S E L A S A 2 0 / 1 1 / 2 0 1 8
~ ~ T I M E L E S S ~ ~
"Langit, mama dengar kamu berantam lagi?" Tanya perempuan berumur hampir melewati batas umur 50nya setelah meletakan beberapa cangkir didepan suaminya, begitu juga untuk anaknya.
"Siapa ma? Langit gak merasa berantam sama seseorang kok." Jawab Langit sebelum mengecap teh yang baru saja dibawa oleh sang mama.
"Langit sama siapa lagi. Yah tunangan kamulah." Ucap sang Mama dengan nada kesal, karna tingkah anaknya yang terkesan sangat cuek.
"Langit merasa gak berantam kok ma, kami hanya berbicara namun lepas kontrol. Perdebatan kecil seperti itu bukanya memang sering dialami siapapun bahkan mama sama papa juga kan?" Ucap Langit sebelum meletakan cangkir tersebut diatas meja yang ada dihadapannya.
"Lan_"
"Ma?" Panggilan itu berasal dari sang suami yang baru saja melipat koran yang ada ditangannya.
"_"
"Biarkan saja, lagian mereka yang menjalani hubungan tersebut. Setiap pasangan pasti akan berdebat, karna memiliki pendapat yang berbada. Biarkan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri, kita hanya perlu mengawasi saja." Ucap sang suami sambil mengambil cangkir teh yang ada dihadapannya.
"Tapi Pa, masa ia ada pasangan yang setiap saat berdebat hanya karna masalah sepeleh." Ucapnya yang tidak terima dengan pendapat sang suami.
"Lalu yang mama lakukan sama papa sekarang apa? Berdebatkan?" Tanya Langit sebelum berdiri dari tempat duduknya.
"Yah bedalah sayang. Mama sama Pa_"
"Apa yang beda Ma, sama saja. Kalian berdebat hanya masalah sepeleh, masalah yang seharusnya gak perlu diperbesar." Ucap Langit sebelum menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"_"
"Langit udah bilang ma, kalau mama mau Langit tetap melanjutkan hubungan ini maka biarkan Langit menjalaninya dengan cara Langit sendiri. Langit bisa mengatasinya dengan cara Langit Ma, mama gak perlu khawatir." Ucap Langit sebelum pergi meninggalkan mama dan papanya yang sama sama menatap kepergiannya.
"Papa sudah bilang Ma, kita melakukannya untuk kebaikan Langit. Supaya Langit bisa melupakan semuanya Ma dan melanjutkan kehidupannya tanpa ada masalah."
"Mama tahu Pa, Mama juga mengingikan hal yang sama. Mama melakukan ini juga demi Langit Pa, Papa juga tahu kalau mama menjodohkan Langit supaya Langit bisa melupakan kedua perempuan itu. Mama ingin Langit kembali seperri dulu." Ucap sang Istri dengan nada sedih serta raut wajah yang khawatir.
"Papa mendukung Mama menjodohkan Langit kalau karna itu, papa setuju Ma. Tapi apa Mama gak liat, selama ini Langit malah lebih tersiksa. Terikat dengan hubungan yang sama sekali tidak membawa dampak yang baik buat Langit Ma."
Sang Istri terdiam, ia juga tahu akan hal itu. Tapi apa salahnya jika seorang ibu melakukan apapun demi membuat sang anak melupakan masa lalunya yang menurutnya sangat buruk. Dia juga seorang ibu yang akan mengutamakan kebahagiaan anaknya, hanya saja caranya yang mungkin terlihat salah.
"Ma, serahkan semuanya pada Langit. Dia sudah dewasa, Langit tahu apa yang terbaik untuk dirinya sendiri."
Percakapan singkat tersebut dapat didengar oleh Langit yang benar benar belum masuk kedalam kamaranya. Langit menghembuskan nafasnya sebelum mempercepat langkahnya agar masuk kedalam kamarnya. Langit duduk diatas sofa yang ada dikamarnya setelah menutup pintu kamarnya dengan rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIMELESS (END)
ChickLit"Aku bukan perempuan yang memiliki hati sekeras batu atau hati yang sebaik cinderella. Aku hanya perempuan biasa yang bisa menangis hanya karna tergores pisau. Aku bukan perempuan yang akan tersenyum saat melihat kekasihnya sedang berduan dengan per...