukul pelan dadanya, lagi dan lagi rasa sesak itu masih ia rasakan.

Rasa rindu, rasa kecewa, rasa menyesal, rasa marah, rasa dendam. Rasa yang Alliya rasakan adalah rasa yang seharusnya tidak dialami anak berumur 17 tahun. Harusnya Alliya tersenyum dengan cerah dengan alasan yang simpel, harusnya ia menunjukan senyumannya bukan mata bengkak dengan ekspresi datar.

"Heh_" Alliya menghembuskan nafasnya sebelum bangun dari bangku yang ia duduki.

Alliya bangkit dengan langkah pelan dan ragu. Ia ingin pergi dari tempat sepi karna tempat seperti ini mampu membuatnya menangis lagi dan Alliya sudah lelah menangis.

"Al?"

"Siang pak." Ucap Alliya saat melihat siapa pria yang memanggilnya.

"Bagaimana dengan kamu? Apa semuanya baik baik saja?"

TIMELESS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang