R A B U 0 5 / 1 2 / 2 0 1 8
~ ~ T I M E L E S S ~ ~
"Apa lagi yang ingin kamu bicarakan?" Tanya Alliya dingin dengan pandangan datar kearah jendela kaca dikamarnya yang menampakan langit yang cerah membelakangi pria yang menatapnya dengan tatapan terluka.
"_"
"Kalau tidak ada yang ingin kamu bicarakan, bisakah kamu pergi sekarang? Aku memohon padamu!" Ucap Alliya. Bukan seperti permintaan namun ucapan Alliya adalah perintah.
"Beri aku sepuluh menit, setelah itu aku serahkan semuanya pada kamu." Ucap pria itu_Langit.
"Bicaralah." Ucap Alliya dengan nada yang masih dingin dengan posisi yang masih sama.
"Aku tidak akan membela diriku, karna aku tidak bisa membela diriku Al. Kamu sudah mengingat semuanya, jadi aku tidak akan bisa mengatakan apapun yang bertentangan dengan ingatan kamu." Ucap Langit.
"Jadi kalau aku tidak ingat kamu akan membohongiku? Heh_hebat sekali kamu! Apa sangat sulit untuk kamu mencari pembelaan? Aku akan dengan senang hati mendengar pembelaan kamu. Bicaralah!"
Langit menghembuskan nafasnya dengan pelan. Langit sadar untuk sekarang apapun yang akan ia ucapkan hanya akan terdengar sebagai pembelaan, namun ia tidak bisa berdiam diri lagi. Ia tidak ingin semakin dibenci oleh perempuan yang duduk membelakanginya saat ini.
"Al, kamu berhak memikirkan apapun tentang aku. Aku tidak akan marah ataupun membantah semua yang kamu pikirkan. Aku memang salah, aku sangat salah. Aku yang memilih diam saat itu, aku yang tidak memiliki keberanian karna keluargaku bukanlah orang yang sangat berada. Aku tidak akan menyalahkan kondisiku saat itu, karna itu adalah pilihanku. Melindungi keluargaku saat itu menjadi prioritasku." Ucap Langit.
"_"
"Kamu berhak membenciku karna itu juga adalah pilihan kamu Al, tapi percayalah_hingga sekarang rasa itu masih menghampiriku. Tiap aku membuka mataku, maka aku akan merasa bersalah padamu. Aku mendapatkan kasih sayang dari orangtuaku dan aku_aku seperti mencegahmu atau bahkan memotong kebahagiaanmu dengan sangat_"
"Kalau kamu tahu, harusnya kamu hidup lebih menderita!" Ucapan Alliya kini lebih dingin dari sebelumnya.
"_"
Alliya bangkit dari posisi duduknya, berdiri dan berjalan kearah jendela kaca. Tepat saat dihadapannya jendela, ia memutarkan badannya dan menyandarakan tubuh belakangnya dijendela kaca tersebut.
Alliya menatap datar Langit_pria yang tiba tiba datang saat dirinya belum siap untuk melihat pria itu lagi. Perasaannya masih campur aduk.
"Bukankah semua ini gak adil untukku? Perempuan itu, dia lari dari tanggungjawabnya. Dia, perempuan yang gila itu_dia An_" Alliya menggantungkan ucapannya diudara, dia terlalu malas untuk berbicara atau lebih tepatnya dia terlalu kesal untuk menyebut nama perempuan itu.
"Al aku minta maaf."
"Percuma. Sampai kamu matipun hal itu gak akan membuat semuanya membaik. Mama, aku, kami gak akan pernah kembali bersama. Aku gak akan pernah melihat mama lagi. Kamu tahu itu? Hal yang aku inginkan sekarang adalah mama, bukan kamu!"
"Al?" Langit memberanikan mendekat pada Alliya sedangkan Alliya hanya diam menatap Langit yang semakin mendekat hingga jarak mereka hanya tinggal beberapa langlah lagi.
"_"
"Maaf kalau kamu lelah mendengar kata maaf dari aku Al, tapi dari sejuta kata hanya kata itu yang pantas aku ucapkan. Aku salah sama kamu, aku nyakiti kamu bahkan sebelum kehadiran Anne. Aku minta maaf akan hal itu. Mungkin aku terdengar egois dimata kamu, tapi sungguh_aku ingin mendapatkan maaf dari kamu. Sampai kamu benar benar memaafkan aku, aku akan kembali dan mengucapkan kata maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
TIMELESS (END)
ChickLit"Aku bukan perempuan yang memiliki hati sekeras batu atau hati yang sebaik cinderella. Aku hanya perempuan biasa yang bisa menangis hanya karna tergores pisau. Aku bukan perempuan yang akan tersenyum saat melihat kekasihnya sedang berduan dengan per...