Gue membawa Jihoon ke rumah gue, biar sama kak Woojin aja ditanyain. Masa iya gue yang ngobatin. Yakali!
"Kakakk!"
Gue udah teriak belasan kali tapi masih aja gak ada sahutan, kurang gede apa coba suara gue? Pertama, gue mendudukkan Jihoon yang masih kesakitan di sofa ruang tengah terus mulai manggil-manggil kak Woojin lagi.
"Kak-"
"Berisik! Gangu orang tidur aja lo anjir. Kenapa sih!?"
"Itu.. 'Anu'nya Jihoon. Gue tendang ehehehe"
Kak Woojin yang awalnya masih merem melek sambil garuk-garuk leher langsung melebarkan matanya terus buru-buru turun menghampiri kita.
Awalnya gue diomelin panjang lebar dulu terus gue ceritain aja semuanya, sampai kak Woojin lupa mau bantuin Jihoon.
Waktu kak Woojin membopong Jihoon ke kamar yang ada di lantai satu, Gue ganti baju dulu terus ke dapur. Oiya, kak Woojin hari ini gak masuk sekolah, dia agak demam tadi pagi, jadinya dia bolos. Ck, dia sakit bisa barengan sama Jihoon. Terus si (sa)Yoora(n) pulang pergi ke sekolah naik gojek.
Sampai di dapur ternyata udah ada opor ayam, lumayan masih hangat. Ini tadi mamah berangkat kerja jam berapa? Atau jangan-jangan si buluk yang masak. Ck, yakali bisul! Masak air aja gosong apa lagi opor, alamat kebakaran rumah gue.
Gua makan dulu kan, nah waktu makan itu juga, gue langsung teringat kalau hubungan gue sama Jihoon belakangan gak ada baik-baik sama sekali. Dan juga tugas bahasa Indonesia yang minta dibuang ke kali.
Selesai cuci piring, gue lihat si Jihoon udah keluar kamar dan menghampiri gue di dapur. Dia duduk dimeja makan dan menatap gue datar. Jadi merinding, sumpah.
"Na..."
Gue menengok dan duduk persis di depan dia.
"Gue cuma mau ngasih tau sesuatu sama lo" ujarnya dengan wajah yang masih datar.
"Buruan"
Dia menghela nafas sebentar dan menatap mata gue ke dalam, tidak biasanya si Jihoon se-serius ini.
"Sehari sebelum gue kecelakaan, gue sempat ketemuan sama Mina dibelakang sekolah. Gue memaksa dia buat jujur kenapa dia jatuhin lo dari atap"
Ini gue sok serius banget mendengarkan. Padahal gue udah dugeun-dugeun heart herat.
"Dia bilang. Dia disuruh sama Sherlyn. Dia masih berhubungan sama dia sampai sekarang. Dan kemarin waktu gue berdua sama dia di kantin. Si Mina bilang menyesal dan minta maaf ke-gue"
Lah goblok? Gue korban tapi Jihoon yang dapat permintaan maaf. Heran.
"Terus?"
"Sebelum gue tak sadarkan diri setelah kecelakaan, gue bisa mendengar suara lo yang bilang, lo juga sayang dan cinta sama gue. Dan gue langsung ingat, gue menolak Sherlyn dengan lo sebagai alasan gue"
Gue speechless dan setengah menunduk, tapi masih bisa menatap mata Jihoon dan gak tau kenapa air mata gue menetes gitu aja, masih teringat pertama kalinya si Sherlyn membentak gue dihadapan teman-teman gue di sekolah.
Sadar kalau gue mulai terisak, Jihoon pindah di samping gue dan menarik kursi lebih dekat ke gue. Gue semakin tak terkendali waktu Jihoon meluk gue dari samping sambil mengusap bahu dan lengan gue bergantian.
"Gue tau, selama ini hidup lo berat. Dan penyebabnya itu gue. Maafin gue na. Gue biang masalah buat lo. Maaf"
Gue memutar badan untuk meluk dia, kali ini gue menangis dalam rengkuhan hangat Jihoon, gue gak tau apa lagi yang harus gue bicarakan, pelukan Jihoon terasa sangat menenangkan.