39 "TIMELESS"

45.5K 1.4K 12
                                    

M I N G G U 0 2 / 1 2 / 2 0 1 8

~ ~ T I M E L E S S ~ ~

"Bagimana bisa Aryo? Bunda menyuruh kamu untuk menjaganya, bukan untuk melihat Alliya dirumah sakit dengan tangan yang diperban."

"Sayang sudahlah, jangan menyalahkan Aryo. Ini diluar kendalinya, Aryo juga tidak ingin semua ini terjadi."

"Bagaimana bisa Mas? Bagaimana aku tidak menyalahkan Aryo. Dia abangnya, Aryo lebih dewasa harusnya ia bisa menjaga Alliya. Bagaimana bisa Alliya melukai pergelangan tangannya? Ba_"

"Maaf Bun, Aryo salah. Harusnya Aryo gak biarkan Alliya sendiri. Maaf."

Sang Bunda dan Ayah baru saja menginjakkan kakinya di Jakarta dan langsung mendapat kabar kalau keponakannya ditemukan dikamarnya dengan tangan yang tergores tadi pagi.

Bagaimana ia tidak syok? Keponakannya_Alliya baru saja mencoba untuk mengahkiri hidupnya sendiri.

"Apa yang terjadi sama Alliya Aryo? Apa yang buat Alliya begini?" Tanya sang Ayah.

"_" Aryo memilih diam. Ia bingung bagimana ia menjelaskan semuanya pada orangtuanya.

"Sayang, bangun ada tante disini. Maaf kalau tante gak temani kamu, maaf kalau tante datang terlambat. Maaf_hiks,,"

Aryo serta sang Ayah hanya bisa diam melihat sang Bunda yang menangis. Seperti yang Aryo katakan, Alliya sangat berharga bagi mereka.

"Kenapa? Kenapa semuanya begini? Hikss,,"

"Sayang tenangkan diri kamu, jangan menangis. Sebentar lagi Alliya akan sadar_kamu gak inginkan Alliya sedih saat liat kamu nangis?"

"Hem_"

Bertepatan dengan jawaban sang Bunda, Aryo melihat mata Alliya yang bergerak dan benar saja mata itu terbuka secara perlahan.

"Al kamu udah sadar?" Tanya Aryo yang membuat sang Bunda dan Ayah langsung melihat kewajah Alliya.

"Sayang kamu udah sadar?" Tanya sang Bunda.

"Ayah akan panggil dokter dulu, Aryo ayo ikut Ayah." Ucap sang Ayah.

"Tapi Yah_"

"Ayo ikut Ayah." Ucap sang Ayah dan dengan berat hati Aryo meninggalkan Alliya dan sang Bunda.

Aryo tahu Ayahnya sengaja memberikan ruang pada dua wanita itu, karna pada nyatanya mereka hanya duduk didepan tanpa memanggil dokter.

"Birkan mereka berbicara berdua." Ucap sang Ayah dan dianggukan oleh Aryo.

Didalam kamar Alliya berusaha memberikan senyuman pada perempuan yang sedang menatapnya dengan mata yang mengeluarkan air mata.

"Alliya baik baik aja tan, jangan menangis. Alliya gak suka liat tante nangis." Ucap Alliya pelan.

"Bagaimana tante tidak menangis sayang. Bagaimana bisa kamu berfikir hal yang seperti itu? Bagaimana bi_"

"Aku mengingat semuanya tan."

Sang tante membuka matanya dengan lebar, bahkan tangan yang mengelus kepala Alliya kini sudah berada diudara bukan lagi diatas kepala Alliya.

"Sayang?"

"Bagimana bisa Alliya melupakan semuanya tan? Bagimana bisa Alliya hidup dengan melupakan semuanya?" Alliya menahan tangisannya. Ia menutup matanya dengan rapat dan tanpa sadar air matanya jatuh.

"Sayang, jangan menyalahkan diri kamu. Kamu gak salah, hanya keadaan kamu saja yang tidak tepat. Jangan seperti ini sayang." Ucap sang tante dengan khawatir sebelum menghapus jejak air mata yang ada dipipi Alliya.

TIMELESS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang