14. 🍑Ruang BK🍑

78 12 5
                                    

Setelah sampai di ruang BK, aku duduk bersebelahan dengan Kelvin di depan meja Pak Sopyan. Merundukkan kepala-tidak berani melihat wajah serem Pak Sopyan dengan tangan memilin ujung kerudung.

Jujur, ini kali pertama aku masuk ke ruang BK seperti ini, berhadapan langsung dengan Pak Sopyan guru BK yang terkenal dengan galaknya, membuatku jadi menciut.

"Kelvin," ucap Pak Sopyan dengan nada tegasnya buatku meneguk ludah kasar.

"Iya, Pak," jawab Kelvin.

"Kamu tahu kenapa saya memanggil kamu ke sini?" tanya Pak Sopyan seraya mendekatkan wajahnya ke arah Kelvin.

"Nggak tahu Pak."

"Kamu tahu aturan di sekolah ini yang tidak mengijinkan siswanya untuk membawa mobil ke sekolah?" tanya Pak Sopyan lagi.

"Tahu pak."

"Kalau tahu, kenapa kamu membawa mobil ke sekolah."

Ku menegak, dan menggigit bibir takut.

Mampus.

Bagaimana ini, ternyata Pak Sopyan melihat Kelvin membawa mobil ke sekolah.

"Saya nggak membawa mobil, Pak."

Hah?

Ku mengerjap dan menoleh ke arah Kelvin.

"Terus, yang parkir di luar siapa?" tanya Pak Sopyan.

"Oh, itu punya orang tua saya Pak."

Eh.

"Iya, tapi kamu 'kan yang membawanya ke sini," tanya Pak Sopyan mulai terpancing.

"Bukan Pak."

"Terus, kalau bukan kamu, bagaimana caranya mobil itu bisa sampai ke sekolah? Jalan sendiri?" tanya Pak Sopyan mulai kesal. Buatku menciut termundur sedikit, dan menarik-narik ujung baju Kelvin berharap cowok itu tidak bertingkah aneh-aneh.

Gawat. Kalau dibiarkan, bisa-bisa Pak Sopyan marah besar.

Namun, ku melihat ke arah Kelvin, itu anak tidak kelihatan takut sama sekali dengan wajah Pak Sopyan yang sepertinya akan meledak, dan dia malah menjawab dengan santainya.

"Oh, saya naikkin Pak," kata Kelvin berhasil membuat mataku melebar.

Ya ampun ini anak, kenapa sih senang banget membuat orang lain emosi.

KALAU MAU NGELES PAKE OTAK DONG!!

Mampus Atika mampus.

Sekarang apa yang akan terjadi setelah ini, tiba-tiba...

Brakk.

Pak Sopyan memukul meja, "KELVIN...., ITU SAMA SAJA KAMU YANG BAWA," ucap Pak Sopyan emosi, buatku meneguk ludah kasar.

Namun, lagi-lagi Kelvin malah menjawab pertanyaannya Pak Sopyan dengan santainya. "Beda dong Pak. Kalau dibawa itu dijinjing, ditenteng, atau dipikul. Sedangkan, dinaikin itu, kita naik di atasnya. Jelas sekali 'kan perbedaannya?" kata Kelvin buat bahuku melemaskan, dan menepuk keningku prustasi.

Ni cowok maunya apa sih?

"KALAU BEGITU, SEKARANG SERAHKAN KUNCI MOBILNYA KE SAYA, NANTI KAMU BAWA PULANG ITU MOBIL."

Hah.

Ku mengerjap, dan si Kelvin tersentak kaget.

"Lah, ko gitu Pak, gimana caranya?" tanya Kelvin.

"Ya kamu jinjing saja itu mobil ke rumah kamu," kata Pak Sopyan merebut kunci mobil di tangan Kelvin.

"Ta-tapi Pak...."

"Sekarang kamu masuk kelas!" perintah Pak Sopyan.

"Pak..."

"MAU SAYA SURUH BERSIHKAN WC?"

"Iya, Pak. Saya ke kelas sekarang," kata Kelvin pasrah.

Setelahnya, aku dan Kelvin pun beranjak dari tempat duduk, dan bergegas pergi meninggalkan ruang BK.

Ku melirik ke arah Kelvin yang sedang memainkan ponselnya.

"Sorry," ucapku setelah menghela napas.

"Buat apa?" Kelvin menautkan kedua alisnya.

"Buat semuanya," kataku.

"Gue nggak ngerti, maksud lo apa?"

"Gue minta maaf. Gara-gara gue, kunci mobil lo diambil sama Pak Sopyan."

"Oh."

"Gue serius Kelvin, gue minta maaf. Seharusnya tadi lo nggak usah bawa mobil, seharusnya lo nggak perlu bantuin gue."

"Ya elah, santuy aja kali, gue nggak apa-apa, dan soal kunci mobil, ya nanti tinggal gue ambil lagi."

"Tapi ... Gue merasa bersalah banget."

"Terus?" tanyanya

"Ya emm ... gue minta maaf."

"Beliin gue minum," kata Kelvin.

"Hah?"

"Gue haus."

~Bersambung.

Diarry AtikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang