0.28

4.9K 694 143
                                    

Daniel mengerang frustasi dikamarnya. Ia tidak bermaksud menampar Daehwi sebenarnya, hanya saja melihat video anak sulungnya bersujud mengemis dibawah kaki orang lain membuat hatinya sakit. Apalagi dengan tidak berperasaan orang itu mempermalukan anaknya di depan orang banyak, juga menyakiti hati anaknya dengan ucapannya yang tajam.

Orang tua mana yang rela melihat anaknya di sakiti seperti itu ? Bahkan Daniel saja tidak pernah membuat anaknya menangis !

Ya, kecuali untuk hari ini. Dia kelepasan.

"Niel." Seungwoo memanggil pelan.

Daniel mengusap wajahnya kasar tanda menyesal akan tindakannya yang diluar batas. Melihat hal itu, Seungwoo menghampiri Daniel dan duduk disebelah suaminya. Mengusap pundak lebar Daniel dengan lembut.

"Kamu jangan terlalu keras sama anak-anak." Seungwoo terus mengusap-usap pundak Daniel yang masih menegang.

"Aku tau.. Seungwoo, aku cuma pengen yang terbaik buat mereka." Lirih Daniel.

"Aku ngerti perasaan kamu. Gimana pun juga aku seorang ibu, mana tega seorang ibu ngeliat harga diri anaknya diinjak-injak kayak gitu." Ucap Seungwoo sedikit keras namun tak bermaksud menaikkan emosi Daniel lagi.

"Nanti kita bicara baik-baik sama anak-anak, khususnya Daehwi. Dia pasti kaget dan syok banget sama semua masalah yang terjadi hari ini." Daniel mengangguk setuju. Dia juga ingin minta maaf pada Daehwi.

"Ya udah, kamu mandi dulu gih biar aku siapin makan malem." Seungwoo mengecup pelipis Daniel lembut sebelum beranjak.

"Makasih sayang." Kata Daniel pelan. Seungwoo tersenyum tipis kemudian pergi meninggalkan Daniel sendirian.

Diruangan lain, Chenle merasa cemas karena sejak tadi Daehwi enggan membukakan pintu kamar mereka. Chenle memang tidak tau sifat Daehwi seperti apa jika sedang dalam masalah berat seperti saat ini, hanya saja ia merasa khawatir pada kembarannya, takut melakukan hal-hal nekat yang membahayakan.

Chenle melirik jam dinding yang tertempel disana, sebentar lagi jam makan malam. Jika Daehwi belum juga membukakan pintu ia takut daddy nya marah lagi. Karena sumpah baru kali ini Chenle melihat Daniel semarah itu. Ia pun memutuskan untuk mencoba kembali ke kamarnya.

Clek

Ternyata Daehwi sudah membukakan kuncinya. Chenle masuk perlahan dengan gerakan hati-hati. Dilihatnya Daehwi sedang tidur memunggunginya. Entah benar-benar tidur atau hanya berbaring saja tapi kembarannya itu hanya bergeming bahkan saat Chenle sengaja menutup pintunya sedikit keras.

"Yak." Panggil Chenle pelan. Namun tidak ada sahutan.

Chenle menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia bukan tipikal orang yang bisa menunjukan rasa kepeduliannya secara blak-blakan. Jadi sekarang ia tak tau mau bicara apa pada Daehwi.

"Hmm.. lo, masih nangis ?" Tanya Chenle mendekat, duduk di sisi ranjang kosong didekat Daehwi yang masih memunggunginya.

Sosok itu tampak terlalu tenang, tanpa isakkan atau deru nafas tersendat khas orang habis menangis membuat Chenle merasa khawatir.

"Dae--hyaaakk !" Chenle memekik tertahan ketika ia menyentuh tubuh Daehwi dan berniat membalikkan tubuh itu agar menghadap kearahnya.

Wajah Daehwi tampak begitu pucat dan dingin, yang membuat Chenle begitu terkejut hingga rasanya mau pingsan adalah sebuah cutter yang berada dalam genggaman tangan Daehwi dengan darah kering yang menempel di badan pisaunya.

Si Kembar | DAEHWI X CHENLE [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang