Hari ini semuanya tampak menyebalkan.
Satu kelompok dengan Kelvin, dapat nilai ulangan kecil, dan sekarang-setelah istirahat pertama, sekolah bebas dikarenakan gurunya sedang rapat, buat semua anak ipa-3 pada menghilang-berhamburan keluar. Sedangkan aku, diam sendirian di dalam kelas tidak ada kegiatan.
Si Bagas yang biasanya selalu curhat tentang koleksi ceweknya, sekarang nggak ada, latihan basket buat lomba minggu depan.
Ku melangkah ke luar, melihat kanan-kiri mencari Yura. Tapi ingat Yura juga ikut basket.
Dara, dia juga nggak ada latihan taekwondo.
Saat ini semua orang nggak ada, pada sibuk dengan kegiatannya masing-masing, buatku mendecak kesal.
Ku melihat ke arah lain, di depan kelas ada Rena, Ica, Risa, dan Waldi. Tapi sepertinya aku nggak bisa gabung sama mereka, karena omongan mereka pasti tentang artis-artis korea yang tidak aku kenal. Ditambah lagi sikap Rena yang sedikit berbeda terhadapku, buatku merasa tidak nyaman.
Merasa kesal dan putus asa, aku pun kembali masuk kelas, memutuskan untuk tiduran dengan menempelkan kepala ke atas meja, dan menjadikan tangan sebagai bantalnya.
"Atika."
Ku mengerjap, dan mengangkat kepala.
"Eh, Dimas," ucapku seraya menegakkan tubuh.
"Lo ngapain sendirian di sini? Kantin kuy," ucap Dimas.
"Hah?"
"Gue traktir," katanya.
Aku diam sesaat.
"Gimana? Mau nggak? " tanyanya berdiri di hadapanku.
"Ok," kataku dan beranjak dari tempat duduk, lalu pergi mengekori Dimas.
"Lo mau makan apa? pesan aja sesuka yang lo mau, tenang gue yang bayar," kata Dimas saat kami berdua sampai di kantin.
"Hem," ku mengernyit, "kesambet apa lo?" tanyaku bingung melihat Dimas yang tiba-tiba bicara seperti itu.
Pasalnya, Dimas ini orang yang paling perhitungan terhadap uang, bayar kas saja selalu dipaksa sama Dara, dan sekarang dia malah so-so'an mau neraktir aku.
Cih, aku jadi curiga.
"Lo nggak...."
"Atika, gue bukan Kelvin. Jadi lo tenang aja, gue nggak bakalan ngerjain lo," katanya memotongnya ucapanku.
Ku menghembuskan napas kasar. "Ok," kataku.
Aku yang sedang sibuk melihat menu makanan tiba-tiba dikejutkan oleh suara cempreng seseorang yang sudah lama tidak aku dengar.
"Atikkkaaa.....," teriak seseorang buatku menoleh, yang sejurus kemudian orang itu nerobos memelukku erat buatku merasa sesak.
"Astagfirullah hal adzim, Stella lepasin! Susah napas nih," kataku berusaha melepaskan pelukan Stella.
"He he, sorry," ucapnya cengengesan lalu duduk di sampingku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diarry Atika
Novela Juvenil"Karena gue takut jatuh cinta sama lo. Gue takut salah dalam mengartikan sikap baik lo terhadap gue. Walaupun rasa itu belum tumbuh. Namun, yang namanya cinta tak bisa ditebak kapan saat ia datang, dan hilang. Karena itulah gue memilih menghindar da...