"Apa gunanya kau mengucapkan kata menyesal, sedangkan semuanya kau sudah lakukan."
___Papa?! Om?!
Semuanya terbelanga saat melihat kedatangan seorang pria paruh baya memakai jas berwarna hitam dan celana bahan berwarna hitam. Sambil mendorong koper berwarna abu. Pria itu tidak berkutik dan terus memandang kearah Syamira dan Kamila yang mematung dengan air mata yang tidak bisa ditahan lagi.
Prakkk...
Pria itu menjatuhkan kopernya, dan raut wajahnya menunjukkan dirinya yang sedang frustasi. Tidak ada kata yang keluar dari bibirnya. Semuanya hanya terdiam dan saling memandang. Hanya suara isakkan yang terdengar. "Pah... Jelasin semuanya. JELASIN!!!" Bentak syamira yang sudah tidak bisa lagi mengontrol emosinya.
"Sya-syamira, ini-ini itu, papa, papa gak." ucap gibran terbata bata.
Syamira menarik napas panjang. "JELASINNN!" nada suaranya mulai meninggi. "Jelasin pah, kenapa papa gak pernah ngabarin mira lagi, kenapa papa gak perduli lagi sama mama, kenapa papa gak pernah pulang, jelasin pah!"
"I-iya, papa akan jelasin, selama papa dijakarta papa sudah menikah lagi, tanpa sepengetahuan kamu dan mama, niat papa hanya ingin membantu mama kamila, saat papa sedang pulang kerja. Papa melihat seorang wanita tengah menangis, papa kasihan melihatnya, dan berniat bertanya kepadanya, dan setelah percakapan yang panjang papa iba terhadap ceritanya dan-"
Kamila pun memotong pembicaraan gibran. "Apa?! Iba?! Ciks! Semua yang di ucapin sama orang ini semuanya bohong! Dia nikahin mama gw bukan karena iba, tapi karena harta, lo tau papa lo tuh dijakarta penganguran mir, dan lo tau kenapa nih orang gak pernah kasih mama sama lo itu uang? Ya gimana mau ngirim uang untuk makan aja mama gw yang kasih!"
"Eng-enggak gak gitu, mira kamu percaya kan sama papa?"
Syamira hanya terdiam menahan rasa sesak didadanya. Rasanya sangat sakit, air matanya terus meluncur membasahi pipinya. Ditambah rasa sakit yang ditimbulkan dari daerah perut yang terdapat ginjal. Rasanya aku hidup dalam keadaan mati. "Kenapa papa tega banget! Apa salah aku sama mama, pah! Apa salah aku sama mama sampe papa tega ninggalin aku sama mama, didalam keterpurukan kayak gini pah, hidup dengan keadaan pas pas'an, mama yang kerja ditoko sampai larut malam, sedangkan papa? Hidup tanpa memikirkan hari esok!"
"Mira maafin papa mir, papa minta maaf udah gak perduli lagi sama kamu, papa benar benar menyesal atas apa yang papa lakukan, papa gak mau kehilangan kamu sama mama, kamu mau kan maafin papa?"
"Minta maaf itu gampang pa, tapi memaafkan semua kesalahan yang papa buat itu gak gampang, dan apa papa bilang? Menyesal? Papa menyesal setelah melakukan semuanya? Iya? Ciks! Menyesal setelah melakukan semua ini gak ada artinya! Aku udah terlanjur benci sama papa!"
"Mira papa mohon maafin papa dan rahasiakan ini sama mama ya."
.
.
."Rahasiakan apa?"
Semuanya terkejut setelah mendengar ucapan itu. Sontak mereka berbalik arah dan melihat sumber suara, dan terlihat bella yang sedang berdiri dengan mengenakan kemeja putih dan membawa tas yang dikaitkan dipundak kanannya.
Terlihat bella yang sedang kebingungan. "Papa? K-kamu, kamu akhirnya pulang, kok gak bilang bilang? Syamira, mata kamu kenapa bengkak? Kamu abis nangis? Nathan, windy, keylia, hm, ini siapa? Ada apa sih ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M not FINE [END]
Teen Fiction"Apakah kamu pernah mengetahui saat bibirku berkata 'aku baik baik saja' tapi didalam hatiku berkata 'aku sangat kecewa' itulah yang sebenarnya aku rasakan. Cinta bisa diawali dari petasaan sayang terhadap sahabat begitulah yang dirasakan Syamira ya...