🏷️ Europe?

607 110 53
                                    

"Dokter Hwina. Apakah selama saya pergi anda baik-baik saja?" Tanya dokter Doyoung yang entah kenapa habis balik dari Singapura, kegantengannya bertambah 15% yha itulah opini gue.


"Aman dok, tapi saya minta maaf soal yang pertemuan penting dengan para dokter itu" kata gue menyesal dan masih kebayang kejadian dimana si Samuel meninggal. Emang bajingan si Daniel.

"Oke, sesuai janji saya. Anda akan naik jabatan"

"Haha, tidak udah terburu-buru dok. Anda mungkin masih lelah sehabis di Singapura, saya tau disana itu seru banget"

"Yha, percaya deh yang pernah tinggal disana bertahun-tahun haha"

"Ehehe, ada baiknya dokter Doyoung pulang ke rumah dan beristirahat, nambah satu hari sesuai perjanjian gapapa kok. Biar dokter ga kecapean"

"Hmm.. bolehkah?"

"Boleh kok, hari ini cuma ada janji sama dua pasien. Nikmati waktu istirahat anda"

"Oke. Saya percayakan pada Bu dokter. Saya pamit ya"

"Iya, silahkan"

Setelah nganterin dokter Doyoung keluar gue balik lagi ke-kantor buat beresin barang-barang. Hmm, ga kerasa dua bulan berlalu se-cepet ini. Dan juga....

Udah satu tahun lebih Jihoon ga bangun-bangun.

Jadi keinget waktu masih kuliah.
Gue tuh sering banget nyuruh Jihoon buat tidur biar besoknya ga kecapekan, tapi sekarang giliran gue suruh dia bangun malah ga mau.

Heran deh.

Gue kangen banget sama dia.

"Hwinaaa... I'm coming!!!"

"Brisik babi! Lu kira ini hutan, se-enak jidat maen tereak-tereak lu!"

"Ehe, ya maap. Gue mampir cuma sebentar kok, mau ngasih elo ini nih"

Itu Daehwi, entah angin macam apa yang buat dia kesini bawain gue j.coo plus sbucx. Tumben banget kan, mana kesukaan gue semua.

"Waww, kok lo tau gue lagi ngidam donat?"

"Perasaanku tidak pernah salah, sayang"

"Yeuu najis, gue bilangin Nako nih"

"Yeuu, canda juga.. gue balik yhak"

"Udah itu aja?"

"Lha iya, mau apa lagi? Mau gue lamar?"

"Minta banget dicabein mulut lu"

"Hehehe, gak lah aku mau jemput yang beb Nako dulu"

"Bucin"

"Byarin wlee"

"Ya udah Sono"

"Iye"

Jadi siapa Nako?

Nako tuh pacar barunya si Daehwi, dia sama Somi udah putus lama, baru sebulan ini dia punya gandengan baru. Anjir lah, gue gemes tau ga sama pacarnya dia. Bisa gitu ya ada cewek yang bener-bener imutnya alami, engak dibuat-buat. Gue aja sampai pengen nguyel pipinya waktu pertama kali dikenalin ke-gue.

Sebenarnya tuh, kemaren gue udah beresin barang-barang nah hari ini tinggal ngebawa balik ke kantor gue yang semula.

"Permisi, dokter Hwina"

"Eh? Kak Yiren? Ada apa kak?"

"Anda di cari dokter Donghan"

"Oh, iya. Terimakasih"

Begitu denger nama dokter Donghan, pasti ini soal Jihoon. Gue langsung lari ke kantornya dan yha, ini memang soal Jihoon, karna mamahnya juga disini.

"Mah.."

"Hwina, sini duduk, sayang"

Tanpa basa-basi, setelah gue duduk dokter Donghan langsung ke-point utama.

Jihoon yang ga ada perubahan setelah satu tahun lebih disarankan untuk dipindahkan ke luar negeri. Katanya ada satu rumah sakit di Eropa tepatnya di Jerman katanya bagus untuk Jihoon, ga sedikit pasien yang kecelakaan berat sembuhnya disana. Itu semua udah jadi berita dimana-mana. Tapi, terlalu berat kalau gue harus kepisah jarak sejauh itu sama Jihoon.

Ngebayanginnya aja ga mungkin banget gue bisa bertahan tanpa ngelihat dia.

"Na, kamu setuju Jihoon dipindahin ke Jerman?"

"Ka-kalau itu ke-keputusan mamah, silahkan. Hwina pengen yang terbaik buat Jihoon"

Usapan lembut dari tangan mamahnya Jihoon menyapa belakang kepala gue, beliau melempar senyuman yang entah apa gue ga bisa ngartiin yang jelas, gue sedih, Jihoon bakal ke Jerman.

"Kapan Jihoon berangkat, dok?"

"Besok atau ga lusa"

"Saya mohon, yang terbaik buat Jihoon, dok"

"Tenang saja, cepat atau lambat semua akan membaik"

Gue hanya menganguk dan menunduk, setelah keluar dari ruangannya dokter Donghan, gue langsung ke kamar Jihoon dengan diikuti mamah.

Di ambang pintu aja gue udah ngerasa nyesek, lusa gue udah ga bisa lihat dia lagi disini. Mulai lusa, ga ada alasan buat gue tidur disini. Mulai lusa juga, gue ga alasan buat menjenguk Jihoon setiap masuk jam istirahat.

Gue duduk disampingnya dan meraih tangan yang entah kenapa ga pernah bosen gue genggam setiap harinya. Gue ga pernah bosen msngusap surainya. Gue juga ga pernah bosen mencium singkat pipi ataupun keningnya setiap hari.

"Kamu bisa video call mamah tiap hari kok, sayang"

"Akh, iya mah. Disana mamah bakal sendirian dong?"

"Engak kok, mamah ngajak tantenya dia"

"Oh, Hwina bakal kesana sebisa mungkin kok"

"Ga usah dipaksain, mamah denger kamu bakal naik jabatan, Pasti kamu lebih sibuk dari sebelumnya"

"Eh, iya.. tapi tetep Hwina usahain kok, mah"

"Iya, mamah tau. Kamu dari kecil emang ga pernah mau lepas dari Jiji. Iya kan? Nana?"

"Ih, mamahh, malu kan akunya"

"Haha, yaudah, kamu balik kerja sana. Mamah tau kamu sibuk banget"

"Iya mah, Hwina pamit ya"

"Hem'emh iya"

park jihoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang