0.20

4.5K 665 91
                                    

Daehwi mendesis kesal menekan-nekan ponsel touchscreen nya dengan kasar. Belum pernah ia sekesal ini pada kekasihnya. Samuel tak membalas pesannya, tak menjawab panggilannya. Bahkan Daehwi bersumpah akan memaki kekasihnya itu jika Samuel muncul nanti.

Dirinya cukup terkejut mendengar penuturan Guanlin mengenai Samuel yang berhasil kabur dari rumah dan sekarang sedang berusaha mencari visa agar ia bisa terbang ke Korea. Daehwi kira Guanlin hanya bercanda, namun setelah Guanlin mengatakan "gue gak pernah seserius ini" membuat Daehwi tau bahwa ucapan Guanlin tidaklah bohong.

Apa kekasihnya itu sudah gila ? Kabur dari rumah dan menemuinya ? Jika Daehwi berotak dangkal mungkin dia akan memekik kesenangan akan perjuangan kekasihnya itu, namun bagi Daehwi usaha Samuel adalah tindakan yang paling bodoh dan membahayakan. Bagaimana jika orang tua Samuel semakin membenci dirinya karena menyebabkan anaknya pergi dari rumah ? Terlebih lagi akan sangat berbahaya jika daddy nya mengetahui hubungan mereka.

"Jangan sampai David tau."

Langkah Daehwi terhenti, fokusnya pada ponsel teralihkan setelah mendengar sayup-sayup suara yang menyebut namanya. Tentu saja Daehwi hafal dengan suara yang sudah sering ia dengar selama bertahun-tahun itu.

Ia pun berniat untuk menguping dibalik tembok.

"Gue gak segila itu buat ngebocorin ini sama David. Tapi.. sial ! Kenapa situasinya semakin buruk ? Bukannya dokter bilang Justin udah ada perkembangan ?"

Tubuh Daehwi menegang mendengar nama Justin meluncur dari mulut Guanlin. Dugaannya benar, kedua sahabatnya--termasuk kekasihnya--pasti menyembunyikan tentang kondisi Justin darinya.

"Dari info yang gue dapet, Justin tiba-tiba kejang dan sempet kehilangan detak jantungnya selama beberapa detik. Untung masih bisa selamat walaupun sekarang dia harus koma untuk kedua kalinya."

Hati Daehwi semakin merasa tercubit. Orang yang sedang dibicarakan kedua temannya, orang yang katanya sedang kembali koma, orang yang juga teman dekat Daehwi, sedang berjuang antara hidup dan mati akibat ulahnya.

Jika saja Justin tidak menyelamatkan dan mengorbankan dirinya sendiri demi Daehwi, pasti yang terbaring di rumah sakit adalah Daehwi bukan Justin. Yang berjuang untuk tetap hidup adalah Daehwi bukan Justin.

Jika terjadi sesuatu pada Justin, Daehwi tak tau apakah ia masih pantas untuk tetap bertahan hidup atau tidak.

"Orang tua Justin gimana ?" Suara Guanlin.

"Grandma David bilang mereka udah maafin David."

"Syukurlah kalo gitu."

Jadi selama ini grandma nya yang memberikan informasi mengenai Justin pada Mark dan Guanlin ?

Daehwi merasa dirinya tidak tau apa-apa padahal penyebab utama Justin menjadi seperti itu adalah dirinya.

Rasanya ingin sekali Daehwi keluar dari persembunyiannya dan berteriak pada Mark dan juga Guanlin karena sudah menyembunyikan masalah besar ini darinya. Masalah yang bersumber darinya. Tapi dia malah seperti orang bodoh yang tak tau apa-apa.

Alih-alih mendekati kedua sahabatnya, Daehwi menjauhkan langkahnya dari tempat persembunyiannya. Merenung adalah satu-satunya pilihan Daehwi saat ini.

Haruskah ia kabur ke Amerika untuk melihat kondisi Justin ?

"Tuan muda ?"

"Oh, Jinyoung." Daehwi mengusap sudut air matanya yang basah. Untung saja air matanya tidak jatuh berderai.

"Gimana Lele ?" Tanya Daehwi saat ia melihat Jinyoung ingin menanyakan keadaannya.

"Udah baikkan, sakit perutnya juga udah ilang katanya. Tuan muda mau pulang ?" Tanya Jinyoung balik.

Si Kembar | DAEHWI X CHENLE [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang