🏷️ Perpetrator

637 112 173
                                    

Satu Minggu berlalu.

Pelaku sebenarnya belum ketemu, semua petunjuk masih acak-acakan. Awalnya gue dicurigai sebagai pelaku.

Ini yang ngasih tuduhan tak beralasan gak ngotak banget, asli. Untung alasan gue cocok dan emang gue ga bohong sama sekali soal itu.

CCTV yang ada di koridor lantai lima masih berfungsi tapi waktu dilihat emang ada satu orang dengan daily clothing, pake topi dan masker masuk kamar Jihoon.

Soal orang tua Samuel, mereka ga marah dan ga nyalahin siapa-siapa, mereka hanya tidak menyangka secepat itu mereka kehilangan anak satu-satunya di keluarga kecil itu. Gue sempat pengen nangis karena gatau kenapa gue bisa merasakan kesedihannya mereka.

"Na. Makan dulu sana" suruh kak Woojin yang baru aja membuka pintu ruangan Jihoon.

"Udah mau abis jam istirahatnya. Si Yoora kemana?"

"Ada dibawah lagi jenguk si Guanlin"

By the way, iya. Guanlin masuk rumah sakit gegara tipes dia capek plus stress karena skripsinya disuruh ngulang terus-terusan. Maklum lah penyakit anak kuliahan pasti seputar itu.

"Oh. Gue balik kerja dulu ya, nitip si gembul"

"Na.. gue mau ngomong sama lo, serius"

"Soal?"

"Jihoon di London punya musuh ga sih?"

Deg.

Gue baru inget.

Johnson!

"Kak..."

"Kenapa? Kok komuk lu gitu amet?"

"Gue inget!"

"Apa'an!?"

Gue langsung membuka laci disebelah kanan ranjang dan mengambil buku jurnal serta handphone kepunyaan Jihoon yang sengaja gue taruh disitu.

"Kak Woojin, inget ga waktu itu pas malem-malem gue nangis nelfon elo gegara Jihoon habis digebukin sama temen kampusnya?"

"Iya, udah dua tahun yang lalu"

Gue membuka handphone Jihoon.
Sesaat gue terenyuh karena sandi gawai dia memakai tanggal lahir gue. Oke. Skip!

Gue membuka galeri, di sana ada screenshot percakapan antara Jihoon dan Jhonson yang juga Jihoon kirimkan ke gue waktu itu.

"Kak, nih chat history nya masih ada. Dan ini..."

Gue balik sibuk bukain jurnalnya Jihoon dan begitu dapet gue kasih tunjuk ke kak Woojin.

Coretan pake pena merah yang isinya ancaman buat Jihoon, menurut cerita dari Jihoon, si Jhonson ini emang ga suka sama eksistensi Jihoon. Dia merasa tersaingi karena nilai dan bidang non akademik yang lainnya.

Pernah suatu hari mereka tanding basket, dan Jihoon berhasil memang, malem harinya Jihoon dipukulin habis-habisan di belakang kampus, waktu gue vc dia nolak terus pas udah di angkat gue beneran marah, kaget dan sedih. Ya bayangin aja gue nelfon malem-malem di kasih lihat wajah banyak lebam dan berdarah. Siapa yang ga nangis coba ngelihat tunangannya babak belur kayak gitu.

Balik ke alur..

"Dia itu siapa? Kenapa? Apa hubungannya?"

"Jhonson. Dia beda fakultas sama Jihoon, kakak tingkatnya dia! Sebelum Jihoon dateng dia tuh kayak most wanted di kampus, tapi setengah tahun setelahnya Jihoon yang jadi kayak gitu"

"Gewlaaa... Ga di indo ga di London, masa dia jadi most wanted mulu, yang ganteng mah beda ya... Tapi gue ga kalah ganteng juga, tapi kenapa ga pernah jadi most wanted ya...?"

park jihoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang