Suara kendaraan yang berlalu lalang membuat telingaku terasa pengang. Mataku terus menoleh ke arah kiri di mana angkot sering muncul. Tapi, sampai sekarangpun angkot yang ditunggu belum juga muncul.
Hari ini, aku tidak membawa motor ke sekolah, dikarenakan motornya sedang bermasalah dan dibawa ke bengkel, dan ayahku sudah berangkat kerja bersama Syifa yang ke sekolah. Makanya, aku harus berjalan kaki dari rumah menuju jalan raya untuk naik angkot.
Ku melirik jam yang melingkar di pergelangan tanganku, dan mataku sukses melotot.
Ya ampun, tinggal 15 menit lagi.
Ku mendesis, dan mulai cemas, berharap ada angkot lewat.
Namun bukannya angkot yang datang, malah makhluk tengil yang selalu mengganggu ketenangan hidupku.
"Aduh-aduh, ni anak kecil ngapain pagi-pagi dah berdiri di pinggir jalan seperti ini."
Ku menghela napas, seraya mamanglingkan muka.
Kelvin.
Ngapain sih dia?
Kenapa coba harus bertemu sama ni cowok disaat mood ku sedang seperti ini?
"Woy," ucap Kelvin buatku menoleh.
"APA?" ucapku jutek.
"Lo ngapain berdiri di pinggir jalan seperti ini?" tanyanya.
"Menurut lo?"
"Ck, lagi nungguin angkot ya?"
"Bukan, lagi nungguin onta," jawabku asal, "Udah pergi sana lo, jangan ganggu gue."
"Hahaha, kasihan banget sih lo," ucapnya dengan tawa yang mengejek.
Membuatku memutar bola mata malas, dan memanglingkan wajahku ke arah lain.
"Buruan naik!" ucap Kelvin buatku mengernyit.
"Kemana?" tanyaku bingung.
"Ke onta."
"Hah?"
"Ck, ya ke motor gue lah. Buruan lo mau sekolah nggak? Udah siang, " kata Kelvin buatku melongo menatap motor besarnya.
Ini serius?
Kelvin nyuruh aku naik ke motornya?
Gimana ceritanya? Masalahnya motor si Kelvin ini gede banget. Yang pertama aku pake rok, dan yang ke dua, tempat boncengan-nya sempit banget, nanti yang ada aku duduknya pasti mepet banget sama si Kelvin.
Hadeh, nggak deh nggak. Lebih baik aku naik angkot saja, daripada harus boncengan sama si Kelvin dengan motor besarnya.
Ayahku selalu bilang, kalau aku harus menjaga jarak dengan laki-laki yang bukan mahramku.
Ya, walaupun terkadang aku sering nggak nurut. Karena nyatanya aku masih suka berteman dengan laki-laki. Tapi, kalau untuk boncengan di atas motor berdua bersama laki-laki yang bukan mahramku, aku tidak pernah, dan sepertinya aku tidak akan melakukan hal itu.
"Nggak deh, gue naik angkot saja," ucapku menoleh ke arah Kelvin.
"Heh, lo mau kesiangan? Nungguin angkot lama, mau sampai kapan? Buruan naik motor gue," kata Kelvin memaksa.
"Gue nggak mau."
"Lo bisa kesiangan Atika."
"Bukan urusan lo Kelvin, yang kesiangan 'kan gue, kenapa jadi lo yang sewot."
"Nggak usah keras kepala Atika."
"Nggak usah maksa Kelvin. Tolong ngertiin posisi gue, mending lo pergi dari sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Diarry Atika
Teen Fiction"Karena gue takut jatuh cinta sama lo. Gue takut salah dalam mengartikan sikap baik lo terhadap gue. Walaupun rasa itu belum tumbuh. Namun, yang namanya cinta tak bisa ditebak kapan saat ia datang, dan hilang. Karena itulah gue memilih menghindar da...