Kecelakaan

1.8K 66 0
                                    


"Apakah sesulit ini perjuangan untuk mendapatkanmu?"

I'M NOT FINE

Hari ini syamira sedang duduk di kursi yang terdapat didepan rumahnya. Syamira sedang termenung, bergelut dengan pikirannya yang sangat kacau. Tidak lama kemudian, ada yang menepuk pundak syamira dari belakang. Syamira kaget dan langsung menengok ke belakang. Ternyata itu adalah neneknya, syamira hanya memberi senyum tipis kepada neneknya. Sebenarnya itu adalah nenek dari ayahnya syamira, atau gibran. Sebenarnya dia hanya membenci gibran, tapi tidak tau kenapa syamira selalu merasa kesal jika ada orang yang mempunyai hubungan dengan ayahnya.

Yeni, itulah nama neneknya syamira. Yeni pun duduk di bangku sebelah cucunya itu. Yeni tau memang ini berat bagi syamira, tapi bagaimana juga gibran tetaplah ayah syamira. Hanya kesalahan gibran lah yang memperburuk keadaan. Yeni mengusap sebagian rambut syamira, Dan berkata. "Cucu, omah sudah besar ya."

Syamira hanya terdiam, syamira tidak sama sekali melihat wajah yeni. Yeni membuang nafas beratnya. "Bagaimana buruknya kesalahan ayahmu, dia tetaplah ayahmu, omah mohon jangan pernah membencinya."

Akhirnya syamira menatap mata yeni yang mulai berkaca kaca. Syamira sangat bersalah telah bersikap dingin dengan neneknya itu. Tapi syamira bersikap seperti ini ada alasannya. Dia sangat kecewa kenapa neneknya baru datang saat semua telah terjadi. Dimana masa masa perjuangan bella, ibu syamira untuk bersusah payah mencari uang, untuk biaya sekolah syamira. Sedangkan orang tua dari bella telah meninggal, jadi hanya yeni lah nenek syamira yang dia punya. Seperti lenyap ditelan bumi, semua orang hilang ketika seseorang tengah membutuhkan bantuan.

Dari jauh. Terdengar samar suara motor, yang mengarah kerumah syamira. Terlihat seseorang mengendarai motor ninja warna hitam dengan hilm berwarna hitam yang terdapat stiker dora the expoler. Pria itu membuka perlahan helmnya, wajahnya terlihat. Sambil mengibaskan rambut yang ala ala rio dewanto. Alvaro, syamira terhentak dari duduknya. Seniat itukah dia ingin mengantar syamira ke nathan? Alvaro turun dari motornya. Dan mendekat memberi salam dan mencium ujung permukaan tangan yeni.

Yeni menyikut tangan syamira. "Cucu omah benar benar sudah besar." bernada seperti mengejek.

"Hanya teman. Ini alvaro, varo ini omah gue."

"Hallo, omah."

"Gantengnya, pasti syamira punya banyak saingan nih buat dapetin rio dewanto." yeni terus mengejek syamira yang sudah mulai malu terhadap sikap neneknya.

"Alvaro omah."

"Tapi mirip rio dewanto."

"Omah bisa aja." pipi alvaro mulai panas karena malu terlalu banyak dipuji. "Omah. Alvaro izin bawa cucunya untuk jalan jalan ya?"

"Ah, boleh. Tapi jangan terlalu malam pulangnya."

Alvaro mengangkat tangannya dan mempelkannya di alis seperti hormat. "Siap omah."

Alvaro bergegas memutar balikan arah motornya dan memberikan helm berwarna pink milik adiknya yang memang sudah di siapkannya, dan diberi kepada syamira. Syamira sedikit sulit naik keatas motor yang cukup bebas dan tinggi itu. Alvaro yang menyadarinya. Mengulurkan tangannya. "Pegang tangan gue." syamira ragu tapi kalau tidak akan memakan waktu, jadi dia memutuskan untuk memegang tangan alvaro, dan syamira berhasil naik. Kecanggungan mulai terjadi, akhirnya alvaro melajukan kendaraannya. Ditengah perjalanan akhirnya alvaro membuka pembicaraan walaupun ujungnya akan saling diam lagi. Kemudian secara tiba tiba, alvaro menepikan kendaraannya disebuah trotoar. Alvaro mengeluarkan ponsel yang terdapat di jaket bomber yang dia kenakan.

"Benar gak ya jalannya?"

"Kenapa?"

"Nggak gue lupa jalan."

Sulit mencari alamat di kota ramai rumah seperti di jakarta ini. Tidak lama, ponsel syamira berdering. Ternyata ada pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal. Gak perlu lu sampe ke sini untuk bisa dapetin hati dia. Lu gak bakalan bisa. Mending lo balik, sebelum terjadi apa apa nantinya. Syamira sedikit terkejut, apa ada orang yang mengikutinya? Tapi siapa dia? Syamira memastikan melihat ke arah kanan dan kirinya. Yang hanya terlihat barisa pohon dan mobil juga motor yang tengah berlalu lalang. Syamira baru tersadar dari lamunannya karena alvaro yang melambaikan tangan tepat di wajahnya. "Lo gak kenapa napa mir?" tanya alvaro hanya dibalas dengan gelengan kepala syamira.

Setelah melihat google maps, alvaro pun melajukan motornya kembali. Tepat di pertigaan ada beberapa mobil dari arah lain yang melaju dengan kecepatan stabil. Terlihat dari kejauhan ada mobil berwarna silver yang awalnya melaju dengan stabil. Tapi lama lama mobil it mulai menaikkan kecepatannya dan sudah melanggar jalurnya. Mobil itu tertuju pada motor yang di kendarai alvaro. Sialnya alvaro tidak bisa berkutik, karena jika dia belok ke kanan percuma karena ada trotoar, jika dia belok ke kiri ada lebih banyak mobil yang siap menerpanya.

Mobil itu semakin melaju dengan kencang kearah mereka. Kecelakaan tidak dapat dihindari lagi, syamira terpental ke arah kiri dan hampir tertabrak oleh motor yang laju. Kepala syamira yang dilindungi helm bersentuhan dengan ban motor dengan keadaan syamira yang sudah tak sadarkan diri. Sedangkan kaki alvaro tertimpa sepeda motor, kepalanya dilindungi helm berada dibawa kolong mobil yang menabraknya. Setelah menabrak, mobil itu mundur kebelakang, dan mulai memajukan menghindari dari tubuh alvaro, melaju dengan kecepatan tinggi. Orang orang mulai berdatangan menolong mereka. Alvaro masih setengah sadar. "Tolong. Selamatkan dia." menunjuk kearah syamira yang tengah terkapar tak berdaya. Karena terhempas jauh dari tempat alvaro. Helm berwarna pink yang kacanya sudah retak.

Kringgg... Kringg....

*****

Terlihat tubuh lemas syamira dengan beberapa alat yang menghiasi tubuhnya. Cairan impusan yang persekian detik mengalir ditangan gadis itu. Beberapa luka yang telah terbalut kapas dan kasa. Mata yang masih tertutup rapat. Alat pendeteksi jantung menjadi musik yang menghiasi ruangan itu. Terlihat wanita paruh baya, tengah cemas di ruang tunggu. Dokter keluar dari ruangan itu, wanita itu sontak menghampiri dokter tersebut untuk menanyakan keadaan pasien. "Bagaimana dok? Keadaan cucu saya dok?"

"Luka cukup parah, bukan hanya luka luar tapi dalam juga. Apakah sebelumnya pasien pernah melakukan mendonorkan ginjal?"

"Pe--pernah dok."

"Jadi begini, keadaan cucu ibu. Dalam keadaan bahaya, karena ginjal yang hanya ada satu itu sangat membahayakan nyawa cucu ibu. Terlebih karena kecelakaan keadaan ginjal tidak baik. Kita harus mencari orang  yang cocok dengan ginjal anak ibu dan mau mendonorkan ginjalnya. Kalau tidak ini berkaitan dengan nyawa cucu ibu."

"Saya bersedia..."

****

Satu part terakhir lagi guys kita akan berpisah. Aku bakalan ada project baru jadi terus ikuti cerita ini ya. Jangan lupa vote and comment sesuka hati kalian:)

I'M not FINE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang