"Hati gw udah terkunci, susah dibukanya lagi, dan jangan harap bakalan bisa terbuka oleh masa lalu."Sepulang sekolah, Syamira tidak langsung pulang kerumah, melainkan pergi ke toko kue mama nya. Karena papa Syamira yang tiga bulan terakhir ini, tidak pernah datang dan mengirim uang bulanan untuk mama nya lagi. Bella memutuskan untuk membuka toko kue untuk memenuhi kebutuhan dia dan juga anaknya.
Setelah sampai, Syamira terdiam didepan pintu toko kue, memandang seorang wanita, yang sedang kerepotan membuat adonan kue. Terlihat wajah lesu dan keringat yang meluncur di wajah yang sudah mulai timbul kerutan.
Sedih. yaa, itu yang dirasa kan Syamira saat melihat mama nya yang telah bekerja keras untuk nya. Syamira sering berpikir, apa yang dikerjakan papa nya sampai dia lupa menafkahi anak dan istrinya. Sebelum Gibran kerja di Jakarta, Gibran lah panutan Syamira, orang yang selama ini dia idola kan. Tapi kenapa citra idola itu luntur setelah beberapa tahun ini.
"Ehh, anak mama udah pulang, masuk jangan di depan pintu entar pelanggan nya kehalangan badan kamu." Seru Bella.
"I-iya mah, mah sini aku bantuin, mama istirahat aja."
"Gak usah kamu kan cape abis pulang sekolah, ehh iya tadi gimana pemilihan ketua osis nya?"
"Ekhm." Syamira memberi kode dengan lirikan matanya yang mengarah ke pin bertulis kan ketua osis SMA Dirgantara.
"Hah? Aduhh anak mama, mama bangga sama kamu, kalo kayak gitu mama buatin kue spesial buat kamu ya."
"Hmm, gak usah mah biar Syamira aja, yang bantu mama bikin kue, mama duduk manis aja disini semuanya akan beres."
"Hmm... Baiknya anak mama, yaudah tapi sebentar aja ya, nanti kecapean lagi kamu."
"Iya mah."
Syamira berjalan kearah dapur lalu menaruh tas nya di meja dan langsung bersiap menggunakan clemek agar bajunya tidak kotor dan terlebih dahulu mencuci tangan nya. Syamira memang pandai membuat kue, karena mama nya sering mengajari nya. Setelah beberapa loyang kue jadi lalu Syamira memasukannya kedalam pemanggang sampai matang.
Setelah kue nya jadi Syamira keluar dari dapur dan melihat mama nya yang tertidur di salah satu bangku untuk pembeli. Dengan dihiasi serbuk terigu yang menempel di pipi Bella yang kini tertidur karena terlalu lelah. Syamira yang melihatnya hanya bisa terdiam dan masih setia berdiri tanpa gerakan apapun di depan pintu dapur. Sangat lah sakit hati Syamira melihat pemandangan ini, walaupun setiap kali dia datang, pasti dia akan melihat ini lagi dan lagi.
Bagi nya sekarang idola hanya satu yaitu adalah mama. Papa bukan lah panutan lagi bagi nya, melain kan orang yang sangat dia benci. Syamira tidak tega untuk membagunkan mama nya. Saat ini Syamira berjalan menuju mama nya yang masih tertidur. Dan tidak sengaja tangan Syamira terbentur etalase kue yang ada di sampingnya. Dan jeritannya membangunkan tidur Bella.
"Arghh... " jerit Syamira.
"Hmm... Ehh kamu kenapa?" mama nya yang masih setengah sadar langsung berjalan menuju tempat Syamira berdiri.
"Ehh mah, gapapa kok, mama jadi bangun deh, maaf ya mah."
"Gapapa lah, kamu mau pulang apa makan dulu disini?"
"Aku makan dirumah aja deh mah, sekalian mau ganti baju, kena adonan kue tadi hehee." ucap Syamira terkekeh.
"Yaudah hati-hati ya."
"Iya mah."
Syamira memutuskan untuk pulang kerumah karena sekarang keadaannya yang seperti orang habis mandi terigu. Syamira kini sedang menunggu angkot di halte dekat toko mama nya. Terlihat angkot berwarna hijau, sebenarnya angkot itu hanya berhenti di pertigaan komplek rumah Syamira dan jarak dari pertigan masih jauh untuk sampai kerumah Syamira, bagi nya tidak apalah karena dia lumayan cape juga tadi.
Angkot itu berhenti, Syamira pun masuk dan duduk di pojok dekat jendela belakang angkot. Terlihat didepannya seorang ibu ibu yang memakai kerudung hanya menutupi kepalanya sebagian dan memakai kacamata hitam, dan banyak lagi penumpang yang lainnya. Syamira hanya memperhatikan langit dari kaca belakang, langit yang mulai menggelap sepertinya akan turun hujan. Syamira merasa ada orang yang terus memperhatikannya, sepertinya ibu ibu berkaca mata itu. Tapi Syamira tidak mau berburuk sangka, mungkin saja dia melihat jalanan dari kaca belakang tempatnya duduk.
Setelah sampau dipertigaan Syamira turun dan membayar. Syamira bergegas pulang, karena akan turun hujan dan jarak rumahnya yang masih jauh. Syamira seharusnya tidak boleh kecapean, karena dia hanya mempunyai satu ginjal. Dengan napas yang terpenggal penggal dan rasa sakit yang dia tahan dibagian perut.
Beberapa menit Syamira berlari, seperti dikejar kejar oleh hujan. Setelah itu dia membuka pagar, dan duduk di teras sambil melepaskan sepatu nya. Saat dia mau membuka pintu dan masuk, tidak sengaja kaki nya tersandung sebuah kotak berwarna hitam yang berada didepan pintu. Mungkin itu paket untuk mama nya, Syamira mengambil kotak itu dan lanjut masuk naik kelantai atas kearah kamarnya.
Syamira meletakan kotak itu di atas meja belajarnya. Setelah itu Syamira bergegas untuk membersihkan tubuhnya. 20 menit berlalu, Syamira pun keluar dengan handuk yang terbelit di rambut basahnya. Syamira ingin mengambil sisir di atas meja belajarnya dan tidak sengaja tangannya menabrak kotak hitam. Isi dari kotak itu, sekarang berserakan di lantai kamarnya. Syamira, berlutut dan ingin merapikan isi dari kotak itu. Betapa terkejut nya Syamira atas isi kotak itu, tidak menyangka, terpukul, lemas, semua rasa itu bercampur aduk pada diri Syamira.
Apa yang dia lihat sekarang, itu membuatnya benar benar sakit, bagaimana tidak orang yang dia banggakan, selalu membuatnya tertawa, selalu melindunginya, bahkan dia sudah anggap sebagai idolanya yang paling terbaik untuknya. Hancur semua rasa bangga itu terhadap idolanya, setelah melihat foto foto yang terdapat pada kotak hitam yang dikiranya adalah paket biasa. Tidak kuat lagi menahan tangisan, akhirnya butiran air mata mulai meluncur deras dari bawah kelopak matanya.
"Papaaaaa... "
__________________________________
Tbc~
Hallo, dari part ini udah mulai masalah keluarga ya hehee...Happy reading...
Vote ama coment yaa...
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M not FINE [END]
Teen Fiction"Apakah kamu pernah mengetahui saat bibirku berkata 'aku baik baik saja' tapi didalam hatiku berkata 'aku sangat kecewa' itulah yang sebenarnya aku rasakan. Cinta bisa diawali dari petasaan sayang terhadap sahabat begitulah yang dirasakan Syamira ya...