8. Kebodohan Seorang Hujan

1K 191 6
                                    

"Apa kau melihat Hujan?"

"Kenapa bertanya padaku? Bukankah tadi kalian berdua pergi bersama?"

Mata Dirta bergerak liar, berusaha menyisir pandangannya ke setiap pejuru rumah sakit. Ini buruk. Dirta kehilangan Hujan sekarang.

Dirta pikir saat itu --ketika dia tidak mendapati sosok Hujan di dalam mobil saat dia kembali dari membeli susu pisang pesanan adiknya, remaja itu telah kembali ke rumah sakit seorang diri dengan berjalan kaki. Tetapi asumsi itu musnah ketika tepat berada di tengah kamar Hujan dia tidak menemukan siapapun di sana.

Dirta kalap. Berusaha mencari keberadaan adiknya dengan bertanya kepada siapapun yang ia temui di sepanjang koridor, menelpon para rekan yang juga bertugas menangani Hujan, tapi dia tidak menemukan titik terang apa - apa.

Dan akhirnya, dia berlari ke sini --ruang gawat darurat hanya untuk menemui Hardio, sekedar bertanya apakah pria itu melihat adiknya yang hilang entah ke mana.

Sang kakak menggaruk tengkuknya frustasi, beralih mengacak rambutnya kesal sambil berdecak. Mengapa semuanya menjadi serumit ini? Ini bahaya, dia kehilangan Hujan dan kini Dirta harus menanggung resikonya bila terjadi sesuatu pada Hujan.

"Sudahlah, nanti juga kembali."

Sebenarnya Dirta ingin sekali mencabik bibir Hardio saat ini karena dengan entengnya pria itu berkata demikian. Dirta mengerang, "Masalahnya siang ini dia ada jadwal cuci darah!"

"Ha?" Hardio terperangah sesaat, menatap Dirta dengan intens sekali. "Kalau begitu, kau harus segera menemukannya. Dia bisa saja terkena masalah lagi kalau tidak melakukan prosedur cuci darah hari ini. Ini sudah yang kali keberapa dia kabur karena sesi cuci darah?"

"Lima."

Mengetuk- ketukkan pantofelnya kelantai dengan mimik serius, Dirta terlonjak. Bahkan dokter itu merasa hampir gila ketika mengingat satu hal bahwa Hujan sempat menanyakan perihal pantai padanya.

"Aku duluan!"

"Dirta? Kau mau ke mana?!"

Tanpa di instruksi, tubuh Dirta telah bertolak bersama mobilnya --menuju pantai. Meninggalkan Hardio dengan sekelebat tanda tanya yang tak kunjung terjawab.

Tetapi Hardio malah berpikir itu hanyalah masa bodoh sekarang. Dia punya banyak pekerjaan yang harus di selesaikan di bangsal ini karena dokter magang memang benar - benar tidak berguna sama sekali. Dia harus menangani semua pasien yang masuk UGD walaupun sudah ada dokter magang yang bertindak. Mereka harus diteriaki agar lekas menindaklanjuti.

Seorang perawat menghampiri Hardio yang tengah memeriksa selembaran laporan medis pasiennya. Wanita itu berkata,

"Dokter, pasien yang tenggelam akan tiba dua menit lagi."


 
 
 
« Musim Semi »

 
 
 
Suhu udara benar - benar terasa membeku sekarang. Bahkan hanya untuk bernapas saja, hidung Dirta menghembuskan uap putih hangat yang beradu dengan dinginnya udara. Di sini banyak butiran salju yang bersanding dengan putihnya pasir pantai. Indah. Dirta suka dengan pemandangan di depannya saat ini.

Lautan biru berserta burung camar yang sedang bermain di tepi pantai.

Hal pertama yang dia dapati setelah menyusuri pasir pantai adalah sepasang sendal yang menganggur di sana serta sebuah kalimat yang tergores di atas pasir pantai. Tertulis jelas, 'Terima kasih dan selamat tinggal.'

Jantung Dirta berpacu tak karuan. Dia kenal sendal karet itu. Sepasang sendal berwarna hitam itu milik Hujan. Ya, itu benar. Pasti milik adiknya.

Terkokol - kokol meraih sendal itu, Dirta semakin memantapkan hatinya untuk menerima kenyataan bahwa memang benar itu milik Hujan. Tanpa ragu, dia melempar coat hangatnya kesembarang arah, lalu membelah lautan biru, tak peduli kalau nantinya tubuhnya akan menggigil beku karena berendam di dalam air laut yang sangat dingin.

Namun, harusnya dia menghela napas lega sebab pria itu tidak menemukan apa - apa di dalam sana.  Membuatnya mau tak mau harus kembali ke rumah sakit untuk mengganti baju dan harus mencari adiknya itu lagi.

Berjalan hendak masuk ke mobil, ada deringan yang menguar dari balik saku coat hangat miliknya. Dia menerima panggilan itu dengan mata yang terbelalak hebat, langsung berlari menerjang jalanan lalu memacu mobilnya dengan kecepatan maksimum.

"Dirta, Hujan kolaps! Seseorang menemukannya tenggelam di pantai. Kau harus segera kembali!" []

Musim Semi : Awan dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang