0.37

4K 587 243
                                    

"Makasih Guanlin." Ujar Chenle pelan.

Kini ia dan Guanlin tidak sedang berada di sekolah mereka melainkan sekolah Jisung. Ya, ide Guanlin untuk mengajak Chenle bolos agar pemuda itu menyelesaikan masalahnya dulu daripada uring-uringan sepanjang pelajaran.

Namun sedari mereka berada di apartemen Guanlin, keduanya tak ada yang membuka suara selain ucapan terimakasih Chenle beberapa detik yang lalu. Keduanya terlalu syok dan malu dengan apa yang terjadi saat mereka bangun.

Mereka tidur di sofa dengan kepala Chenle berada di pangkuan Guanlin. Tentu saja hal itu membuat keduanya yang belum begitu akrab menjadi semakin canggung.

Guanlin berdeham sebentar, ia juga terlalu gugup karena kejadian pagi itu adalah hal pertama baginya. Sekalipun ia seorang playboy tapi ia tidak pernah tidur bersama submissive manapun--kecuali Daehwi, itu pun mereka tidur bertiga bukan berdua.

"Ini--" Guanlin menyerahkan sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah benda berbentuk kotak yang di dalamnya berisi makanan. "Biar lo punya alasan buat ketemu dia. Bilang sebagai permintaan maaf." Ajar Guanlin.

Entah kapan ia menyiapkan bekal makan siang itu, tapi memang harus Chenle akui Guanlin sangat berbakat dalam urusan dapur. Sarapan yang dibuatnya benar-benar enak walaupun terbuat dari bahan roti dengan beberapa sayuran yang entah disebut apa namanya. Guanlin bilang itu eksperimen. Untung saja Chenle tidak mati keracunan.

"Makasih lagi. Kalo lo mau pulang gak apa-apa pulang aja. Makasih lagi untuk semua pertolongan lo." Ucap Chenle pelan. Ia memeluk kotak makan pemberian Guanlin seperti anak kecil yang tak mau kehilangan kotak bekalnya.

Guanlin tersenyum gemas. "Kalian emang bersaudara. David sering banget ngulang kata maaf, dan lo sering banget ngulang kata makasih. Gak usah sungkan okay."

Satu hal lain yang membuat Chenle membeku lagi, Guanlin mengusak rambut Chenle yang entah mengapa membuat Chenle semakin gugup. Tersadar atas apa yang diperbuat oleh tangannya, Guanlin segera menjauhkannya dan memalingkan wajahnya yang bersemu.

"Sorry.. gue refleks."

"Eum.. kayaknya udah masuk jam istirahat." Chenle mengalihkan topik. Lagipula ia mendengar bel berbunyi dari sekolah Jisung.

"Gue tunggu disini sampe lo bener-bener baikan sama cowok itu." Ucap Guanlin.

"Eh, gak usah. Lo balik aja gak apa-apa." Tolak Chenle tak enak. Guanlin sudah terlalu banyak membantunya.

"Dan biarin lo berakhir pulang dengan keadaan nangis lagi ? Udahlah, cuma nunggu doang. Kalo dari sini gue liat kalian udah saling peluk baru gue pulang." Keukeuh Guanlin.

"P-peluk ? YAK! Siapa juga yang mau pelukan !" Protes Chenle dengan wajah memanas karena malu.

Guanlin tergelak. Dasar tsundere. Kemudian ia menitah Chenle untuk segera bertemu dengan Jisung karena ia sudah mengirim kan pesan agar Jisung menemuinya di depan gerbang ketika jam istirahat.

Sebenarnya Chenle tak yakin apa Jisung akan menemuinya atau tidak, karena pria itu tidak membaca pesannya sama sekali.

Pemuda bersurai hijau itu berdiri tak jauh dari gerbang. Setelah diberi pertanyaan oleh security sekolah dan ia menjelaskan ingin bertemu seseorang, Chenle hanya menatap lamat-lamat jalan di dalam gerbang. Tak ada tanda-tanda Jisung akan keluar.

Sesekali Chenle menoleh kearah Guanlin menunggu. Pria itu tampak asik dengan game di ponselnya tanya memperdulikan bagaimana dinginnya cuaca hari ini. Chenle juga tidak peduli dengan dingin, ia hanya ingin bertemu dengan Jisung.

Matanya berbinar namun bergetar ketika melihat Jisung keluar dari area gedung menuju gerbang. Ia senang, sekaligus merasa hatinya diremas karena Jisung datang bersama seorang gadis yang sejak kemarin terus menempelinya. Gadis yang menjadi alasan Chenle menjauh dari Jisung.

Si Kembar | DAEHWI X CHENLE [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang