R A B U 1 4 / 1 1 / 2 0 1 8
~ ~ T I M E L E S S ~ ~
"Al?" Panggillan Ayahnya Aryo membuat Alliya meletakan cangkir teh yang ada ditanganya diatas meja ruang keluarga sebelum menjawab panggilan Ayanya Aryo.
"Ia Om."
"Hem_ada yang harus om bicarakan sama kamu." Ucap Ayahnya Aryo dengan pelan namun tegas, Alliya dapat mendengarnya.
"Bicara saja Om, Om gak perlu izin sama Alliya hanya untuk bicara sama Alliya." Ucap Alliya dan sesekali melihat kearah Tantenya yang duduk disamping Omnya.
"Ini berkaitan dengan kasus Mama kamu. Tentang kecelakaan yang mama kamu alami." Ucap Ayahnya Aryo dan dianggukan oleh Alliya.
"Ah iya_Alliya baru saja mau bertanya tentang hal itu sama Om. Kemarin saat Alliya liburan ke Bandung, Om bilang sama Alliya kalau Om masih berusaha untuk kembali mengajukan kasus ini lagi dipengadilan setelah kemarin sempat ditundah. Lalu bagaimana sekarang Om? Apa kasus ini sudah bisa diatasi?" Tanya Alliya dengan suara lembut namun dengan tatapan fokus.
"Hem_Om menemukan sesuatu fakta lagi Al." Ucapan Sang Om membuat Alliya menatap dengan tatapan bertanya.
"Apa maksud Om? Fakta apa lagi?" Tanya Alliya.
"Om kemarin bilang sama kamu kalau penabrak mama kamu sempat mengalami krisis dan ternyata hal itu bohong Al."
"Maksud Om?" Tanya Alliya. Bukanya tidak mengerti, tapi Alliya hanya menyakinkan pendengarannya.
"Ternyata dia tidak pernah mengalami krisis ataupun kondisi koma, pihaknya hanya membohongi semua orang dan fakta lain yang Om dapat ternyata didalam mobil itu bukan hanya ada satu orang, tapi dua orang."
Kini Alliya sudah benar benar terdiam. Ia tidak percaya dengan apa yang omnya bicarakan. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa mereka dibohongi?
"Al?" Panggilan sang Tante membuat Alliya menatap sang Tante yang menatapnya dengan tatapan lembut.
"Kami juga mendapat informasi kalau semua bukti yang menunjukan kalau ini adalah kecelakaan juga sudah dimusnahkan oleh pihak mereka. Kami sudah berusaha untuk kembali mendapatkan buktinya, seperti rekaman cctv yang ada ditempat kejadian tapi semuanya musnah. Kami kehilangan semuanya Al, semua bukti yang kami dapat."
"Tapi Tan, bukannya kita punya rekamannya. Kita juga punya saksi mata, bahkan kita juga merekam apa yang saksi mata itu bicarakan. Kenapa bisa seperti ini? Apa_" Ucap Alliya dengan cepat, dengan ekspresi wajah yang menampakan kalau Alliya sedang marah. Bukan marah sama Om dan Tantenya tapi pada fakta yang diucapakan Om dan Tantenya.
"Kemarin ada penyusup yang masuk kedalam ruang kerja Om dirumah. Om sengaja menyimpan semuanya dirumah, karna Om pikir disana akan lebih aman dari pada Om simpan dikantor. Om tidak pernah berfikir kalau mereka akan melakukannya sampai sejauh ini." Alliya dapat mendengar suara Omnya yang sangat menyesal.
"Kalau begiti kita bisa bertemu saksi mata itu lagi. Kita harus bertanya kembali pada dia. Kita harus membuktikan pada pengadilan. Kita tida_"
"Dia sudah kabur Al." Jawaban sang Tante membuat Alliya terdiam dengan tatapan yang kosong.
"Om rasa pihak mereka memberikan uang pada dia atau mungkin mengancamnya dan membuatnya pergi begitu saja Al. Mereka melakukannya dengan rencana yang sudah dipersiapkan Al."
"Bagaimana bisa? Bagaimana bisa semua ini terjadi Om?" Tanya Alliya setelah melihat sang Om.
"Maaf Al_maaf kalau Om buat kamu kecewa."
KAMU SEDANG MEMBACA
TIMELESS (END)
ChickLit"Aku bukan perempuan yang memiliki hati sekeras batu atau hati yang sebaik cinderella. Aku hanya perempuan biasa yang bisa menangis hanya karna tergores pisau. Aku bukan perempuan yang akan tersenyum saat melihat kekasihnya sedang berduan dengan per...